Mohon tunggu...
farid wong
farid wong Mohon Tunggu... -

hanya lelaki yang kebetulan lewat, sama sekali tak hebat, tapi suka bersahabat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bermula dari Titik, Difabel Mencipta Karya Menarik

5 Agustus 2016   11:14 Diperbarui: 5 Agustus 2016   19:11 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gara-gara diundang seorang rekan, pada Selasa sore (2/8) lalu saya menghadiri pembukaan pameran seni rupa. Ini bukan pameran lukisan karya seorang maestro. Bukan. Ini pameran seni rupa yang memajang karya-karya sejumlah orang belia, bahkan sebagian masih tergolong anak-anak. Dan, mereka semua adalah penyandang difabel.

Bertempat di Bentara Budaya Yogyakarta, pameran yang diprakarsai oleh komunitas Perspektif Yogyakarta dan Tutti Arts yang bermarkas di Adelaide, Australia, ini berlangsung hingga Senin (8/8) depan. Dari Perspektif ada tujuh anak yang karyanya dipamerkan, sementara dari Tutti Arts ada empat anak.

“Eksplorasi Titik: Membongkar Alam Pikiran dengan Seni Rupa.” Begitulah judul yang disematkan pada pameran tersebut. Karya-karya yang dipajang memang menunjukkan eksplorasi terhadap titik. Tentu saja bukan sekadar “titik” seperti tanda baca di tulisan ini. Titik di sini bisa berupa kelereng, kerikil, biji-bijian, potongan kertas warna-warni berbentuk mendekati bulat, atau benda-benda sejenis lainnya. Titik-titik tersebut ditata sedemikian rupa di atas kertas sehingga membentuk karya seni rupa menarik, bahkan unik.

Dengan keterbatasan yang mereka miliki, para difabel ternyata mampu menunjukkan daya kreasi mereka dalam berkesenian, utamanya seni rupa. Ini patut diapresiasi. Komunitas Perspektif yang memfasilitasi para difabel dalam berseni-rupa telah beberapa kali memamerkan karya-karya mereka. Malahan sebelum ini, pada September-Oktober 2015, karya mereka dipamerkan dalam Festival OzAsia di Adelaide, Australia. Perspektif menjadi satu-satunya komunitas seni rupa difabel dari Indonesia dalam event berskala internasional tersebut.

900px-08029537-57a4113cf87a61830c431df3.jpg
900px-08029537-57a4113cf87a61830c431df3.jpg
Kesempatan dan aksesibilitas. Ketika kedua hal itu diperoleh, penyandang difabel pasti memiliki daya untuk melakukan apa yang mereka mampu, apa saja yang mereka inginkan. Hanya saja, kesadaran kolektif masyarakat seringkali melihat difabel sebagai orang yang tak berdaya dan – lebih runyam lagi – menjadi beban. Ujung-ujungnya, mereka terpinggirkan

Kesadaran semacam itu perlu dirombak, dan komunitas Perspektif mengupayakan perombakan melalui kegiatan seni rupa. “Aksesibilitas yang sesuai kebutuhan, kesempatan tanpa syarat, akan mendukung kemandirian dan kepercayaan diri. Kemandirian dan kepercayaan diri akan menepis keberbedaan sehingga kemudian melahirkan rasa nyaman,” papar Sri Hartaning Sih, ketua Perspektif Yogyakarta.

Sri juga mengemukakan, dukungan orangtua dan keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan difabel. Bagaimanapun, dukungan tersebut akan menjadi motivasi bagi difabel untuk berkegiatan apa saja dan menjadi apa saja.

900px-img-20160805-105706-57a4115ef1967381266f85f2.jpg
900px-img-20160805-105706-57a4115ef1967381266f85f2.jpg
Para penyandang difabel, atau orang-orang dengan disabilitas, ternyata memang mampu melakukan sesuatu ketika diberi kesempatan dan akses. Mereka yang berpameran seni rupa ini bisa menjadi salah satu contohnya.

Saya jadi ingat kata-kata mendiang Stella Young, seorang komedian, jurnalis dan aktivis hak-hak difabel asal Australia yang sepanjang hidupnya mengenakan kursi roda, “Disabilitas saya ini terjadi bukan karena saya menggunakan kursi roda, tapi karena lingkungan yang lebih luas tidak memberi akses (pada saya).” Semoga saja ini bisa memperbaiki cara pandang kita, masyarakat pada umumnya, terhadap penyandang difabel.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun