Mohon tunggu...
Erna Manurung
Erna Manurung Mohon Tunggu... Penulis - Sedang bermukim di kampung halaman (Serang, Banten)

Senang menulis hal Ikhwal masalah-masalah kesehatan jiwa, sesekali jalan-jalan di sekitar rumah lalu melaporkannya ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Literasi Masyarakat Pedesaan Berarti Menghargai Pikiran Mereka dan Berproses Bersama

17 Desember 2018   13:56 Diperbarui: 17 Desember 2018   14:09 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ester Jusuf (2)

Bekerja bersama masyarakat bukannya tanpa tantangan. Di awal-awal keterlibatan sebagai pegiat literasi, Ester Jusuf punya angan-angan besar. Ia ingin membesarkan SRC dan mengambil posisi-posisi kunci yang bisa berdampak di masyarakat.

Sebagai sosok yang masih menjadi public figur pada waktu itu, lulusan magister dari FISIP UI ini merasa aneh dengan apa yang dilakukan oleh beberapa rekan. Misalnya tinggal di perkampungan terpencil bersama anak-anak desa. Padahal mereka punya pengetahuan yang bagus.

Mengapa tidak melibatkan NGO, parpol, atau ormas saja? Pokoknya, lembaga-lembaga yang punya pengaruh secara struktural deh, pikirnya waktu itu. Misalnya dengan mendatangkan susu, buku-buku, dan para relawan sebanyak mungkin. Namun upaya tersebut mendapat penolakan dari elemen masyarakat di sana. Taman Baca tempat anak-anak desa menimba pengetahuan nyaris ditutup.

"Ya, sekeras itulah saya untuk bisa menerapkan apa yang saya anggap baik,"akunya. Akhirnya Ester belajar menghargai pikiran orang-orang desa dan berproses bersama mereka.

"Kita perlu menyadari keterbatasan-keterbatasan yang ada; cara berpikir, kondisi ekonomi, dll. Itu yang kemudian membuat saya jadi lebih bijak. Kalau enggak, jadinya kan pola pikir kita  yang dipaksakan. Persis seperti Undang-undang juga begitu. Ya, membangun masyarakat itu tidak sederhana. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu waktu untuk menganalisa kondisi obyektif secara menyeluruh," ujarnya.

"Saya juga melihat bahwa untuk membangun literasi harus menjadi gerakan bersama yang ditopang oleh kesadaran kolektif. Banyak kita jumpai program-program literasi yang didukung atau diinsiasi oleh lembaga donor. Untuk masa sekarang, saya menganggap hal itu tidak tepat. Lembaga donor akan menyebabkan ketergantungan alih-alih menjadikan mereka mandiri dan berdaya.

"Basis gerakan literasi adalah para relawan, yakni orang-orang yang secara voluntary bekerja untuk mencerdaskan bangsa. Mereka adalah warga negara Indonesia, tokoh lokal yang mau mencerdaskan desanya. Bukan yang sedang mencari makan.

Identitas mereka dibangun misalnya melalui pernyataan, 'Aku adalah tokoh NU yang dengan keyakinan imanku mau mencerdaskan masyarakat di sini.' Atau, 'Aku adalah mahasiswa yang ingin berbuat sesuatu, yaitu melayani masyarakat'. Di tataran ini hitungannya bukan ekonomis lagi, melainkan semangat kebangsaan.

Namun demikian, tidak menutup kemungkinan jika pemerintah atau negara memberikan penghargaan kepada warganya dalam bentuk sumbangsih ekonomi. Meski jumlahnya tidak besar, tetapi bisa membangun sense of belonging warga. Misalnya setiap rumah yang dipakai untuk kegiatan taman baca mendapat kupon pengurangan listrik 50.000 rupiah. Ini akan membuat warga merasa diberi perhatian dan dihargai.

"Cara lain, mengundang para pengelola taman baca di desa mengikuti pelatihan psikologi anak. Dan beragam hal yang bisa memperlengkapi mereka. Bukankah para local leader, pengelola taman baca ini setara dengan guru formal? Tugas mereka sama beratnya dengan para guru formal yang mendidik anak-anak di sekolah-sekolah. Sudah saatnya perlu mendapatkan penghargaan memadai," kata Ester mantap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun