Mohon tunggu...
Farah Diena Rahmania
Farah Diena Rahmania Mohon Tunggu... Editor -

by the words can hurt and lift you...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Fenomena Bahasa 'Alay'

6 Januari 2013   16:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 2874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Fenomena bahasa alay yang kerap digunakan dalam media sosial maupun percakapan sehari-hari menarik untuk dibahas. Pergeseran struktur kata yang terjadi di masa sekarang dan oleh semua kalangan  membentuk banyak kosakata baru. Kata serius berubah menjadi ciyus, kata beneran berubah menjadi enelan, contoh kata-kata ini sebenarnya seperti pelafan dari seorang balita yang belum fasih berbicara. Bahasa alay tersebut dapat dikategorikan sebagai ragam bahasa lisan.

Tidak hanya bahasa lisan saja yang mempunyai perubahan bentuk dari kata bahasa baku menjadi bahasa alay, sebelumnya ‘tulisan alay’ telah lebih dulu populer. Seperti contohnya tulisan berikut, H4Hh? Sa11yA gg4k N63rT1… dapat dilihat bahwa ragam tulis tersebut menggabungkan antara huruf dan angka. Huruf kapital juga ditulis secara acak dalam kata. Pada awalnya tulisan semacam ini digunakan dalam pesan singkat di telepon seluler, kemudian muncul di berbagai situs media sosial.

Beberapa kalangan yang menggunakan bahasa seperti ini sering disebut atau dicap sebagai ‘anak layangan’ atau ‘alay’. Maksud penamaan akan hal ini adalah sebagai pengelompokkan atas ketidaknormalan dalam merangkai penulisan kata atau kalimat. Namun yang terjadi sekarang, hampir semua kalangan masyarakat menggunakan kata ciyus sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan kata tersebut dianggap sebagai hal yang lucu dan lazim diucapkan.

Perubahan bahasa baku bisa meliputi perubahan struktur huruf dan kata baku menjadi sebuah tulisan yang tidak biasa dan dikenal dengan sebutan ‘pengalayan’. Perubahan tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu perubahan tulisan dan perubahan lafal dan tulisan. Yang dimaksud dengan perubahan tulisan adalah pencampuran antara kata dan huruf dalam sebuah kata, bisa juga meliputi pencampuran huruf kapital dalam kata, sedangkan yang dimaksud dengan perubahan lafal dan tulisan adalah kata baku yang berubah pelafan, seperti pencadelan dan pemberian kesan imut.

Berikut ini contoh dari perubahan tulisan:

1. H4Hh? Sa11yA gg4k N63rTi

2. m3t b'r4kt!vT4$ , c4L@m cuKces

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa terdapat perubahan tulisan yang memadukan antara huruf dan angka. Perubahan ini terjadi karena adanya suatu penulisan yang dianggap mengikuti perkembangan zaman pada masa itu. Penyebaran penulisan ini berlangsung pada media komunikasi, berupa telepon seluler, karena pada masa itu media sosial, seperti facebook atau twitter belum begitu banyak dikonsumsi banyak orang.

Belakangan ini, terutama di media sosial, sedang marak penggunaan atau pengucapan kata yang berupaya terdengar imut dan lucu — seperti diucapkan balita yang masih cadel.Gejala bahasa alay terbaru ini agak berbeda dengan bahasa alay edisi sebelumnya yang cenderung merepotkan pembacanya (bahkan pengguna sendiri). Kalau dulu, bahasa alay lebih menekankan pada permainan huruf-angka-huruf-angka serta penggunaan huruf yang jarang digunakan.

Berikut ini contoh perubahan lafal dan tulisan:

1. Cungguh

2. Ciyus

3. Miapah

4. Cemungudh

5. Chayank

Penggunan bahasa alay ini memiliki perubahan konteks antara zaman terdahulu dengan zaman terkini, yaitu jika yang terdahulu banyak digunakan untuk sungguh-sungguh mengatakan apa yang ia sampaikan, yang terkini banyak digunakan dalam konteks bercanda.

Dari contoh-contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fenomena bahasa alay telah banyak mengubah kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini masih bisa dianggap wajar apabila tidak menjadi suatu kebiasaan. Bahasa Indonesia mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Di setiap perubahannya, terdapat perbedaan yang nyata, seperti contohnya dalam perubahan tulisan dan perubahan lafal dan tulisan. Dampak positif dalam hal ini adalah sebagai bahan lelucon antarorang yang dapat menambah keakraban, tetapi dampak negatifnya adalah banyak masyarakat cenderung menjadi tidak tahu kadiah bahasa Indonesia yang benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun