Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi Ahmad
Muhammad Fauzi Ahmad Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Dou Mbojo yang kebetulan tinggal di Malang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Capres Kita

23 Juni 2014   17:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:34 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Menyimak debat Calon Presiden (Capres) antara H. Probowo Subianto dan Ir. H. Joko Widodo tadi malam, minggu 22 Juni 2014 yang bertema “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional” berjalan dengan suasana hangat. Paparan visi, misi dan strategi masing-masing Capres tentang Politik Internasional dan Ketahanan Nasional menambah informasi bagi kita, para pemilih dan pendukung Capres tentang bagaimana performance, kapabilitas, kapasitas dan kemampuan melakukan afirmasi tentang tema yang diusung.

Dengan suguhan dan pembawaan moderator Prof. Hikmahanto Juwana Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), yang sedikit berbeda dengan moderator-moderator sebelumnya, beliau bisa “mengelola” suasana panggung yang begitu tegang dengan gemuruhnya suara yel-yel, dukungan dan pertanyaan serta jawaban dari para kandidat Capres. Menonton debat Capres seperti menyaksikan momen piala dunia yang setiap malam kita saksikan di media televisi.
Menurut saya, debat yang ketiga ini menjadi starting point dan langkah awal bagi para konstituen dan pendukung serta para pemilih yang masih dalam dalam kondisi mengambang (floating mass) untuk mulai memberikan penilaian yang lebih mencerminkan suara hatinya terhadap para kandidat yang bertarung sekarang. Walaupun momentum debat Capres ini bukan satu-satunya ukuran dalam memilih calon presiden, tapi tampilan debat demi debat yang disuguhkan oleh para kandidat Capres/Cawapres dapat memberikan sebuah penegasan awal bahwa para kandidat memiliki tampilan yang layak dan pandangan yang berbeda-beda.

Plus-Minus Debat Capres

Demam debat Capres bukan hanya memberikan informasi tentang penampilan, kemampuan, kapabilitas dan integritas masing-masing kandidat Capres, melainkan juga ada “suasana baru” yang mengingatkan kita pada pola pembelajaran dan belajar debat dengan sistem SKS (Sistem Kebut Semalam). Belajar isi pertanyaan debat hanya semalam dengan para pakar dan tentornya dan sangat terlihat sekali kandidat Capres tidak dapat memberikan elaborasi-elaborasi ide dan gagasan otentik yang keluar dari bakat dan kemampuan alamiahnya. Sementara dilain sisi, dengan pandangan berupa visi, misi dan strateginya berupaya keluar secara alamiah dan berupaya memberikan afirmasi dan penjelasan tanpa beban dan cenderung mencair, serta sesekali memberikan pengakuan kepada lawan debatnya bahwa ide dan gagasan memang yang baik.

Debat seperti ini seharusnya bisa berjalan secara alamiah, setiap kandidat dapat memberikan gagasan-gasasan otentiknya, tanpa terperangkap dengan soal-jawab, titipan pertanyaan hasil belajar dari tim debat maupun tim suksesnya. Debat seperti ini bukan untuk mencari menang dan kalah, bukan pula dalam rangka “menggugurkan kewajiban” melaksanakan debat, melainkan sebagai sharring idea (bertukar gagasan, mengakui kelebihan dan menghindari terpojoknya lawan). Debat seperti ini bukan pula seperti kompetisi cerdas-cermat yang dilakukan anak-anak SD, SMP dan SMA yang mana menekankan jawaban-jawaban formal sesuai dengan pertanyaan tim juri atau moderator.

Debat Capres lebih pada menyuguhkan tampilan-tampilan kenegarawanan, penyampikan gagasan secara otentik tidak terpengaruh dengan contekan dan carikan kertas hasil belajar kebut semalam serta berusaha berpikir out of the box (keluar dari kotaknya) seraya, tampil secara elegan dan se asli-aslinya, hilangkan ornament kepura-puraan yang cenderung berbau pencitraan, karna mereka adalah calon pemimpin bagi 250 Juta rakyat Indonesia.

Kedepan, debat Capres/Cawapres diharapkan dapat melahirkan The Original Leader (pemimpin sejati) yang memiliki sikap kemandirian intelektual, gagasan yang otentik, melakukan afirmasi-afirmasi dan penjelasan tentang ide-ide besarnya seraya menampilkan sikap kenegarawanannya tanpa dibuat-buat. Saya kira rakyat lebih cerdas dan penuh pertimbangan tentang pilihan-pilihan logis dan rasional untuk para Capres/Cawapresnya di tanggal 9 Juli 2014 nanti, dengan berdasarkan pada sikap moral dan mental kenegarawanan, kecerdasan pikiran, suasana hati dan kalkulasi-kalkulasi rasional lainnya.

Untuk itu, agar lebih bermakna dan bernilai pembelajaran bagi kita semua, arena debat Capres/Cawapres bukan sebagai ruang “ujian” untuk melakukan test dan review hasil belajar semalam dari tim sukses dan tentornya, melainkan sebagai salah satu “pentas pertunjukan” sikap, ucapan dan komitmen moral kenegarawanan para kandidat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun