Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bajaj Biru Nangkring di Atas Separator!

23 September 2019   16:45 Diperbarui: 24 September 2019   13:32 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu jalanan di kelokan Tanah Abang arah stasiun macet bukan main. Semua kendaraan saling serobot, terutama motor. Trotoar untuk pejalan kaki pun juga tak disia-siakan untuk sampai tujuan. Walhasil, bukannya lancar malah kian bertumpuk. Orang, dan semua jenis kendaraan ada di area yang macet total. Rupanya di ujung jalan itu ada insiden. Bajaj dan metromini saling himpit persis di tikungan, di mana sisi kanan bajaj mepet sekali pada separator atau pemisah jalan yang warna warni itu.

Kedua kendaraan itu tidak bisa maju maupun mundur. Kalau salah satu berusaha maju, maka bajaj makin terdesak. Mundur juga demikian. Sebaliknya, metromini yang maju, bajaj juga bernasib sama, kejepit. Jika dipaksakan, bajaj yang jadi korban. Paling tidak spion dan badan sebelah kanan bisa hancur dan penyok. Itu yang jadi alasan Zaid bertahan. Sementara, penumpang kedua kendaraan itu sudah berhamburan turun. Percuma, kata penumpang, lama-lama bertahan di dalam tidak bakalan cepat selesai. Lagian stasiun dan pasar di antara tujuannya tidak terlalu jauh.

Bunyi klakson makin menambah runyam dua pengemudi yang kena sial itu. Umpatan segala macam keluar dari mulut para pengendara yang bernasib sama. Tidak bisa maju maupun mundur. Pejalan kaki cuma menengok sesaat. Tapi ada juga yang coba mengerumuni, sekadar melihat peristiwa ini. Zaid dan pengemudi metromini sudah turun, dan saling lihat posisi kendaraan mereka.

Keduanya tidak sebagaimana yang biasa dilihat sehari-hari di jalan jika ada di situasi tersebut. Pasti mereka marah, dan saling tarik urat leher, adu mulut, melotot, banting rokok, atau saling jotos. Tapi keduanya cool, dan adem pikiran. Sebab mereka mengerti sedang cari makan, dan tertimpa musibah tanpa ada unsur kesengajaan. Sengajanya cuma tidak sabar saja, dan saling serobot untuk sampai tujuan.

 "Ah kau ini,gimana juga nasib kita bang?Tanya pengemudi metromini itu sambil tepuk-tepuk bodi mobilnya.

"Itu dia, bang. Gue juga lagi pikirin gimana caranya supaya bajaj gue kagak rusak. Bukan apa-apa ini baru satu kali nyicil soalnya,"Zaid menimpali tenang.

"Diangkat aja separo badan bajaj kau. Naikin di separator itu?"

"Wah, emang kuat ente bang?"

"Kita cobalah."

Usul itu diterima Zaid. Pengemudi dan knek juga turun tangan. Beberapa orang yang berkerumun tak ketinggalan. Beramai-ramai mereka angkat bajaj itu. Dan, berhasil. Kini bajaj dalam posisi miring sebelah di separator jalan. Metromini sudah bisa lolos dari situasi itu. Perlahan pergi meninggalkan Zaid, dan bajajnya. Demikian juga kendaraan yang lain bisa keluar dari kemacetan itu. Para pengendara tersenyum melihat posisi bajaj yang entah sampai kapan bisa diturunkan. Singkatnya arus lintas di sekitar situ, padat tapi lancar. Tidak pakai merayap. Yang berkerumun pun bubar.

Zaid menampakkan wajah senang, merespon senyum para pengendara yang melintas. Dia bisa bersedekah, pikirnya. Akhirnya jalan di tikungan itu tidak lagi sebagaimana insiden sebelumnya. Cuma setelah setengah jam berlalu, Zaid baru sadar. Bajaj tidak bisa jalan lagi, artinya nangkring terus di separator jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun