Mohon tunggu...
Fauzi Irawan
Fauzi Irawan Mohon Tunggu... -

i' bee come to programer :D

Selanjutnya

Tutup

Puisi

manusia dan kegelisahan

25 April 2012   15:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:07 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mentari pagi telah kujelang bahkan hangatnya merasuki hatiku
namun mengapa ku rasa pagi tak secercah yang lalu
dan malam kemarin tak sesenja langit sore
apa yang salah dari indera inderaku....

pikirku
hingga akhirnya tertegun aku dalam genangan tanya
mungkinkah sedih atau sepi
yang menguliti jiwaku sampai terasa tawar

ataukah hatiku haus akan dirimu kasih
yang membuat aku ingin mencuri seteguk rindu darimu
serta melarutkan hadirmu dalam cawan kerinduanku ini


agar tak kupandangi langit lagi yang tak berawan
karna semuanya tlah cukup untukku mengarungi hidup tanpamu
dan sebenarnya kamu adalah jawaban dari segala tanya

Hujan masih saja turun deras dalam pikiranku.
Air sungai yang kotor meluap dalam puisiku.
Aku berselisih dengan kemungkinan dan misteri.
Tak henti melempar dadu di atas lingkar rindu yang terbakar.


Betapa kita hidup di dunia yang mendidik cinta terbiasa patuh pada sengketa dan harta.

Di sini, hujan masih saja turun deras, Sayang
Air sungai berlumpur masih meluap dalam puisiku.
Angin memangkas dedaun dan kata-kata.
Cinta kita tak henti menggigil dalam dingin usia…

Jiwaku dijajah berjuta wajah dalam koran-koran dan majalah
Aku murung dalam sihir sinetron dan film-film
Masa depan yang rumit dan mahal, Sayangku, betapa
cinta kita dibuatnya resah dan mengalah.

Ia seperti pohon yang menjulurkan lidahnya pada warna langit
Dengan akar ketabahannya kita lebur dalam sujud yang teduh

Di tanah yang akan punah ini usia kita tergusur dan terbujur..


Waktu perlahan akan meredup menutup pintu-pintu masa lalu
Jiwa yang berabad kita dzikirkan akan hilang dan berakhir
Hayatilah nyala kegelisahan yang tak pernah selesai ini
Sebelum kita runtuh dan terbunuh tanpa menyisakan makna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun