Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dimas Fajar, Penguji Cita Rasa Kopi Dunia dari Pontianak

22 Juli 2017   13:14 Diperbarui: 23 Juli 2017   08:51 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dimas di Beranda Depan Segitiga Coffee. Sumber: Koleksi Pribadi


Pontianak sangat terkenal dengan kedai kopi tradisional yang umumnya menyajikan kopi saring dengan bahan kopi Robusta. Bahkan salah satu jalan utama di kota ini yaitu jalan Gajah Mada, belum lama telah dijadikan ikon kopi oleh Pemerintah Kota Pontianak dan diberi nama Gajah Mada Coffee Street. Sepanjang jalan ini banyak sekali ditemukan kedai kopi tradisional yang salah satu di antaranya adalah Warung Kopi Asiang.

Pada masa lalu, mudah sekali menemukan Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan menggunakan baju dinas duduk di kedai-kedai kopi pada saat jam kerja. Dengan penegakan disiplin dan sanksi yang tegas, sejak 2008 di bawah kepimpinan Wali Kota Sutarmidji, hal yang demikian tidak mudah lagi ditemui.

Dalam lingkungan budaya kopi yang kental, lahirlah Dimas Juliannur Fajar sekitar 32 tahun yang lalu. Pemilik kedai Segitiga Coffee, Jalan Karya Baru Pontianak, yang menyenangi kopi namun menurut pengakuannya belum banyak pengalaman dalam dunia kopi, pada tahun ini berhasil menjadi juara Nasional Cup Tasters. Dimas kemudian mewakili Indonesia dalam World Coffee Event 2017 di Budapest, Hungaria.

Walau belum berhasil menjadi juara, Dimas yang baru pertama kali mengikuti ajang kompetisi, baik nasional maupun internasional, berhasil menempatkan diri pada peringkat 13 dari seluruh peserta yang berasal dari 42 negara untuk kategori Cup Tasters. Peringkat 13 ini lebih baik dari pencapaian wakil Indonesia pada tahun sebelumnya yaitu peringkat 23. Siapa saja peserta kompetisi kopi dunia 2017 dapat dilihat di sini.

Pose sesaat sebelum mengikuti lomba kopi dunia di Bolivia. Sumber: Dimas J. Fajar
Pose sesaat sebelum mengikuti lomba kopi dunia di Bolivia. Sumber: Dimas J. Fajar
Dimas mulai mengenal kopi modern, dalam hal ini Expresso, karena sering mengunjungi kedai kopi sejak kuliah di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta sekitar tahun 2003-2009. Sebelumnya, Dimas yang bersekolah di SDN 17, SMPN 3 dan SMAN 1 (semuanya di Pontianak), hanya mengetahui kopi Robusta yang umumnya dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat di Pontianak. Dimas mulai mengunjungi kedai kopi ketika bersekolah di SMA.

Dimas menikmati kopi modern yang umumnya menggunakan jenis kopi Arabika dan tertarik untuk mengenal kopi tersebut lebih lanjut baik dengan membaca, menonton di Youtube maupun pertemanan. Dia terinspirasi dengan berbagai karir dalam dunia kopi modern dan berbagai lomba yang diselenggarakan dari tingkat nasional sampai internasional.

Walau senang dengan kopi, bisnis pertama yang dilakoni Dimas ketika masih kuliah yaitu bisnis clothing di mana dia menjual baju kaus dengan merk sendiri. Walau pernah bangkrut, bisnis tersebut tetap dijalankannya selama sekitar 5 tahun sampai 2011. Pada 2011, Dimas kembali ke Pontianak. Awalnya dia masih menjalankan bisnis clothing di kota kelahirannya ini. Dia juga mulai membuka usaha laundry yang masih berjalan sampai sekarang.

Rasa senang dengan kopi mendorong Dimas memanfaatkan halaman sempit di depan sebuah minimarket untuk berjualan kopi modern pada awal 2015. Melihat cukup banyak peminat kopi yang dijualnya sementara usaha kopi kurang optimal di tempat kecil dan terbuka yang terganggu jika hujan, pada Februari 2016 Dimas bersama seorang partner usaha menyewa toko untuk mendirikan kedai kopi yang diberi nama Segitiga Coffee. Nama tersebut didasarkan pada filosofi "antara aku, kamu dan kopi".

Dimas di depan kedai Segitiga Coffee miliknya. Sumber: Koleksi Pribadi
Dimas di depan kedai Segitiga Coffee miliknya. Sumber: Koleksi Pribadi
Desain interior Segitiga Coffee yang cukup unik. Sumber: Koleksi Pribadi
Desain interior Segitiga Coffee yang cukup unik. Sumber: Koleksi Pribadi
Dimas terus mempelajari ilmu tentang kopi. Dia pernah mengikuti kursus Barista di Yogyakarta. Dimas juga mengambil Pre Q class di Q Grader Certification Course di Caswells Jakarta (di sini) yang biasa diikuti oleh mereka yang tertarik untuk berkarir dalam industri kopi.

Pada bulan April, untuk pertama kalinya Dimas mengikuti kompetisi nasional Indonesia Coffee Events 2017. Kompetisi dibagi untuk dua wilayah yaitu wilayah Barat yang diselenggarakan di Jakarta dan wilayah Timur yang diselenggarakan di Bali. Dimas mendaftar untuk wilayah Barat yang diikuti oleh 137 peserta. Dalam kompetisi tersebut, peserta yang menjadi juara wilayah akan langsung masuk babak semifinal Nasional selanjutnya.

Dimas tidak berhasil melewati babak pertama di kompetisi wilayah Barat. Baru pertama kali mengikuti pertandingan, membuat Dimas grogi. Dia hanya fokus bagaimana memilih kopi dengan waktu secepatnya. Dia menyelesaikan babak penyisihan dengan waktu sekitar 3 menit tetapi hanya berhasil memilih 5 kopi secara tepat.

Untungnya Dimas masih masuk dalam 24 besar nasional sehingga berkesempatan untuk mengikuti tahap seleksi selanjutnya. Dengan strategi yang lebih baik dan lebih tenang, akhirnya Dimas mencapai babak final nasional dan menjadi juara untuk kategori Cup Tasters nasional dengan nilai 7/8 dan waktu 3 menit 50 detik. Ulasan tentang kemenangan Dimas dapat dilihat di sini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun