Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kisruh TVRI, Akhirnya Helmy Yahya Diberhentikan

17 Januari 2020   07:34 Diperbarui: 24 Januari 2020   00:28 9409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan sebuah kisah, apapun tindakan kita tak akan mampu memyenangkan semua pihak. Terlihat membawa kebaikan bagi sebagian pihak, belum tentu kebaikan  itu menyenangkan pihak lain.

Ya itulah yang terjadi atas Direktur Utama Tetlevisi Republik Indonesia (TVRI) Helmy Yahya, dianggap sebagian pihak sebagai pembawa angin segar perubahan di perusahaan penyiaran milik negara oleh sebagain besar masyarakat Indonesia.

Tapi tidak bagi Dewan Pengawas TVRI, Helmy Yahya  oleh banyak pemirsa TVRI di Indonesia dianggap membuat program acara menjadi lebih kekinian dan begizi.

TVRI saat ini sangat berbeda dengan TVRI 2 tahun lalu, pendekatan teknis, cara pembawa berita dan reporternya dalam berinteraksi menjadi lebih baik.

Program acara TVRI menjadi banyak peminatnya, hak siar liga Inggris berhasil mereka dapatkan, Olimpiade Tokyo hak siarnya berhasil digenggam, konon katanya hak siar Piala Eropa ia raih.

Bahkan TVRI menobatkan dirinya sebagai The House of Badminton, karena mereka menyiarkan hampir setiap event turnamen bulutangkis yang diselenggarakan Badminton World Feferation (BWF) secara langsung.

Rating pun melambung tinggi, namun rupanya hal ini tidak tetap tidak  memuaskan Dewan Pengawas beserta jajarannya.

Mereka beranggapan Helmy Yahya tidak membawa marwah TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP)

Menurut kacamata para anggota Dewas yang terhormat, arah TVRI semasa Helmy memimpin tak mencerminkan sebuah Lembaga Penyiaran Publik.

Rating seharusnya tak menjadi standar buat mereka. Rating tak berlaku bagi sebuah Lembaga Penyiaran Publik

Program LPP menurut para Dewaa TVRI, seharusnya lebih menonjolkan ke-Indonesia-an, walaupun tak jelas juga Ke-Indonesia-an seperti apa yang mereka maksud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun