Mohon tunggu...
Muhammad Fajar Satria
Muhammad Fajar Satria Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Lini Boeing 737 MAX, Kesalahan Perusahaan yang Menjadi Petaka Human Security

17 Maret 2020   19:06 Diperbarui: 17 Maret 2020   19:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Boeing mengeluarkan seri 737 MAX sebagai penerus dari seri 737 sebelumnya, yakni 737 NG (Next Generation). 737 MAX merupakan pesawat besutan Boeing dengan penjualan tercepat dalam sejarah Boeing, mengumpulkan sebanyak lebih dari 5.000 pesanan. 

Ketika pesawat pertama dikirim, kepala eksekutif Boeing Commercial Airplanes Kevin McAllister menyatakan bahwa pesawat ini akan mengubah wajah pasar peswat lorong tunggal atau single aisle aircraft. Akan tetapi dua kecelakaan fatal dari 737 MAX, yang menyebabkan 346 kematian, telah mengubah citra dan membuat Boeing menghadapi krisis (Seattle Times Business Staff, 2019)

Pesawat tersebut didasarkan pada desain 737 sebelumnya, yang menggunakan mesin baru CFM International LEAP-1B yang lebih efisien, perubahan aerodinamika, yang meliputi split-tip winglets yang khas, dan modifikasi pada badan pesawat (Elizabeth Merida, 2017). Seri baru dipublikasikan  pada 30 Agustus 2011.  737 MAX melakukan penerbangan perdananya pada 29 Januari 2016 dan seri ini memperoleh sertifikasi FAA pada Maret 2017. Pengiriman pertama pada 8 pada Mei 2017 ke Malindo Air (Boeing Communications, 2019).

Setelah dua pesawat Boeing 737 MAX 8 jatuh pada Oktober 2018 dan Maret 2019, menyebabkan 346 kematian, otoritas penerbangan di seluruh dunia menghentikan seri pesawat hingga pemberitahuan lebih lanjut. Boeing mengumumkan pada Desember 2019 bahwa mereka akan menangguhkan produksi 737 MAX yang dimulai pada Januari 2020 (Boeing Communications, 2019).

Pada bulan Maret 2019, otoritas penerbangan di seluruh dunia meng-grounding Boeing 737 MAX setelah dua pesawat jatuh dalam waktu lima bulan, menewaskan semua 346 orang di dalam pesawat. Setelah peristiwa Lion Air Penerbangan 610 pada 29 Oktober 2018, Boeing mengungkapkan keberadaan Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), kontrol penerbangan otomatis baru pada 737 MAX yang dapat menyebabkan nosedive yang tidak disengaja, tetapi MCAS dihilangkan dari buku manual kru dan latihan untuk memangkas biaya pelatihan. 

Dalam pesan ke maskapai, Boeing dan Federal Aviation Administration (FAA) A.S. menekankan prosedur pemulihan penerbangan. FAA secara pribadi menyimpulkan bahwa MCAS menimbulkan risiko keselamatan yang tidak dapat diterima, tetapi 737 MAX tetap beroperasi sampai Ethiopian Airlines Penerbangan 302 jatuh pada 10 Maret 2019 (Wikipedia, 2020).

The Seattle Times
The Seattle Times
Boeing telah menempatkan biaya total dari dua kecelakaan mematikan pesawat 737 Max-nya di hampir $ 19 miliar dan merosot ke kerugian tahunan pertamanya dalam lebih dari dua dekade. 

Boeing kehilangan  1 miliar USD pada kuartal keempat karena pendapatan anjlok setelah 737 MAX di grounding di seluruh dunia. Perusahaan telah menunda pengiriman pesawat setelah krisis terbesar dalam 103 tahun sejarahnya. Lebih dari keseluruhan 2019, Boeing kehilangan 363 juta USD (Rushe, 2020).

Hal ini menjadi bukti bahwa Boeing telah mengambil keputusan yang berujung menjadi sebuah ancaman bagi human security yakni dengan tidak mensosialisasikan keberadaan MCAS dan pelatihan intensif mengenai sistem tersebut di produk barunya demi menghemat biaya yang berakibat pada hilangnya nyawa dari ratusan individu. 

Keputusan yang diambil tersebut menjadi 'bumerang' bagi Boeing, karena yang tujuan awalnya adalah untuk menghemat biaya, tetapi mengalami kerugian yang besar baik dari sisi finansial dan citra perusahaan di mata konsumen.

References

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun