Mohon tunggu...
Ayuk
Ayuk Mohon Tunggu... Freelancer - Anak Gadis Ayah

lahir di palembang, tanggal 5 Februari 1998

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Goresan Hidup di Bulan Ramadhan

18 Juni 2017   19:17 Diperbarui: 18 Juni 2017   19:26 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hai kompasianer, sudah lama ya saya gak cerita . Ya secara kemarin-kemarin masih jadi mahasiswa baru yang sibuk dengan aktivitas perkuliahan hehehe..... Alhamdulillah di kesempatan Ramadhan tahun ini aku masih bisa berbagi dan tersenyum bersama orang-orang tersayang. Jujur, Ramadhan kali ini aku tidak merasakan yang namanya kesedihan karena ada beberapa hal yang mungkin sebagian orang menganggap bahwa ini biasa tapi bagi saya ini menjadi sebuah excited moment

So kemarin tepatnya hari sabtu tanggal 17 Juni 2017 saya hadir membawakan  sebuah acara  buka bersama dengan anak-anak panti asuhan dan adik-adik jalanan yang kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Komunitas Palembang Sosial Project (PSP) yang bekerjasama dengan Relawan Anak Sumatera Selatan (RASS) dan Ikatan Duta Komunikasi Unsri (IDKU). Ini merupakan pengalaman baru yang menurut saya didalamnya banyak pelajaran besar yang begitu berharga karena mereka telah memberi kesadaran kepada anak-anak seperti saya, yang memiliki hidup berkecukupan, yang masih didalam naungan orang tua, yang masih bisa seneng-seneng bareng temen, yang masih bisa mengenyam pendidikan yang layak, yang masih bisa mengeluh ketika susah dan masih buuuanyaaak lagi.

Saya ingat ketika pada saat kegiatan berbagi cerita, kakak-kakak dari Relawan Anak Sumatera Selatan (RASS) yang merupakan kakak asuh dari adik-adik jalanan tersebut bilang bahwa adik-adik mereka merupakan anugrah istimewa yang dicipatkan Tuhan. Sebab di usia mereka yang masih terbilang sangat kecil dan belum termaksud dalam manusia yang produktif mereka sudah harus bekerja untuk membiayai kehidupan dirinya dan keluarga, dengan kata lain mereka menjadi tulang punggung keluarga. Mendengar hal itu, aku simpatik untuk bertanya dengan salah satu adik-adik jalanan tentang pekerjaan yang mereka lakukan, dan bagaimana dengan nasib pendidikan mereka. 

Seorang adik yang bernama Reki bilang bahwa ia saat ini duduk dikelas 4 Sekolah Dasar (SD) dan dia bercerita bahwa kegiatannya ketika pagi tiba, dia bangun untuk mulai berjualan asongan di perempatan jalan yang tak jauh dari rumahnya. lalu ketika siang, dia pulang kerumah untuk ganti pakaian dan pergi kesekolah hingga menjelang sore. Sebelum magrib tiba dia pulang dari sekolah dan langsung melanjutkan pekerjaannya, namun bukan lagi untuk menjadi pedagang asongan melainkan menjadi loper koran di seputaran tempat makan yang lagi-lagi dekat dengan rumahnya. 

Dia juga bilang bahwa ia tak ingin meninggalkan rumahnya terlalu jauh karena dirumah tempat ia huni hanya ada sang nenek yang hidupnya beketergantungan kepada dirinya. Dan uang hasil pekerjaan tersebut semata-mata hanya untuk kehidupan dia dan neneknya. Ketika dia bercerita bahwa kedua orangtuanya pergi entah kemana hingga saat ini belum juga pulang, apa mungkin saya dibuang pikirnya.  Dia juga mengungkapkan bahwa ia ingin terus belajar dan sekolah serta memiliki cita-cita yang tinggi yang nantinya dapat membuat kehidupannya lebih baik lagi. Tak sengaja saat mendengar cerita tersebut hati saya menangis dan sayapun menitihkan air mata, namun hal tersebut tak ingin saya tampakkan didepan mereka, sebab mereka terlihat bahagia dengan kehidupan mereka saat ini, tawa canda mereka begitu lepas saat diajak bermain games Rangking 1. Amazing, mereka menjawab pertanyaan dengan tepat dan benar. 

Bukan hanya itu saat penayangan film pendek dari Komunitas PSP mereka dengan antusias menceritakan kembali film tersebut dan dapat memberikan kesan pesan baik kepada semua orang yang ada disana bahwa kita harus selalu bersyukur. Ini menambah poin kekaguman saya terhadap mereka.

Setelah acara buka bersama usai, sayapun menuju pulang kerumah. Sepanjang perjalanan saya berfikir bahwa acara ini mengajarkan kepekaan kita terhadap semua orang terkhusus kepada anak-anak yang masih bisa hidup bersama orangtua dan saat ini saya ingin menyatakan bahwa orang tua adalah segalanya. Mungkin melalui tulisan ini saya mengutarakan isi hati saya kepada ayah dan ibu :

 “Ayah, tanpa perlu aku mengeluh kepadamu, engkau telah memahami isi hatiku. Tak perlu engkau cemburu, hatiku takkan pernah terbagi. Ada satu sisi dimana hati ini telah menyatu kepada hatimu. Ibu, tanpa perlu aku meminta maaf, engkau telah meRidhoi kehidupanku. Ketika kesalahan menjadi sebuah koreksi sebenarnya aku merasakan hal itu saat engkau sedang tak bersamaku. 

Harus kalian ketahui, kini anakmu telah dewasa dan saat ini kalian-lah yang menjadi ladang ibadah dan kehidupanku. Aku ingin kalian grow old dan selalu bisa menikmati putrimu yang mencitai kalian. Dan aku ingin mengucapkan terimakasih, berkat kalian aku ada disini. Kini, Aku sadar tentang perjuangan kalian, aku mengerti betapa besar rasa cinta kasih kalian dan betapa besar rasa pengorbanan kalian. Aku paham banyak hal yang kalian simpan dariku agar aku tidak bersedih karena kalian tak ingin membebaniku. Dan aku meminta maaf atas segala tingkah laku yang suka menyakiti kalian, sering membuat susah dan belum bisa membanggakan kalian dengan air mata haru. Kelak siapapun nanti orang yang bersamaku ia harus bisa menghormati dan mencintai kalian.”

Dan kini saya berharap semoga ini bukan cerita Ramadhan terakhir saya. Karena masih banyak lagi hal yang belum saya ketahui dan yang saya rasakan bersama orang-orang yang berada disekitar saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun