Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

#IndonesiaBernalar Bersama Guru Era Baru @Dwitagama @guraruID

7 Juli 2013   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:54 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak @dwitagama TWC2 di Wisma UNJ Jakarta (dok.pribadi)

Sosok kepala sekolah inspiratif ini saya kenal sejak tahun lalu pada acara Social Media Festival 2012. Pertemuan pertama dengan beliau saat saya dan bersamanya masuk dalam finalis Acer Guraru Award 2012. Pertemuan yang begitu singkat namun membekas, karena akhirnya beliau terpilih sebagai Guru Era Baru 2012 versi Acer Guraru Award. Kemarin (6/7) beliau secara mendadak memajukan jadwalnya menjadi speaker pada gelaran Teacher Writing Camp 2 di Wisma UNJ Jakarta yang digagas oleh IGI Bekasi. Pembukaan presentasi Om Dedi begitu menohok karena ternyata anak muda yang berbakat dan berpengaruh ternyata bukan mereka yang berangkat dari dunia akademik, tetapi mereka semua berasal dari dunia Seni dan Digital. Ada Agnes Monica, Radityadika, Arief Muhammad (Poconggg), dan penyanyi pendatang baru yang begitu fenomenal Fatin Sidqia Lubis yang begitu terkenal baik di dunia maya maupun dunia nyata. Terlepas dari pentingnya sebuah pendidikan, anak-anak berbakat ini membawa keunikannya masing-masing. Agnes dengan karir menyanyinya yang moncer sejak kecil, Radityadika dengan blognya Kambing Jantan yang fenomenal hingga dibuatkan novel, komik, sampai film layar lebar, Arief Muhammad dengan akun twitterya @poconggg yang populer dan Fatin dengan suara khasnya yang mengantarkannya sebagai juara audisi penyanyi berbakan X-Factor Indonesia. Pertannyaannya mengapa mereka yang muncul? Jawabannya adalah pendidikan Indonesia kehilangan daya nalar. Guru semakin terlena dengan dana sertifikasi, sementara anak-anaknya dijejali dengan target kelulusan UN sehingga terjadi penyimpangan perilaku, tawuran dan konflik berkepanjangan. Ternyata budaya konflik sudah merambah pada anak-anak SD, SMP, SMA hingga mahasiswa. Jadi tidak heran jika ketika dewasa bangsa ini lebih gemar berkonflik dibandingkan maju bersama memajukan pendidikan Indonesia. Bukan hanya rakyat sipil, militer pun gemar berkonflik dan saling menumpahkan darah demi membela jiwa korsa yang salah kaprah. Maka, anak-anak yang merasa bosan dengan sistem pendidikan di Indonesia dengan kreatif menceburkan diri dan melawan arus dengan mengembangkan minat dan bakatnya masing-masing. Agnes sukses dengan menyanyinya, Radityadika dengan gaya penulisannya yang kocak hingga akhirnya menjadi comic terkemuka di Nusantara, Arif Muhammad dengan komunikasinya yang populer melalui dunia maya hingga Fatin yang masih belia ternyata memendam bakat menyanyi yang luar biasa. Tak diduga dan tak dinyana ternyata skill tersebut lebih berarti dan menghidupi mereka semua ketimbang pelajaran-pelajaran tak bermakna yang selalu dijejalkan pada anak-anak demi memenuhi nafsu politik segelintir orang yang mengorbankan mutiara-mutiara genarasi penerus bangsa. Anak-anak cerdas banyak kehilangan masa senangnya demi mengejar sebuah prestasi semu yaitu lulus ujian, masuk PTN, menjadi PNS atau kerja di luar negeri dan pada akhirnya terkadang tak mau kembali membangun negeri yang carut marut ini. Miris! Korupsi dan konflik berkepanjangan adalah salah satu buah ketidaktegasan seorang pemimpinnya. "Jika presiden mau sebetulnya konflik tidak akan berkepanjangan seperti sekarang ini. Masa dua periode masih ada konflik?" begitu tutur pak Dedi. Pak Dedi telah membuktikan dengan memimpin sekolahnya. Mengubah sebuah sekolah yang gemar tawuran tidak mudah, namun di tangan dingin Pak Dedi ternyata sekolah yang gemar tawuran itu menjadi sekolah berprestasi dan membanggakan. Hingga akhirnya sekolah SMKN 29 Penerbang menghasilkan sebuah mahakarya sebuah pesawat Jabiru yang berhasil tinggal landas di Lapangan Terbang Pondok Cabe Tangerang Selatan. Kuncinya adalah komunikasi, mendengarkan dan bertindak tegas terhadap anak didik dan rekan kerja yang tidak mau di bina dan didik. Pak Dedi tidak akan segan memecat guru atau murid yang tidak mau bekerjasama demi menyelamatkan mayoritas guru dan murid yang lebih mau bekerjasama untuk kemajuan sekolah. Pada kesempatan TWC2 Pak Dedi membagikan tips bagaimana cara mengarahkan anak didik. Berikut beberapa arahan pak Dedi;

  1. Selamatkan anak-anak dan arahkan pada minat dan bakatnya.
  2. Fokus pada masa depan, masa depan adalah tantangan baru.
  3. Hidup rukun dan menyenangkan, bebas konflik.
  4. Jadilah diri sendiri dan berani berbeda dengan orang lain asal positif.
  5. Berprestasi dan produktif.
  6. Membantu orang lain
  7. Mengajarlah dengan wajah tersenyum dan menyegarkan.
  8. Berbuatlah sebaik mungkin

Presentasi yang begitu menohok dari pak Dedi memberikan inspirasi bagi saya untuk lebih memberikan kebebasan pada anak didik untuk mengembangkan life skillnya ketimbang memprioritaskan prestasi akademiknya. Apalah arti prestasi akademik jika tidak memiliki lifeskill yang bermanfaat bagi orang lain? Sayang sekali sesi pak Dedi begitu singkat sehingga tidak ada sesi tanya jawab. Namun saya cukup senang karena penyerahan hadiah buku Guru Gokil Murid Unyu langsung diserahkan oleh pak Dedi. Alhamdulillah pak Dedi masih mengingat saya. Saya juga intens berkomunikasi dengan beliau baik melalui twitter maupun melalui instagram. Kebetulan beliau juga sangat menyukai fotografi. Foto-foto saya banyak yang di like oleh beliau, begitu pula sebaliknya. Terakhir saya malah betemu dengan beliau di kamar wisma, sempat juga ngobrol santai tentang kegiatan Summer Camp saya di Pulau Pari dan aktifitas baru Pak Dedi yang berkampanye anti rokok belakangan ini. Kampanye anti rokoknya dilakukan secara independen dan tidak berafiliasi dengan organisasi atau institusi manapun. Kesempatan singkat namun sangat bermakna.

guru gokil
guru gokil
Hadiah Resume sebuah buku Guru Goklil Murid Unyu (dok.pribadi)

Terimakasih pak Dedi atas ilmu dan sharingnya yang bermanfaat. Salam Hangat Teacher Writing Camp 2 Wisma UNJ Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun