Televisi, koran, majalah dan yang sejenis dengan itu telah menjadi teman setia masyarakat. Pertemanan yang tak disengaja ini memberi peluang bagi media untuk mentransmisikan apa saja yang menurut pertimbangan mereka harus disampaikan sebagai informasi. Bukan hanya itu saja kegiatan promosi apapun juga dapat dilakukan di media. Dari mulai promosi orang, promosi barang, hingga promosi budaya.
Dari beragam sajian ini, seringkali media tidak selektif memilah berita budaya mana yang sesuai dan layak disampaikan pada masyarakat Indonesia. Misalnya budaya gay yang dianggap haram di Indonesia masih saja ditemukan menjadi bahan berita. Jelas ini pengabaian terhadap konteks penerima informasi. Masyarakat dianggap benda mati. Masyarakat sudah diperlakukan sebagai wadah kosong yang selalu harus siap menerima apapun sajian media. Mau tidak mau, suka tidak suka. Aspek psikologis kolektif masyarakat pembaca dan pendengar tidak dianggap penting. Sehingga media massa menjadi lembaga publik yang juga otoriter dan sering berlindung dibalik wacana kebebasan pers, padahal cara seperti ini akan selalu menempatkan khalayak dalam ketegangan terus menerus.
Seyogyanya media massa dapat bersikap proporsional. Dalam artian bisa mempertimbangkan konteks budaya lokal Indonesia ini seperti apa, sehingga penyajian informasi bisa menyesuaikan. Kalau perlu dapat dilakukan penelitian mengenai ragam informasi apa saja yang memang dibutuhkan masyarakat. Lalu hasilnya dipublikasikan pada khalayak.
Bagi masyarakat hal ini dapat menjadi semacam penghargaan tersendiri bagi mereka karena telah merasa dilibatkan menentukan kebutuhan informasinya. Sehingga kemitraan dapat terjalin. Media benar-benar menjadi penyampai aspirasi masyarakat Indonesia. Dengan begitu masyarakat tidak terpisah dengan tradisinya sendiri. Masyarakat tidak dibiarkan semakin kehilangan kontak dengan realitas budayanya sendiri. Saya kira ini kebutuhan mendesak. Media juga perlu responsif. Dan memang sewajarnya juga ikut berperan aktif mendorong perkembangan masyarakat kearah positif dan sesuai konteks masyarakat Indonesia sendiri.