Mohon tunggu...
muslimah muslimah
muslimah muslimah Mohon Tunggu... -

muslimah adalah mahasiswa uin maulana malik ibrahim malang,, moto psikologi " tetap bisa"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ATRIBUSI

21 Mei 2014   12:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 3878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu proses yang dilakukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengapa atau apa sebab dari perilaku seseorang. Proses atribusi sangat berguna untuk membantu pemahaman atas penyebab perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi terhadap dunia sosial. Oleh karena itu, atribusi menjadi salah satu topik yang mendapat perhatian ekstensif dalam bidang psikologi sosial. Tujuan atribusi antara lain:

1.Memperoleh pemahaman terhadap dunia, artinya kesimpulan-kesimpulan dibuat untuk memahami lingkungan dan memprediksi kejadian-kejadian dimasa yang akan datang.

2.Proses atribusi yang dipelajari secara alami mempunyai tujuan untuk menjelaskan tindakan-tindakannya sendiri, serta berusaha untuk mengendalikan tindakan-tindakan orang lain yang mempunyai hubungan interpersonal dekat dengan dirinya. Proses atribusi semacam ini yang sering terjadi dalam hubungan intim. Contohnya hubungan antara suami-istri.

A.Model-model Proses Atribusi

1.Model Heider

Analisis secara sistematik tentang bagaimana orang menginterpretasikan perilaku orang lain yang pada awalnya dilakukan oleh Fritz Heider (1944- 1958). Heider mengemukakan bahwa setiap individu dalam berinteraksi dengan orang lain akan bertingkah laku mirip seorang ilmuwan. Dalam menginterpretasi perilaku orang lain, orang akan menggunakan prinsip-prinsip kausal yang naluriah dan common sense psikologi dalam memutuskan apakah perilaku orang lain diatribusikan pada faktor disposisi internal atau tidak.

Menurut model Heider (1958), perilaku seseorang dapat disimpulkan karena disebabkan oleh kekuatan lingkungan (environmental forces) atau kekuatan internal (diposisi). Kekuatan lingkungan terdiri dari faktor situasi yang menekan, sehingga memunculkan perilaku tertentu. Kekuatan internal (personal forces) dilihat sebagai hasil dari kemampuan (ability), power, dan usaha yang ditunjukkan seseorang. Model ini dapat dijelaskan dengan bagan berikut:

Is a function of

BehaviorEnvironmental+Personal= (abilityxeffort)

2.Teori Inferensi Korespondensi (Correspondet Inference Theory)

Suatu kasus dimana pengamat memutuskan bahwa disposisi khusus dari aktor (person stimuli) adalah penjelasan yang cukup masuk akal bagi perilaku atau tindakan aktor, misalnya budi secara konstan terlambat, karena ia orang yang tak bertanggung jawab.

ØFaktor-faktor yang Mempengaruhi

1)Kekuatan Faktor Lingkungan

2)Efek Perilaku Aktor pada Pengamat

3)Harapan Mengenai Perilaku.

4)Tindakan-tindakan Alternatif yang Ada

Hasil unik ketika kamu melihat temanmu wati mengikuti kursus statistik semester depan, kamu berusaha mengatribusikan tindakannya dengan disposisi atau lingkungan. Kemudian kamu menemukan bahwa kursus ini memang menjadi persyaratan dalam jurusannya, sangat dianjurkan untuk menempuh program pasca sarjana atau menjadi persyaratan bagi mata kuliah tertentu, dan akhirnya kamu akan membuat atribusi lingkungan mengenai perilaku wati.

3.Kelley’s Social Scientist Theory

Teori atribusi yang dikemukakan Harrold Kelley pada dasarnya menerapkan model kovariasi, artinya dalam menarik kesimpulan atas penyebab suatu perilaku, serta pengaruh yang ada diatribusikan kepada kondisi ketika terjadi pengaruh tersebut dan yang tidak ada. Teori inferensi korespondensi terbatas analisisnya pada suatu tindakan, tetapi teori atribusi Harrold kelley menggunakan informasi tambahan dalam mempertimbangkan atribusi kausalitas.

Terdapat tiga jenis informasi yang digunakan manusia untuk sampai pada atribusi kausalitas, yaitu aktor, situasi dimana tindakan atau kejadian itu berlangsung (waktu, modalitas, lingkungan khusus), dan stimulus (objek yang menjadi sasaran perilaku aktor).

4.Atribusi tentang Diri sendiri

Salah satu yang paling menarik dalam teori atribusi, artinya bahwa orang sampai kepada persepsi keadaan intern mereka sendiri dengan cara yang sama jika mereka sampai pada persepsi tentang keadaan orang lain. Teori atribusi tentang diri banyak dikaji oleh Bem (dalam Brigham, 1991) yang menyatakan bahwa atribusi diri atau persepsi diri adalah suatu proses saat seseorang merasa tidak yakin dengan sikapnnya sendiri, sehingga ia menyimpulkan sesuai dengan sikap orang lain terhadap dirinya melalui observasi terhadap perilaku yang ditampilkan oleh dirinya sendiri dan situasi saat perilaku itu terjadi.

ØFaktor-faktor yangMempengaruhi Terbentuknya Persepsi Diri

1)Pengaruh pembenaran yang berlebihan

Akibat pemberian hadiah terhadap motivasi tergantung pada cara seseorang menerimanya. Hadiah dapat dilihat sebagai pengontrol atau pemberi informasi dan pendukung otonomi. Contohnya seorang presiden yang terlalu banyak memberi hadiah untuk mengontrol perilaku mentrinya, menyebabkan para mentrinya memiliki motivasi intrinsik yang rendah. Tetapi, jika pemberian hadiah disertai informasi tentang alasan pemberian hadiah tersebut, maka akan meningkatkan perasaan kompetensi dan motivasi intrinsik.

2)Ketidaksadaran tentang alasan dalam melakukan sesuatu

Jika seseorang dalam menjelaskan perilakunya sendiri sering tidak berdasarkan pada proses terjadinya pemberian informasi yang tepat, tetapi lebih menekankan pada intuisi mereka tentang kemungkinan penyebab perilaku itu terjadi. Oleh karena itu, seseorang sering salah menafsirkan tentang penyebab terjadinya suatu perilaku.

5.Atribusi tentang Sebab Kesuksesan dan Kegagalan

Menurut weiner (1980) ada tiga dimensi yang dapat diidentifikasikan berkaitan dengan atribusi, yaitu locus atau tempat penyebab, stability dan controllability.

1)Tempat sebab akibat (locus)

Masalah paling umum dalam atribusi adalah menentukan apakah suatu tindakan tertentu menurut kesimpulan anda disebabkan keadaan internal atau kekuatan eksternal. Atribusi internal mencakup semua penyebab internal seseorang seperti keadaan hati, sikap, ciri kepribadian, kemampuan, kesehatan, preferensi, atau keinginan. Sedangkan atribusi eksternal mencakup semua penyebab eksternal seseorang seperti tekanan orang lain, uang, sifat, situasi sosial, cuaca, dan seterusnya.

2)Stabilitas atau Instabilitas (stability)

Dimensi kualitas yang kedua adalah penyebab stabil atau tidak stabil, maksudnya apa penyebab terjadinya hal tersebut, yang merupakan bagian relatif permanen dari lingkungan ekstern atau pembawaan intern. Ada beberapa penyebabekstern yang cukup stabil, seperi peraturan dan undang-undang, peranan jabatan atau tahap kesulitan tugas tertentu.

3)Kemampuan mengendalikan

Dimensi umum ketiga atribusi adalah kemampuan mengendalikan. Kemampuan mengendalikan atau ketidakmampuan mengendalikan itu dapat berada bersama dengan kombinasi locus dan stability.

6.Harapan di Masa Depan

Cara kita menarik kesimpulan atas penyebab suatu peristiwa atau perilaku akan mempengaruhi harapan kita tentang masa depan. Harapan masa depan dipengaruhi oleh atribusi pada faktor-faktor yang stabil. Jika performance diatribusikan pada faktor-faktor yang tidak stabil (misalnya usaha, mood, atau nasib), maka adanya kesuksesan atau kegagalan tidak berpengaruh kuat pada harapan di masa yang akan datang. Artinya mereka berharap akan dapat berubah di masa yang akan datang dengan tugas yang sama. Weiner memiliki keyakinan bahwa locus, stability dan controllability mempunyai implikasi yang penting untuk motivasi. Petri (1981) mengatakan bahwa atribusi mempunyai efek motivasional, Contohnya lokus internal atau eksternal memiliki hubungan yang erat dengan perasaan tentang harga diri. Jika sukses atau gagal diatribusikan sebagai faktor internal maka kesuksesan akan mengarahkan pada perasaan bangga dan meningkatkan motivasi, sedangkan kegagalan akan mengurangi harga diri.

7.Learned Helplessness (ketidak berdayaan yang dipelajari)

Learned helplessness adalah perasaan yang kurang dapat mengendalikan lingkungannya dengan menyerah atau putus asa dan mengarah pada atribusi diri yang kuat bahwa dia tidak memiliki kemampuan. Respon learned helplessness dalam suatu situasi mungkin terbawa pada situasi lain ketika:

1)Orang mengatribusikan kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan dalam situasi asalnyakepada faktor-faktor yang global, internal, dan stabil.

2)Situasi baru yang mirip dengan situasi asal.

3)Individu memiliki gaya atribusi yang secara umum mengatribusikan hasil negatif pada faktor-faktor yang luas.

8.Self-fulfiling Prophecy

Proses atribusi dapat menyebabkan timbulnya self-fulfilling prophecy yaitu suatu proses dari harapan dan keyakinan seseorang terhadap orang lain yang akhirnya dapat mengarahkan orang tersebut dengan cara memperkuat harapan dan keyakinannya. Ada tingga langkah dalam proses self-fulfilling prophecy, yaitu:

1)Proses dimulai dengan harapan individu terhadap seseorang yang menjadi target dari individu tersebut.

2)Individu itu kemudian berprilaku konsisten sesuai dengan harapan tersebut.

3)Perilaku seseorang itu tanpa disadari mengikuti tindakan dari individu tersebut diatas.

9.Kesesatan-kesesatan dalam Atribusi

1)Actor-Observer Difference

a)The fundamental Attribution Error

Pemberian Atribusi secara berlebihan kepada pembawaan, serta terlalu meremehkan situasi ini dinamakan sebagai kekeliruan atribusi fundamental.

b)Distorsi Aktor Pengamat

Kecenderungan para pengamat menilai berlebihan penyebab disposional, sedangkan para aktor menilai berlebihan penyebab situasional.

2)Self-Serving Bias

Istilah ini menggambarkan atribusi yang mengagung-agungkan ego atau mempertahankan penilaian terhadap diri sendiri, Contohnya: kita cenderung mengatribusikan keberhasilan yang kita capai terhadap penyebab intern seperti kemampuan, kerja keras, atau keutamaan lainnya. Kita cenderung menyalahkan kepada faktor-faktor ekstern seperti nasib buruk, struktur politik yang menekan, cuaca buruk, dan sebagainya. Self-serving bias ini akan semakin kuat apabila ego terlibat secara mendalam. Kebutuhan memperbesar harga diri dan untuk melindungi diri dari kemrosotan harga diri merupakan faktor yang menjadi penyebab terjadinya self-serving bias.

3)Defensive Attribution

Defensive Atribution yaitu kecenderungan untuk menyalahkan korban karena ketidakberuntungan mereka pada lingkungan. Misalnya kaum kulit di Amerika menganggap keadaan orang-orang kulit hitam yang kondisinya tidak menguntungkan adalah akibat dari sifat malas mereka atau kurangnya motif berprestasi.

10.Pelatihan Atribusi dalam Rangka Meningkatkan Motif Berprestasi

Hasil-hasil penelitian terdahulu yang menyimpulkan pentingnya peran atribusi terhadap kinerja (performance) pada perilaku individu khususnya pada motif berprestasi mendorong beberapa ahli untuk merancang suatu program training yang dapat menciptakan pola atribusi tertentu. Program pelatihan atribusi ternyata akan lebih meningkat prestasinya dibandingkan dengan subjek yang tidak mendapatkan pelatihan.

Kesimpulan

Suatu proses yang dilakukan untuk mencari jawaban (penafiran) atas pertanyaan mengapa atau apa sebab dari perilaku seseorang. Proses atribusi sangat berguna untuk membantu pemahaman atas penyebab perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi terhadap dunia sosial. Proses atribusi yang dipelajari secara alami mempunyai tujuan untuk menjelaskan tindakan-tindakannya sendiri, serta berusaha untuk mengendalikan tindakan-tindakan orang lain yang mempunyai hubungan interpersonal dekat dengan dirinya, serta memperoleh pemahaman tentang dunia ( kesimpulan-kesimpulan dibuat untuk memahami lingkungan dan memprediksi kejadian-kejadian dimasa yang akan datang ).



Daftar Pustaka

Ghufron M. Nur & Risnawati Rini S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Taylor, S. E. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Prenada Media.

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

Baron, R. A. & Bryne, Donn. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun