Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pak Topo dan Pengalaman Menghadapi Kanker Sang Pembunuh Berdarah Dingin

7 Juli 2019   10:13 Diperbarui: 7 Juli 2019   10:22 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Voaindonesia.com

Ketika pagi menjelang, kita kembali ditinggalkan oleh orang baik, berdedikasi dalam perkerjaannya. Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) dan Humas BNPB wafat di Guangzhao China setelah berjuang keras melawan Kanker paru-paru yang diidapnya beberapa tahun belakangan ini, yang diketahui telah menyebar ke hampir seluruh organ vital ditubuhnya.

Belum 40 hari lalu ibu negara presiden ke-6 Ani Yudhoyono istri dari Susilo Bambang Yudhoyono juga telah lebih dahulu meninggalkan kita semua, wafat karena hal yang sama "kanker" walaupun awal pertumbuhannya berbeda. 

Beliau mengidap kanker darah (leukimia) kurang dari 2 bulan ini kita kehilangan 2 orang baik yang dimiliki Indonesia, dan entah berapa banyak keluarga yang  harus kehilangan orang-orang baik milik mereka akibat kanker sang pembunuh berdarah dingin.

Saya secara pribadi telah kehilangan 2 orang baik menurut saya, akibat the devilist Cancer ini. Pertama tahun Agustus 2017  tante yang sering mengasuh saya semenjak kecil di renggut kehidupannya oleh kanker payudara yang telah diidapnya selama 2 tahun sebelumnya. 

Tidak ada yang mampu melawannya, seolah manusia menjadi tidak berdaya menghadapi penyakit yang satu ini. Meskipun seluruh proses pengobatan sudah dijalani dengan benar sesuai aarahan Dokter yang merawatnya sepetti kemoterapy, penyinaran, seperti yang dilakukan oleh alm pak Topo dan Ibu Ani. Namun kanker itu terlalu digdaya untuk dilawan.

Kedua, mami saya tercinta, kanker usus berhasil membuat beliau bertekuk lutut pada bulan Oktober 2018 lalu.  Baru terdeteksi mengidap kanker itu pada saat penyakit itu sudah berada di stadium 4, karena kami tidak mampu mendeteksi keberadaan "sang pembunuh" yang selama ini bersemanyam dalam tubuhnya. 

Penyakit itu baru terdeteksi ketika sudah menyebar ke hati dengan indikasi mata kuning dan seluruh tubuhnya berwarna kuning. Tadinya kami berpikir itu karena sakit lever atau hepatitis, namun setelah dirawat dan dilakukan berbagai tindakan medis berupa cek darah dan scanning serta USG, baru diketahui bahwa dia mengidap kanker yang bukan berawal dari hati tapi dari usus besar yang sudah menyebar keseluruh organ dalam vital kecuali jantung.

Berjuang selama 3 bulan dari bulan Agustus 2018 sampai akhirnya tak kuasa lagi melawan penyakit itu pada Oktober 2018, beliau meninggal dunia akibat kanker usus besar. Dari apa yamg saya saksikan dalam merawat dan menunggui kedua keluarga terdekat saya. 

Ada yang paling menonjol yang bisa saya ambil bahwa apabila berat badan yang turun drastis bisalah dijadikan salah satu indikator bahwa kanker sedang menyerang tubuh kita.

Memang, mungkin tidak semua yang berat badannya turun drastis diakibatkan oleh kanker, tapi itulah yang terlihat dari keduanya. Hal ini dibenarkan oleh situs tentang kanker. Cancer.org yang menerangkan "penurunan berat badan sangat umum terjadi di antara orang-orang dengan kanker dan seringkali merupakan tanda awal dari penyakit ini" jelas situs itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun