Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Hernowo, Pegiat Literasi di Hari Buku Nasional

18 Mei 2019   07:21 Diperbarui: 18 Mei 2019   08:05 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di jalan literasi tak ramai orang berlalu lalang_anymous_

Tanggal 17 Mei di Indonesia di rayakan sebagai Hari Buku Nasional. Perayaan ini dimulai sejak tahun 2002 oleh Abdul Malik Fadjar yang ketika itu menjabat Menteri Pendidikan Nasional.

Alasan mengapa tanggal 17 Mei dipilih karena bersesuaian dengan lahirnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) 17 Mei 1950 dan Perpusnas (Perpustakaan Nasional) 17 Mei 1780.

Artinya 17 tahun sudah usia perayaan Hari Buku Nasional diperingati dan tampak sunyi sepi tak sama seperti perayaan tahun baru di di kala Januari.

Bahkan sebuah perpustakaan megah berlantai 3 tingkat di sebuah perguruan tinggi adem ayem saja persis seperti cuaca kotanya yang dingin karena kepala perpustakaannya adalah penguasa perpustakaan bukan pemimpin perpustakaan.

Pada beberapa kasus, perpustakaan tidak menjadi corong literasi yang bergiat aktif untuk mengajak orang-orang membaca tapi pasif.

Perpustakaan lebih suka menunggu orang-orang datang kemudian membaca buku di kemegahan gedung berpendingin air conditioner (AC) lalu pembaca menahan kantuk beratnya. 

Belum ada kreatifitas yang bertujuan bagaimana pembaca menuliskan hasil bacaannya atau pembaca mendiskusikan hasil bacaannya langsung di dampingi oleh pemustaka.


Akan lebih terasa 'hidup' sebuah perpustakaan jika ada kelas literasi yang menghubungkan pembaca dengan penulis. Tidak perlu penulis berlabel nasional atau yang sudah banyak melahirkan karya buku.


Pemustaka yang bergelut sehari-hari dengan seringnya membaca buku dapat dijadikan narasumber. Perpustakaan dan pemustaka menjadi penggerak awal literasi.

Sayangnya keseluruhan itu belum terjadi kalaupun ada itu bukan dari pemustaka yang kesehariannya bergumul buku tapi dari beberapa individu yang menebar gerakan literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun