Mohon tunggu...
Farid Wadjdi
Farid Wadjdi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bekerja di perusahaan kontraktor nasional, memiliki minat khusus di bidang arsitektur dan konstruksi, tapi juga ingin beceloteh dan curhat tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Demi Nama Baik & Kehormatan, Sebaiknya Aji Santoso Mundur

1 Maret 2012   13:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:41 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kekalahan timnas Indonesia pada pertandingan pamungkas melawan Bahrain tadi malam sungguh sangat menyesakkan dada. Sebagai warga Indonesia dan pendukung timnas, kita semua pasti sangat bersedih. Dan kali ini kita merasakan kesedihan yang berlipat-lipat. Mungkin kita juga marah, entah dengan siapa, yang seharusnya bertanggung jawab atas musibah ini. Mungkin ini merupakan hukuman dari Tuhan, atas sikap ego dan mau menangnya sendiri, dengan mengesampingkan aspek kebersamaan dan profesionalitas.

Di kalangan pecinta bola dari kalangan grass root, tentunya berita kekalahan timnas ini juga tak luput dari perbincangan di antara mereka. Seperti yang saya dengar sendiri, mereka menggunakan bahasa yang sangat lugas untuk menyatakan kekecewaan dan kemarahannya, yang saya rasa tidak perlu saya bahas di sini. Tapi perbincangan mereka bukan berarti boleh kita abaikan begitu saja. Di balik kelugasan bahasa mereka, tetap ada hikmah yang bisa dipetik, terutama bagi kalangan pengurus PSSI, agar segera berbenah.

Bagi kalangan yang melek informasi, dan yang punya akses internet lebih mudah, tentunya banyak hal yang bisa dilakukan. Banyak forum untuk menyampaikan suara dan pendapat, misalnya di facebook, kaskus, hingga kompasiana, yang memungkinkan kita menulis dengan lebih serius. Banyak sudah tulisan yang membahas sekitar kekalahan timnas yang memalukan ini. Mulai dari kekecewaan dan kemarahan dengan nada serius (baik bernada keras maupun lembut), ada pula yang menyampaikan dengan nada bercanda, dan ada juga yang menggunakan bahasa sinisme. Tapi ada juga yang menulis dengan nada yang ringan namun tetap menggelitik dan bermakna. Dan tentunya ada juga yang memberikan pembelaan terhadap PSSI yang menjadi target kecaman. Hal ini tak dapat dielakkan karena suasana sekarang masih diliputi dengan nuansa pro & kontra terhadap kebijakan PSSI.

Seperti judul tulisan di atas, saya memang menghimbau coach Aji Santoso untuk mengundurkan diri. Apakah saya menyalahkan Aji Santoso? Atau saya menyatakan Aji Santoso sebagai pihak yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kekalahan ini? Tidak ............., sama sekali tidak. Saya tidak akan menyalahkan pelatih, apalagi pemain. Bahkan saya sangat bersimpati dengan Aji Santoso. Ini semata justru merupakan dukungan terhadap Aji Santoso untuk menempatkan posisinya secara lebih elegan dan terhormat. Untuk lebih memahami sikap saya terhadap kepelatihan Aji Santoso, silakan baca tulisan saya yang berjudul "Harapan untuk Aji Santoso, Jangan Ikuti Jejak Wim Rijsbergen!".

Dengan link tulisan di atas, saya ingin menegaskan kembali agar Aji Santoso jangan meniru sikap dan langkah Wim Rijsbergen. Cukup sudah seorang Rijsbergen, pelatih timnas Indonesia paling bodoh dan bebal yang pernah saya kenal. Untuk itu saya berharap Aji Santoso dapat menampilkan sikap dan respon sebagai pelatih yang profesional dan berdedikasi. Saya juga berharap Aji Santoso tidak memberikan pernyataan-pernyatan yang kontra produktif. Penyataan Aji Santoso yang menyatakan merasa dicurangi wasit, saya harap tidak perlu diperpanjang. Selanjutnya saya rasa Aji Santoso lebih tahu apa yang harus diperbuat, sebagai bentuk tanggung jawab profesional dan dedikasinya sebagai pelatih.

Terakhir, dengan segala hormat, saya berharap Aji Santoso mulai memikirkan untuk mengundurkan diri. Saya tidak menyalahkan anda. Justru saya ingin agar anda dikenal sebagai pelatih yang dihormati, meskipun kegagalan baru saja menghampiri anda. Saya berharap ini adalah satu step langkah mundur, untuk kemudian anda akan melompat pada keberhasilan yang lain.

Saya sadar, anda memikul beban berat, yang dibebankan oleh PSSI. Anda mengemban misi yang berat, dengan kebebasan yang dibatasi. Anda adalah pelatih profesional, dan bukan seorang pegawai. Anda dikontrak dengan target yang spesifik dengan target waktu yang spesifik pula. Maka anda berhak untuk menuntut kondisi-kondisi yang ideal.

Saya perlu menyampaikan, ini bukan tindakan lari dari tanggung jawab, dan juga bukan wujud dari sikap putus asa. Justru ini adalah wujud sebuah tanggung jawab. Kekalahan telak 10-0 tentu merupakan pukulan berat bagi anda, yang sulit anda tanggung. Anda perlu berkontemplasi sejenak, untuk memikirkan apa yang mesti anda lakukan ke depan.

Saya yakin, anda akan mampu memikirkan langkah terbaik buat anda. Jika pun anda tidak mundur, anda harus tetap menunjukkan sikap profesional dan ksatria, sehingga anda layak dihormati. Sekali lagi, himbauan ini adalah karena saya justru sayang dan menghormati anda.

Untuk para pengurus PSSI, saya justru tidak berharap apa-apa. Karena saya tidak yakin mereka akan mau merenungkan musibah kekalahan memalukan ini. Mungkin mereka akan melakukan pembelaan-pembelaan, atau justru menyalahkan pihak-pihak eksternal. Jika benar demikian, itu hanya akan mengingatkan kembali ingatan kami pada sosok Rijsbergen yang banyak dibenci para suporter timnas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun