Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kabur

12 Desember 2018   16:03 Diperbarui: 25 Januari 2023   19:16 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama ratusan lelaki lain, ia berlari membelah persawahan dalam guyuran hujan. Berpencaran. Menjauh dari rumah tahanan. Mengabaikan tembakan yang menyalak-nyalak.Sampai di pinggir jalan raya, dicegatnya pengendara motor.  Motor nyaris terpleset karena rem mendadak. Lelaki itu minta menumpang. Namun, pengendara itu, seorang gadis menolak, "Tak boleh!"

Lelaki itu melotot dan geram padanya. Terbersit mengaku dirinya napi yang lagi kabur, tetapi urung. Saat sekilas memandang ke belakang, ke hamparan sawah, kepada para tahanan yang kabur dan sedang mengarah mendekatinya, masih sempat ia terpikir akan keselamatan gadis itu.

"Kau lihat kerumunan orang yang lari itu. Di antara mereka ada pemerkosa dan pembunuh. Mereka baru saja kabur dari penjara. Mereka pasti akan berebutan merampas motormu. Mungkin kau diperkosa dan dibunuh dulu.

"Sekarang, dengarkan aku!! Jangan lama-lama lagi!! Cepat duduk ke belakang!! Kau kubonceng! Sampai jauh nanti, kau bawa motor lagi!" Lelaki itu bicara dengan nada tinggi dan meyakinkan akan ancaman yang datang.

Gadis itu seolah terhipnotis. Ia langsung duduk ke belakang. Motor skutik itu langsung ditancap lelaki itu. Mengebut. Menembus hujan yang jarum, angin yang jala. Menusuk dan menarik-nariknya. Perempuan itu menjerit saat nyaris jatuh. Ia merangkul pinggang lelaki itu.

Dilintasi jalan raya yang lurus itu. Melewati beberapa pertokoan, rumah, dan selebihnya hamparan persawahan. Ia tak tahu hendak ke mana. Ke mana pelarian terbaik? Ke mana seharusnya sembunyi? Ke mana seharusnya napi kabur?

Ia tidak pernah berpikir hendak kabur. Ia telah terima hukumannya gara-gara menghisap dan menjual ganja. Namun, beberapa tahanan paling bengis memaksa dan mengancam tahanan lain termasuk dirinya agar kabur. Maka ia terpaksa kabur.

"Bang, aku mau sampai rumah?! Pas di pertigaan di depan!" teriak gadis itu mengalahkan suara hujan dan angin.

Ia rem mendadak. Belum sampai di pertigaan jalan. Masih di depan sekitar 500 meter. Ia tak mau turun di pertigaan keramaian itu.  Merasa aman di tempat sepi ini, yang dikelilingi sawah. Hujan menggigilkannya diterima begitu saja.

"Kenapa turun di sini, Bang?! Mana ada tempat teduh di sini?! Turun depan sana lagi aja! Ada warung di sana!" Gadis itu mulai terbuka pikirannya meski masih gigil. Sudah merasa bebas dari ancaman. Berdua dengan lelaki itu telah membuat dirinya merasa lebih aman. Ia sudah bisa mulai memusatkan perhatiannya pada lelaki itu.

"Gak apa-apa! Aku di sini aja!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun