Mohon tunggu...
La Ode Muhamad Fiil Mudawat
La Ode Muhamad Fiil Mudawat Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Sistem Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Blogger

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Elektabilitas PKS: Berdasarkan Hasil Survei atau Hasil Penerimaan Survei?

28 Mei 2013   02:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:55 3801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1369683468456903215

Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang digelar pada 1-8 Maret lalu menempatkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada posisi 9 dengan tingkat elektabilitas sebesar 3,7 persen. Hasil itu disimpulkan sebelum mencuat kasus penangkapan Luthfi Hassan Ishaq. Demikian pula isu-isu negatif yang menghubung-hubungkan PKS dengan Ahmad Fathanah. Lebih dari itu, beberapa pengamat memprediksi mengenai kehancuran Partai Keadilan Sejahtera (PKS) turut menjadi sajian pelengkap mewarnai prahara politik partai berlambang bulan sabit itu. Namun Hasil survei LSI dan prediksi beberapa pengamat tersebut agaknya harus ditata ulang. Sebab, dalam tiga bulan terakhir, dua lembaga survei lainnya justru menempatkan PKS pada posisi tiga besar.

Pada medio Maret 2013, Rakyat Research and Consulting (RRC) menempatkan PKS di posisi tiga besar dengan tingkat elektabilitas sebesar 13,2 persen. Dalam survei yang melibatkan 1400 responden dari 33 provinsi tersebut, PKS bahkan sanggup mengalahkan tingkat elektabilitas yang dimiliki oleh Partai Demokrat (PD) yang hanya memperoleh angka 11 persen.

Kemudian, pada Jumat, 17 Mei 2013, giliran survei yang dilakukan oleh Media Survei Nasional (Median) yang menempatkan PKS pada posisi tiga besar. Dalam survei yang dilakukan dalam rentang waktu 28 April-6 Mei 2013 itu, PKS berhasil meraup tingkat elektabilitas sebesar 7,2 persen. Sementara posisi pertama dan kedua masih ditempati oleh partai Golkar dan PDI-P secara berurutan.

Hasil survei yang dilakukan oleh Median ini tentu mengejutkan banyak pihak. Sebab, dua hari sebelumnya, tepatnya Rabu, 15 Mei 2013, Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) justru memprediksi PKS akan menjadi partai gurem (kurang diperhitungkan, red) karena banyak ditinggalkan oleh para konstituennya. Sesuatu yang berbanding terbalik dengan survei yang dilakukan oleh Media, yang justru menempatkan PKS sebagai partai menengah.

Namun yang menarik untuk dicermati ialah rentang waktu survei yang dilakukan oleh Median, yakni 26 Maret-6 Mei 2013. Dalam rentang waktu itu, Presiden PKS, Luthfi Hassan Ishaq, jelas telah ditahan oleh KPK, namun kasus tarik-ulur penyitaan mobil, perseteruan PKS dan KPK, serta pengakuan Ahmad Fathonah mengenai sumbangan ke partai tersebut belum mencuat ke permukaan.

Pun tak kalah menariknya, meskipun diguncang habis-habisan oleh skandal Ahmad Fathonah, yang nota bene sering dikait-kaitkan dengan PKS oleh publik, sebanyak 12 persen responden justru mengaku memilih PKS sebagai pilihan politiknya disebabkan ke-religius-an partai berlambang bulan sabit ini

Ini pertanda bahwa publik (jika dianggap responden survei mewakili publik) tidak terpengaruh oleh kasus penangkapan Luthfi Hassan Ishaq. Demikian pula isu-isu negatif yang menghubung-hubungkan PKS dengan Ahmad Fathanah-pun juga belum mempengaruhi persepsi negatif publik terhadap partai tersebut. Entah jika survei dilakukan saat ini, di mana telah mencuat hal-hal yang disebutkan di atas, apakah tingkat elektabilitas PKS masih di titik kisaran 7 persen?

Disisi lain,perlakuan berbeda diterima oleh Demokrat. Padahal kedua Parpol tersebut sama-sama menghadapi “tsunami” politik. Demokrat justru mengalami kemerosotan dengan raihan elektabilitas sebesar 7,1 persen, turun sekitar 20 persen dari suara yang diperoleh Demokrat pada Pemilu 2009.

Konflik internal dan ketidaksolidan Demokrat bisa ditunjuk sebagai penyebab ketidaksamaan nasib antara partai penguasa itu dengan PKS. Meski sama-sama dilanda prahara politik, PKS nyatanya lebih solid dan jauh dari konflik internal pasca penangkapan Luthfi Hassan Ishaq.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun