Mohon tunggu...
Fidelia Harris
Fidelia Harris Mohon Tunggu... Lainnya - Marketing

Lupakan soal kegilaan… lupakan soal sampah.. lupakan soal mutu.. lupakan soal keyakinan.. lupakan soal teori.. lupakan soal anjing yang menggonggong dan kucing yang mengeong.. "aku cuma mau nulis" so what??

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Sabun Mandi

19 November 2011   03:56 Diperbarui: 4 April 2017   18:00 23982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

BAGIAN I CINTA SABUN MANDI

By: Fidelia harris

[caption id="attachment_143255" align="alignleft" width="300" caption="siapa yang bisa marahin muka memelas seperti ini??"][/caption] Pagi itu terlalu sangat dini untuk orang-orang beraktifitas, di luar sana cuaca mendung dan hampir gelap.. itu terbukti dari si Jago yang enggan berkokok dan memilih untuk tidur.. tapi itu tidak berlaku untuk aku.... hari ini aku lagi asyik-asyik nya mandi sambil denger lagu Jaja miharja "cinta sabun mandi" dari radio kesayangan nenek ku.

"Kujual baju celana, itu semua demi nyai.. aku kerja jadi kuli, demi nyaiii.." suaraku yang fals dan cempreng menggema di seluruh ruangan, aku bergoyang kanan kiri berkhayal seolah-olah pagi itu adalah konser perdanaku.

"nooooonnnnn....!!!! kakak kakak yang lain mau mandi.... cepettaaannn..!!!" teriak nenek dari ujung rumah..

gubraaakk..!!! saking kaget nya atas suara nenek semua peralatan mandi jatuh berserakan ke dalam bak..

"ups..!! gawat" ucapku setengah teriak..

"ada apa??" tanya nenek, rupanya sekarang beliau sudah di balik pintu

"ngga papa maakk...!! its okeh!!" jawab ku sok keren mengikuti film beverly hills yang sering aku intip setiap kakak-kakak ku nonton.

"bokek?? yeehhh.. kirain kenapa" adduuhh kenapa nenek jadi denger nya bokek yaa?? heheheh..

Aku memutar otak bagaimana cara nya mengambil sabun, odol, sikat gigi dan sikat kaki itu dari dalam bak. hmm.. semua gaya sudah aku praktekan, mulai dari nungging, jinjit, kepala doang dan tangan yang masuk bak, sampai akhirnya "bbyuuaarrr..!!!" seluruh tubuh ku masuk semua. Bukan ketakutan aku malah senang nya minta ampun. aku mulai bergaya seakan-akan lagi melakukan adegan dalam film.. air bak yang setinggi dada ku mulai berwarna keruh karena busa odol dan sabun sudah memenuhi seisi bak.

"noooonnnnn....!!!" teriak nenek ku mulai panik karena aku terlalu lama di dalam kamar mandi.

"non tenggelem maakkk.." ucapku santai namun tanpa kusadari itu membuat seisi rumah jadi heboh.

Nenek berusaha mendobrak pintu di bantu sama kakak tertua ku namanya Panjul.. mendengar kehebohan di luar kamar mandi, aku jadi panik karena takut terjadi kebakaran di dapur. Spontan aku berteriak-teriak "toloooongg.. Tolooonnngg…"

"gubrraaaakkkkk!!!! jegeeeerr!!! bwwuuoommm!!!!" suara pintu kamar mandi yang jatuh dengan pasrah bersama engselnya.. aku melongo bengong melihat nasib pintu kamar mandi ku, dan Panjul melongo melihat ku yang berada dalam bak dengan rambut penuh busa.

"non??" kata panjul terheran-heran atas kejadian yang baru saja di saksikan nya

"kakak?!" aku terpanahampirtak percaya dengan kekuatan Panjul yang membuat pintu tergolek di lantai kamar mandi.

"yaaaa amppuuunn nooonnn....!!!!" teriak nenek membuyarkan suasana serba slow motion antara aku dan panjul tadi. Setengah mengomel nenek dan Panjul mengangkat tubuh ku dari bak, sementara aku terbengong-bengong masih menatap kasihan pada nasib pintu kamar mandi itu. Kenapa oh kenapapintu tak bersalah itu jadi sasaran kehebohan hari ini.

Itulah aku, Fidelia Harris yang selalu membuat kehebohan di rumah sejak kecil (nama kecil aku Non). saat itu umur aku masih 6 tahun, duduk di kelas 1 sekolah dasar yang jarak nya tak jauh dari rumahku.

Aku dan ke empat kakak laki-laki ku tinggal di desa kecil dengan nenek (yang ku panggil dengan sebutan Emak). Ayah dan bunda sejak dulu bekerja di jakarta demi bisa menyekolahkan ke lima anak nya yang lucu-lucu itu. Sebenar nya kata yang lebih tepat adalah di ungsikan ke kampung, karena di jakarta tak ada orang dewasa yang bisa menjaga kami. itu terlihat jelas ketika kami berlima harus tinggal dengan pembantu, payah nya si mbak malah sibuk pacaran ketimbang kasih makan siang kami. itulah alasan ayah dan bunda mengirim kami ke tempat nenek. Tapi justru hal itulah yang membuat persaudaraan kita semakin erat, dengan anggota perempuan paling kecil, imut, cengeng dan sering banget malu-maluin. Lengkaplah sudah keluarga kecil kami.

kakak pertama ku namanya Panjul, diantara semua "abang" kesayangan ku dialah yang paling kalem dan berwibawa, nyaris tidak pernah membuat masalah.

kakak kedua ku namanya Bo’ing, dia paling rapih dan ganteng (sedikit playboy juga sih) penyakitnya cuma satu "ga bisa lihat sesuatu yang ga rapih!!" yupzz.. mungkin karena hal itulah baju nya selalu di setrika setiap mau tidur. what?? iya!! suer..

kakak ketigaku namanya Doman, nah ini dia "pelindung" kami, dengan gaya Jagoan nya tak ada satupun mahluk di luar sana yang berani mengusik keluarga kami.

(mereka bertiga duduk di sekolah menengah pertama, Panjul kelas 3, Bo’ing kelas 2 dan Doman kelas 1)

kakak ku yang ke empat, adalah musuh bebuyutanku.. nama nya Telly, dia selalu saja meledek aku anak pungut yang di ambil dari bawah pohon kecapi saat hujan deras. Telly juga sering sekali bilang, kalau aku nakal nanti buntut nya keluar.. karena aslinya aku adalah anak monyet (mengingat kulit aku hitam dan kelakuan aku yang suka loncat sana sini) umur nya cuma beda 4 tahun dengan aku.

[caption id="attachment_143256" align="alignleft" width="240" caption="kadang aku berpikir, kalau aku emang anak monyet.."][/caption]

Hari ini cuaca sangat panaaasss, rasanya pengen banget minum sesuatu yang menyegarkan tapi ga mungkin karena uang di kantong tak tersisa sama sekali. Terpaksa aku pulang dengan wajah loyo dan bau karena terjemur sinar matahari. Huuffhh…!!

"Assalamualaikuuuummm.." setibanya ku di rumah, ahhh akhirnya bisa juga menikmati dingin suasana rumah. tapi kok sepi?? Aku melihat ke seekeliling ruang tamu tak ku lihat tanda-tanda kehidupan. Mataku langsung berbinar-binar melihat tumpukan benda aneh tergeletak di ruang tamu, hilang sudah rasa haus ku tergantikan dengan rasa penasaran yang teramat sangat.

"woww?? piano kecil??" pikirku dalam hati berbunga-bunga mengingat tangan ku kali ini mulai terasa gatal ingin menyentuh nya. loohh kok?? piano nya ada kabel?? kok berantakan?? ah.. tapi yang penting masih ada suara.. waahh kereennn... "Ting.. tingg.. teett"

aku tertawa mendengar nada-nada aneh yang ku tekan.. dan ku ulangi lagi, lagi lagi sampai akhirnya semua nada berbunyi "teeett.. teett" siipp.. semua nada sudah sama!!

"jangkriiikkk genggong.. jangkriiikk genggong..." aku bernyanyi sambil memencet tuts pianika itu..

tiba-tiba Doman sudah berdiri kaku, mukanya pucat pasi tempe yang sedang di gigit nya jatuh menggelinding tepat di hadapan ku, aku melihat kea rah tempe perlahan naik ke kaki dan tibalah mataku melihat wajahnya yang berekspresi sungguh jelek dan menyeramkan

Aku tersadar dan langsung berlari secepat kilat, aku tahu ini pasti bencana besar.. setibanya di kamar aku mengunci seluruh pintu dan jendela... hoosshh.. hosshh.. hosshh.. suara nafas ku mulai tak teratur, jantungku berdegup kencang, aku paniK bukan kepalang.. mulut ku komat kamit berdoa berharap tuhan membantu ku di situasi yang rumit ini (Jiiiaaahhhh.. bahasanya terlalu tinggi buat anak umur 6 tahun). Ku rekatkan telingaku di pintu, mencoba bisa mendengar sesuatu dari balik pintu tetapi nihil.. di luar sana sepi.. "ppffuuhh... amaann.." batinku lega. Aku buka sedikit demi sedikit.. tak terjadi apa-apa.. aneh, perasaanku mulai tak nyaman, kenapa Doman tak mengejarku?? Aku mengendap endap berjalan menuju ruang tamu, samar-samar kudengar suara..

"kok bisa rusak semua???!!!! jangan salahin non dong!!! kan kamu yang ayah kasih tanggung jawab!!!" duuuhh ayah marah, kok bawa-bawa nama aku?

Aku berjalan lebih dekat lagi, ingin tahu apa yang sedang terjadi di ruang tamu. Aku melihat Doman menunduk di hadapan ayah yang marah besar karena pianika nya jadi hancur berserakan di lantai dan tanpa nada"tadi ada satu nada yang ga bunyi, makanya Doman mau betulin tapi laper.. jadi ditinggalin aja untuk makan dulu, terus Doman liat non udah ada duduk disitu"

ups.. aku mulai merasa bersalah, jadi ini gara-gara aku tadi yaa??

"aaahhh.. kok nyalahin adik kamu!! ya udah lah.. ayah sekarang ga mau beliin pianika lagi..sampai itu benar!!" ayah pergi meninggalkan Doman yang berusaha membetulkan pianika itu, aku beranikan diri duduk di sampingnya.. tanpa berkata apa-apa, aku hanya duduk disamping nya. Siap menerima omelan hari ini. Doman tiba-tiba nyengir kuda "heheheh.. jangkrik genggong niyeee..." dan meledaklah tawa kami berdua. (yang menyebalkan nya cerita ini pasti akan selalu di bahas sampai sekarangkepada siapa pun orang yang baru saja jadi temanku, so.. daripada cerita ini kalian dengar dari Doman lebihbaik aku mengaku saja sekarang)

Bahagia nya aku berada di tengah kakak-kakak yang selalu melindungi , mencintai dan mendukung semua kegilaan ku.. seperti saat-saat menjelang 17 agustusan, ke empat kakak ku selalu memberi semangat setiap aku ikut lomba, mereka selalu jadi Fans pertama aku setiap aku naik ke atas panggung, tak peduli tarianku konyol atau bagus, tak peduli suara ku jelek atau merdu, mereka selalu bilang “itu ade gue loohh..”

Hari ini aku dengar ada pembukaan pendaftaran untuk mengisi acara pentas seni malam 17 Agustus, seperti biasa aku selalu sudah sangat siap menghadapi ini. Panitia pendaftaran kali ini nama nya Teh Nur, dia bertugas mendata siapa saja yang akan tampil diatas panggung malam seni nanti. aku dating siap dengan kaset di tangan ku melangkah menuju rumah teh Nur.

"eh,, Non.. mau ikut nari? lagu apa??" tanya nya ramah.. dengan penuh semangat aku menjawab "mbok jamu!!!"

"oohh.. ga ada yang lain?? non kan udah 2 tahun berturut-turut lagunya cuma itu-itu aja.. nanti yang nonton bosen.." aku mulai merasakan ini penolakan yang pertama kalinya dalam hidupku. Aku mundur selangkah duduk di kursi paling pojok mulai merasa minder.

Aku melihat anak-anak lain mulai menyombongkan tarian nya.. mereka menari lengkap dengan koreografi paling populer. Ibu mereka saling bersorak member semangat. Aku kangen Bunda ah.. saat ini itu bukan hal yang harus aku pikirkan.

satu, dua, tiga sampai delapan grup yang berhasil di audisi untuk tampil hari ini.

"tinggal dua lagi nih.." kata teh Nur berbicara kepada panitia lain nya. Aku langsung berdiri dengan senyum penuh percaya diri.. "non ikut!!!" teh Nur dan panitia lain nya saling pandang-pandangan "non.." ucapku meyakinkan mereka dengan senyum paling manis.

"lagunya apa??!! bosen atuh kalo itu terus mah.." teh Nur mulai hilang sabar, aku berjalan menuju tape player memutar lagu urutan no.2 milik agnes monica "baby bala bala" dan dengan penuh aksi aku bersiap menari penuh semangat yang akhirnya membuat semua orang tertawa terpingkal-pingkal. Mau tahu kenapa???? karena aku menari lagu yang bertempo cepat itu dengan lemah gemulai menyerupai jalan tukang jamu. Yupz!!! aku menari lagu baby bala bala dengan tarian mbok jamu.

"hahahahah.. bolehlah kamu naik pentas malam nanti... hahahahah..." ucap teh Nur mulai menangis menahan tawa. Aku pulang dengan wajah paling sombong, karena akhirnya aku lolos audisi..

Sejak kecil aku memang suka sekali tampil diaatas panggung, apapun aku lakukan untuk bisa naik ke atas pentas yang di lihat banyak orang. Walau cuma sekedar nari asal-asalan, nyanyi dengan nada fals atau membaca puisi hasil karya sendiri yang acak-acakan..Pernah suatu hari aku tak di ajak naik panggung karena guru SD ku bilang "jangan ya.. fidel kan udah naik panggung sampai 3x.. kasian yang lain nya.." Entahlah.. sejak kecil aku anti penolakan! mungkin karena aku merasa layak tampil, makanya aku mencari cara supaya bisa menari di depan semua orang.. apapun!! itu sifat buruk ku yang langsung hilang setelah remaja (setelah aku belajar banyak hal)

Ketika kulihat teman-teman ku mulai naik panggung, dan musik segera di nyalakan Bu Ayi guru SD ku memberi kode agar aku tak naik panggung. aku tersenyum lebar, dan kulihat wajah Bu Ayi mulai menangkap gelagat mencurigakan..

Aku berjalan kebelakang panggung menghindari tatapan bu Ayi.. dan seketika penonton langsung bersorak heboh dan suasana jadi gaduh, aku yakin saat itu Bu Ayi langsung mencari aku.. dan benar saja saat dia melihatku langkah nya terhenti.. Aku sedang berada di samping panggung menggoyang-goyangkan badan dan berekspresi mirip bebek (bibir maju ke depan, kepala goyang goyang dan tangan di kepak-kepakan seperti sayap) Bu Ayi langsung menarik lenganku dengan halus sambil tersenyum malu dan memohon maaf pada penonton...

"fideellll.."

Bu Ayi mencoba marah tapi wajah nya terus terusan menahan senyum, dan kujawab dengan senyum yang paling lebar sambil berkata "fidel ga naek panggung buu.."

Beruntung nya aku tumbuh di lingkungan yang menyenangkan ini.. entah kegilaan apalagi yang besok aku buat (sebenarnya ada 100 macam hal gila yang aku lakukan saat masih kecil) salah satunya aku pernah ikut melakukan aksi demo kakak-kakak ku di depan rumah, ga tau apa awal mula permasalahan nya tiba-tiba ke empat kakak ku mendirikan tenda di halaman rumah (tendanya cuma dari kertas koran yang di susun dari kayu-kayu pepohonan yang sudah tak terpakai) menurut rumor yang aku dengar, ternyata ke empat kakak ku tersinggung dengan kata-kata nenek terhadap mereka. Ah.. aku tak peduli masalah nya apa, yang jelas ini pengalaman pertama ku kemping di luar rumah.

Saat itu kulihat nenek pontang panting memanggil "aparat" kampung untuk membujuk kami segera pulang ke rumah.. berawal dari ajakan pak RT yang ikut masuk kedalam tenda dan bernegoisasi "ayoo adik-adik.. jangan bikin nenek nya bingung.. pulang ya??"

Panjul memulai perdebatan panjang yang di ikuti kakak-kakak ku lain nya. Pak RT dan tetangga sekitar rumah mulai mengeluarkan argument yang tak kalah sengit. Sementara itu aku asyik memakan es krim hasil sogokan pak RT.

"ya udah lah... ayoo!!!" serentak ke empat kakak ku berdiri meninggalkan tenda, rupanya negosiasi telah berakhir dan membentuk satu kesepakatan. Merekaberjalan beriringan dan langkah mereka harus terhenti karena tiba-tiba aku menangis..

"wwaaa.. waaa... hiks... hiks.. kenapa udahan?? non masih pengen disini.. wwaaa..." semua tetangga termasuk Pak Rt dan kakak-kakak mulai kebingungan karena selain menangis aku mulai mengamuk tak mau beranjak dari tempat duduk. hingga akhir nya datang negosiator kedua nama nya pak Bun (sekretaris kepala desa pada saat itu)

"neng?? ayoo.. kakak yang lain nya udah mau pulang..." bujuk nya kali ini memberikan aku sebungkus permen gulali..

"waaa... waaa.....waa..." aku masih saja menangis dan tak pedulikan permen gulali yang aku yakin rasanya enak itu. Rupanya semua usaha pak Bun tak berhasil.. tenda mulai sepi karena orang-orang mulai pulang lelah membujuk ku.. ke empat kakak ku juga sudah kembali kedalam rumah, tinggal aku, pak Bun dan pak RT yang tersisa dalam tenda..

Sebenar nya pak Bun dan pak RT juga mulai bosan dengan aksi bujuk membujuk nya, mereka malah asyik mengobrol sambil minum kopi.. merasa di cuekin.. aku dengan perlahan jalan kembali ke dalam rumah yang di sambut dengan tepuk tangan kakak-kakak ku.

Tengah malam saat aku terbangun karena ingin ke kamar mandi, dan ku intip dari balik jendela pak Bun dan pak RT masih asyik mengobrol hingga larut di dalam tenda.. hmm.. kok jadi mereka yang melakukan aksi demo?? ahh.. aneehhh..

Aku selalu tertidur pulas setiap malam, siap-siap mengumpulkan energi untuk melakukan kegilaan besok paginya. ya.. kegilaan itu masih terjadi sampai detik ini.. tapi rasa nya tulisan ku mulai panjang dan pusing untuk di baca.

****** nyambung lagi nanti yaa... kalau sempet.. ********** [caption id="attachment_143257" align="alignright" width="210" caption="ekspresi aku tiap di marahin"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun