Mohon tunggu...
Fariz Abdillah
Fariz Abdillah Mohon Tunggu... Human Resources - A lifetime learner

Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Alumni Melbourne Business School, serta Pegiat isu-isu Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur di Sektor Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Inspirasi untuk FEUI; Wujud Implikasi Kontribusi

3 Desember 2011   13:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

LEADERS DIALOGUE 4

“Sebuah Inspirasi untuk FEUI; Wujud Implikasi Kontribusi”

Setelah beberapa bulan beristirahat, akhirnya Leaders Dialogue kembali hadir dengan jilid 4-nya di tengah-tengah dahaga akan sebuah inspirasi dan jejak kontribusi dari seorang yang ingin berbagi melalui peran bermanfaat yang ditempuhnya saat ini. Mengambil tema “Sebuah Inspirasi untuk FEUI; Wujud Implikasi Kontribusi”, Entrepreneurship and Leadership Department BEM FEUI mengundang tiga tokoh yang berbeda generasi dan latar belakang, namun memiliki semangat dan usaha luar biasa berusaha untuk mencerahkan bangsa melalui kontribusi yang dilakukan.

Pertama adalah Choky Risda Ramadhan, biasa disapa Choky, alumni FHUI Hukum 2006 merupakan wakil ketua BEM UI 2010, aktif dalam suara pemuda anti korupsi, R&D Profoaktif Profoaktif, dan terlibat dalam monitoring pemilihan KPK. Kedua, Bagus Arya Wirapati atau biasa dikenal Roy, seorang alumni FEUI Ilmu Ekonomi 2007 yang pernah aktif sebagai pengajar muda dalam Gerakan Indonesia Mengajar dibawah bimbingan Bapak Anies Baswedan setelah sebelumnya sebagai asisten peneliti di BI. Ketiga yaitu Aichiro Suryo Prabowo atau Chiro yang pernah menjadi salah satu pembicara dalam Leaders Dialogue jilid 2, seorang penulis buku 25.10 yang didekasikan untuk ayahandanya, dan saat ini masih menjadi mahasiswa Akuntansi FEUI 2008.

Acara yang berlangsung antusias dan hangat ini diawali dengan sebuah pemicu, yakni “Pentingnya berkontribusi untuk membangun bangsa sehingga menginspirasi orang lain melakukan yang terbaik pula”. Dimulai dari Chiro yang memaknai term inspirasi, yaitu ketika seseorang bisa memengaruhi dan membuat orang lain melakukan sesuatu yang baik. Tak berbeda jauh dengan penuturan Roy, menurutnya kontribusi merupakan tindakan untuk memberi tanpa mengharapkan balasan, sedangkan inspirasi menurut definisinya, yaitu memengaruhi seseorang agar tertarik melakukan hal yang berbeda, bahkan jauh lebih besar dan bukan melakukan sesuatu yang sama. Sementara menurut Choky, kontribusi adalah bagaimana seseorang bersungguh-sungguh untuk menekuni sesuai bidang yang sedang digeluti sehingga tidak ada dikotomi terhadap term kontribusi itu sendiri.

Dalam menekuni sesuatu, tentunya seseorang memiliki motif yang mendasarinya. Seperti halnya Choky, motivasinya terjun dalam aktivitasnya sekarang yaitu karena ia mempertanyakan mengapa alumni UI dengan idealismenya dulu, terlihat berbeda dengan realita kehidupan pasca kampusnya. Sangat jarang ditemui alumni UI yang tertarik di bidang advokat dan memperbaiki sistem hukum bangsa, itulah yang mendasari ia bertekad menekuni dan aktif di berbagai kegiatan advokat. Ia juga mengungkapkan pentingnya aktif di kegiatan sosial selama menjadi mahasiswa karena merupakan momen terbaik untuk tahap implementasi serta peluang belajar sebelum dunia kerja, jadi ketika di dunia kerja, kita sudah belajar dan sudah mengenal medan. Selain itu ia menyarankan agar menggali dan memperbanyak kegiatan saat ini untuk menemukan competitive advantage. Sebab menurutnya, seseorang dikatakan ahli dan fokus dibidangnya apabila sudah 10.000 jam atau 416  hari dalam menekuni bidangnya.

Lain halnya dengan Roy yang awalnya tertarik ketika mendapat milis terkait info Indonesia Mengajar, motivasinya karena ketertarikannya pada gerakan pengentasan kemiskinan bangsa, selama ini ia merasa terkotakkan ketika di dunia kerja, semakin mempertanyakan tidak adanya passion berkontribusi di dunia kerja, padahal menurutnya adalah merupakan keharusan ketika berusaha mengentaskan kemiskinan, harus pula untuk mencoba hidup bersama didalamnya sebagai partisipan aktif. Dan ia menuturkan, pentingnya untuk aktif dalam kegiatan sosial, karena seseorang harus memiliki grass root understanding, seseorang boleh saja memiliki tujuan untuk terkenal atau banyak uang, tetapi itu hanyalah menjadi global competence saja. Sementara, aktif di masyarakat itu memulai bagaimana turun langsung dan penting untuk memahami empati seseorang, itulah pemaknaannya.

Berbeda dengan Chiro, pria yang bercita-cita sebagai dosen, penulis, dan peneliti ini memiliki motivasi bahwa sangat penting bagi seseorang memiliki sebuah karya, dimana ia menyoroti mahasiswa yang selama ini selalu menjadi penonton, ia mencontohkan di berbagai acara televisi misalnya. Menurutnya, seharusnya mahasiswa-lah yang berada di atas panggung sebagai protagonis atau tokoh utama. Entah melalui apapun karya yang dimiliki, seyogyanya dapat menghasilkan impact bagi masyarakat. Dalam bukunya, 25.10 yang awalnya tidak untuk disebarluaskan, tetapi kini sudah terjual lebih dari 100 buku dan tersebar, ia menyusunnya dari kumpulan beberapa tulisan-tulisan inspiratif selama menjadi mahasiswa menjadi sebuah buku yang menggugah setiap orang yang membacanya. Melalui karyanya, ia mengutarakan bahwa tidak boleh menunggu menjadi bintang, but lets think big, lets start now, dan lakukan competitive advantage melalui sebuah karya.

Pembahasan terakhir terkait tantangan dan peluang yang dihadapi mahasiswa dalam mengembangkan kontribusinya sehingga menginspirasi orang lain, yaitu tantangan ketakutan seseorang menggeluti sesuatu dikarenakan kompetensi, takut tidak bisa menghidupi, dan mendapat kehidupan dari situ, padahal menurut Roy disinilah nanti kita bisa dapatkan makna sesuatu di lapangan sebagai proses transformasi yang pada akhirnya dapat dijadikan tolak ukur seseorang untuk maju atau berkembang. Sementara itu, penuturan Chiro bahwa harus ada sebuah kolaborasi, tidak perlu bingung untuk mendapatkan panggung dewasa ini, karena sejatinya setiap kita mendapatkan harapan dari seseorang dan sebuah peluang. Selain itu penerapan demokrasi haruslah dengan solusi dan ini dicirikan dengan keharusan untuk meng-improve kualitas diri sendiri. Dan terakhir, mahasiswa harus mampu memanfaatkan peluangnya, cari ilmu sebanyak-banyaknya karena sangat memungkinkan hal teoritis yang dipelajari di bangku kuliah akan berbeda jauh dengan praktiknya seperti yang diungkapkan oleh Choky.

*) Penulis adalah seorang staff Entrepreneurship & Leadership Department (ELD) BEM FEUI, Mahasiswa aktif Manajemen FEUI 2010

**) Leaders Dialogue adalah salah satu program kerja Entrepreneurship & Leadership Department (ELD) BEM FEUI

***) Tulisan ini dimuat di mading Entrepreneurship & Leadership Department (ELD) BEM FEUI edisi November

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun