Mohon tunggu...
Felix Kusmanto
Felix Kusmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Organizational Psychologist. Sekedar belajar dan berbagi. www.felixkusmanto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Si Ana, Saya yang Iseng Menjadi Terinspirasi (Menulis dan Cara Hidup)

27 September 2015   15:51 Diperbarui: 27 September 2015   16:02 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Pertama, dari mata jatuh ke hati. Kedua, tak kenal maka tak sayang. Itulah si Ana untuk saya”

Sebut saja Si Ana namanya. Agustus 2009 adalah awal saya mengenal sosok Si Ana. Awalnya kenal dia lewat online dan hanya sekedar iseng untuk mengisi waktu luang di perantauan. Namun gelagat dan pesona Si Ana ini semakin hari semakin menjadi-jadi. Alhasil saya jatuh hati dengan Si Ana. Hampir setiap ada kesempatan, saya selalu meluangkan waktu untuk melirik dan mencari cara untuk terus ter update tentang dia. Pagi-pagi sebelum matahari terbit saya coba buka laptop dan cek, siang hari sehabis makan siang saya buru-buru buka HP untuk lihat apa yang ia bicarakan, sore hari jika ada jam kosong saya diam-diam menjadi stalker dia, sore menjelang malam saat berada di bus yang padat saya lirik aktifitas dia meski resikonya diliatin orang karena dianggap tidak tahu situasi dan malam hari sebelum tidur saya juga sempatkan untuk cek aktifitas terakhir dia.

Namun saya tidaklah sendirian. Pesona yang saya lihat dan nikmati nyatanya juga menarik hati banyak orang dari berbagai jenjang, sebut saja, bisa dibilang semua ada. Hari demi hari makin banyak yang merapat ke Si Ana. Tidak mau kalah dengan yang lain, saya pun mencoba merapat ke Si Ana. Bak seorang penulis dan komentator saya pun mencoba menarik perhatiannya lewat sebuah tulisan, maklum si Ana dengar-dengar tumbuh di keluarga grup media yang tersohor namanya di Indonesia. Sekali lagi, sekedar iseng, untuk mengisi waktu luang. Click dan Sent.

Suatu ketika, tulisan saya muncul di blog Si Ana. Tulisan saya dibaca si Ana! Tidak hanya dibaca oleh si Ana, tulisan saya dibaca banyak orang, termasuk yang lagi PDKTin si Ana. Wah senang! Sejak tulisan pertama itulah saya semakin giat untuk menulis. Mau jelek atau mau bagus, kirim. Tulisan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Sampai tulisan keberapa saya lupa, si Ana tidak lagi membaca tulisan saya. Namun yang saya tahu si Ana langsung membiarkan orang lain yang membacanya dan memberikan komentar.  “Tidak apalah!” saya pikir. Makin hari makin rajilah saya menulis.

Tiba-tiba di satu sore saya terkejut. Tulisan saya yang berjudul “Budaya Nasional terhadap Korupsi” dimuat di halaman depan di blog si Ana, insiden pertama untuk saya. Ternyata si Ana diam-diam masih membaca tulisan saya. Senang dan bangga! Sejenak tulisan saya yang di pajang di halaman depan blog Si Ana membuat saya merenung. Di titik ini saya sadar si Ana ternyata tidak hanya pembaca yang baik, namun si Ana juga lah teman di dunia maya yang membuat saya dapat meluapkan ide, pikiran dan unek-unek ke permukaan dengan luwes dan bebas, meski segelintir memperingati saya untuk lebih hati-hati menulis ke Si Ana. Namun lebih dari itu, si Ana Lah yang menjadikan apa yang saya tulis lebih berdampak dan bermanfaat bagi diri saya, masyarakat sekitar dan Indonesia. Sungguh si Ana ini.

Terinspirasi Level 1: Rajin Menulis

Sejak tulisan diatas “mejeng”, saya seakan kejatuhan semangat dosis tinggi. Saya jadi sangat terinspirasi dan mencoba terus menulis sesuatu yang lebih bermanfaat. Dengan semangat bukan opini dan laporan biasa saya terus menulis. Tulisan saya, saya kemas dan bagikan dari tanah jiran, khusus untuk Si Ana. Wah tahun-tahun awal dengan si Ana sungguh bak roller coaster! Si Ana kemudian sering kali membiarkan tulisan saya mejeng. Membiarkan tulisan saya “ditelanjangi” dan dikomentari banyak orang. Karena tulisan-tulisan saya dan si Ana, saya semakin kenal banyak orang. Dari yang di Indonesia, Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, dll. Makin sayang saya dengan si Ana, meski belum pernah berjumpa dengan si Ana secara langsung, maklum si Ana di Jakarta. Saya di Kuala Lumpur kala itu.

Terinspirasi Level 2 : Cara Hidup

Jika ditanya jujur, apa yang paling menyentuh saya dari kehadiran Si Ana. Jawabannya adalah karena si Ana lah  saya berjumpa banyak orang yang luar biasa inspiratif. Tanpa Si Ana, kenal mereka mungkin hampir 1 banding 100.000 kesempatan. Kalau diingat-ingat paling tidak ada delapan orang yang sungguh menginspirasi saya. Dan semua ini bisa terjadi akibat Si Ana. Lagi-lagi si Ana. Berikut adalah kedelapan orang itu dan karakter mereka yang sungguh menginspirasi. Takut terlalu panjang ini gambaran singkat kedelapan orang itu.

Pak Andika

Pak Andika adalah sosok yang humoris, sederhana dan tidak neko-neko. Padahal beliau adalah orang penting di Malaysia kala itu. Semua awak kapal Indonesia harus lapor ke beliau jika mau mampir ke Malaysia. Mobilnya gede, ruangan kerjanya gede dan tertata. Ketemu beliau harus izin dulu. Saya kenal beliau karena saya langsung nyelonong masuk kantor beliau. Pertemanan kami berlanjut dari makan siang hingga mampir ke terminal baru kota Kuala Lumpur. Sampai sekarang pertemanan kami berlanjut. Beliau tetap sosok yang layak jadi contoh para orang penting di negeri ini.

Mas Mahfudz

Mas mahfudz adalah sosok yang penuh optimisme, tidak pernah menyerah dan selalu ingin yang terbaik dalam hidup meski banyak rintangan menghadang. Dulu ia selalu sebut dirinya kuli batu. Padahal sebenarnya perannya sangat penting di Menara Kembar di Kuala Lumpur sana. Mas Mahfudz adalah pahlawan devisa yang  luar biasa, sosok yang harus dijadikan contoh. Tidak hanya bekerja di Malaysia, namun juga sosok yang selalu ingin merubah nasib. Kini ia aktif menabung dan kuliah. Tidak hanya bekerja kini ia juga aktif dalam kegiatan mahasiswa.

Mbak Anaz

Mbak Anaz adalah sosok yang legendaris. Sosok yang low profile, sosok yang terus menjadi inspirasi banyak orang baik di Malaysia, Indonesia dll. Beliau sangatlah sibuk, namun selalu ada waktu untuk melakukan kegiatan sosial. Untuk menyebut kegiatannya, ibarat cerita satu sesi kehidupan. Panjang. Luar biasa mbak J

Dr. Avis

Dr. Avis bukanlah dokter biasa. Dr. Avis adalah utusan presiden untuk memperbaiki situasi kesehatan dan sarana penunjang lainnya di daerah terpencil. Pertama kali bertemu beliau di desa Tosari di daerah Taman Nasional Gunung Bromo. Menyaksikan aktifitasnya disana dan bertualang dengan beliau trekking hingga berkemah dengan beliau mengajarkan saya kesederhanaan dan dedikasi pada orang yang membutuhkan. Kini Dr. Avis bertugas di Papua.

Sarah dan Mondo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun