Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Senjakala Bakar Uang Sudah Menjelang

4 Desember 2019   12:20 Diperbarui: 5 Desember 2019   18:12 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thelowdown.momentum.asia

Jika kita naik ojeg pangkalan, ongkos perjalanan dari Stasiun Sudirman ke Senayan mungkin akan berkisar antara Rp.20-25 ribu untuk sekali jalan.

Nah jika kita memakai salah satu usaha rintisan aplikasi transportasi berbasis online, katakanlah Gojek atau Grab mungkin ongkos yang harus kita bayar hanya sekitar Rp 8-10 ribu saja.

Belum lagi kalau ada promo-promo yang gencar dilakukan oleh mereka. Bahkan di awal kemunculannya promo yang mereka lakukan gila-gilaan. Dengan promo tersebut kadang kita mendapatkan layanan secara gratis.

Pesanan lewat aplikasi tersebut kemudian tumbuh pesat, bak jamur di musim penghujan, blossom seperti bunga di musim semi. Semua senang, pengendara senang karena mereka dapat penumpang banyak.

Konsumen tentu saja senang, mereka untung dengan layanan yang sangat murah bahkan gratis. Tapi apakah  mitra mereka yakni para tukang ojeg atau driver dibayar semurah itu?

Tentunya tidak, mereka dibayar sesuai dengan tarif yang ada, hanya saja selisih ongkos layanannya dibayarkan oleh si empunya aplikasi tersebut. Lebih kerennya, mereka pun diberi bonus tertentu sesuai dengan target yang mereka capai.

Jika kita perhatikan siklus bisnis tersebut yang telihat merugi adalah perusahaan rintisan pemilik aplikasi tersebut. Mereka terlihat mengeluarkan begitu banyak uang untuk memberi subsidi, demi merangkul konsumen dan meruntuhkan para pesaing.

Kalau kita perbandingkan dengan bisnis konvensional bisalah pengeluaran untuk subsidi ini dmasukan ke dalam biaya promosi. Yang agak berbeda, biaya promosi itu memiliki alokasi anggaran yang terbatas, sedangkan subsidi yang mereka lakukan seperti tanpa batas.

Terkait hal tersebut ada perbedaan model bisnis, dalam bisnis konvensional promosi ya promosi saja berarti menjual barang atau jasa yang mereka produksi.

Sementara dalam bisnis berbasis teknologi ini, biaya subsidi itu, bukan hanya ongkos pemasaran tapi merupakan costumer acquisition cost, juga. Menjadikan seseorang menjadi pelanggan itu biayanya memang tidak murah.

Dengan menjadi pelanggan, pihak perusahaan bisa menjadikan seseorang itu menjadi pelanggan setia dengan program-program yang mereka ciptakan, komunitas dibangun, data pelanggan bisa diproses menjadi dasar pengembangan sebuah produk dan arah pemasaran ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun