Mohon tunggu...
Fetty fitria
Fetty fitria Mohon Tunggu... -

Lahir di kel,lapadaku,kec. lawa. Muna barat 09/02/1996

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Part 1) Merindukan Keluarga yang Utuh

4 Juni 2017   21:27 Diperbarui: 4 Juni 2017   21:38 1939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

saya adalah seseorang yang terlahir di keluarga sederhana, orang tua saya resmi bercerai pada tahun 2010 yang lalu. Tahun itu adalah tahun yang tidak bisa saya lupakan telah membekas di dalam ingatanku, tahun dimana keluargaku berentakan,bercerai-berai,pada saat itu saya masih duduk di bangku SMP kelas 2 dan adik-adik saya masih duduk di bangku SD kelas 6 dan kelas 2. 

Pada tahun yang sama ayah saya menikah dengan perempuan lain dan tinggal bersama keluarga barunnya sedangkan ibuku kembali ke malaysia yang sebelumnya memang tinggal di sana sudah beberapa tahun. Ssedangkan saya dan adik-adikku tinggal bersama nenekku di rumahnya ibu. Sebenarnya semenjak saya duduk di bangku SD kami sudah tidak tinggal bersama-sama, ayah yang pergi merantau di negara malaysia dan ibu juga menyusul pergi di malaysia dan mulai pada saat itu kami hanya tinggal bersama almarhum nenek kami.

Di tinggal bertahun-tahun tanpa merasakan kasi sayang sedih rasanya, namun saya paham kami di tinggal demi kelangsungan hidup kami, dan demi sekolah kami, tapi bagi adikku yang masih berumur empat tahun itu bukanlah alasan yang tepat untuk meninggalkannya, saya masih ingat pertama kali ibuku pergi meninggalkan kami di malaysia adik kecilku menangis tanpa henti,pada saat itu ibu menjanjikan untuk membelikannya sepada asalkan dia berhenti menangis dengan polosnya adik kecilku mangiyakan itu, 

mungkin dia berfikiran hanya pergi beberapa hari tapi nyatanya ibuku meninggalkan kami kurang lebih empat tahun, setiap saat adik kecilku menanyakan kapan ibu pulang saya dan nenekku selalu menjawab ibu lagi cari uang untuk beli mobil-mobilan,jawaban simple untuk menguatkan adikku walaupun akhirnya dia tetap menangis, bersyukur pada saat itu banyak keluarga yang perhatian terhadap kami, yang selalu menjengguk dan memberikan penguatan. Pada saat itu saya merasa menjadi keluarga yang sangat memprihatinkan.

Disaat orang lain pulang sekolah di sambut dengan orang tua ada ayah, ada ibu, makan bersama orang tua, ketawa bersama orang tua, bisa cium orang tua setiap saat, bisa peluk orang tua setiap saat kami hampir tidak pernah merasakan itu semua, sejak saya masuk sekolah dasar sampai saya kuliah semester enam saya jarang sekali merasakan itu semua bahkan bisa dihitung dengan jari. Adikku yang ditinggal dari umur empat tahun sampai sekarang berumur 17 tahunpun tidak pernah merasakannya.

Pernah ibuku pulang di Indonesia sudah beberapa kali malahan, tapi kami rasa itu tidak lengkap dan bukan suasana seperti itu yang kami inginkan karena tidak ada ayah di samping kami, ibu pulang beberapa bulan dan kemudian kembali lagi ke Malaysia. Kami merindukan berkumpul dengan utuh, saya masih ingat dulu, saya pernah berdoa kepada Tuhan sekali saja saya ingin duduk di ruang keluarga bersama ayah, ibu dan adik-adikku, saya ingin sekali masuk dalam rumah panggil ibu dan keluar rumah panggil ayah yang sedang kerja, sebenarnya saya sadar doa itu tidak mungkin terkabul karena sudah kenyataanya orang tuaku sudah resmi bercerai dan mereka tidak mungkin tinggal bersama lagi.

Seumur hidup saya ada satu moment yang tidak pernah saya lupakan, waktu itu pengislaman adik kecilku dan saat itu saya sudah duduk di bangku SMA kelas dua. Hari itu adalah hari dimana tuhan mengabulkan doaku walaupun tidak sesempurna yang saya ingginkan, pada saat pengislaman orang tuaku berkumpul ada ayah,ada ibu dan di ruangan yang sama, duduk bersama-sama, 

Ohh tuhan rasanya bahagia sekali saat itu, sepanjang adat pengislaman berlangsung sepanjang itu pula saya mengucapkan syukur terhadap tuhan. Manghadap di sebelah kiri ada ayah, menghadap di sebelah kanan ada ibu kebahagian saat itu tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Bagi kebanyakan orang, hal seperti ini adalah hal biasa tapi bagi kami ini adalah moment yang sangat berharga sampai detik ini saya masih memimpikan memont seperti itu,pengen rasanya terulang kembali saat itu.

Saya iri sekali melihat orang lain yang berkumpul bersama orang tuanya, tinggal bersama orang tuanya, kemana-mana di antar sama orang tuanya, apalagi weeked jalan-jalan bersama keluarga, saya pernah bertanya dalam hati kapan sya seperti itu? apakah masih ada waktu untuk merasakanya? mungkinkah kita masih bisa berkumpul bersama-sama? saya rasa nda mungkin.

Sampai sekarang saya benci yang namanya perceraian, saya benci dengar perceraian. Bagiku perceraian adalah musibah bagi kami.

 SILAHKAN FOLLOW SAYA, UNTUK MEMBACA CERITA SELANJUTNYA INSYAALLAH SAYA AKAN RANGKUM DI PART-PART  BERIKUTNYA. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun