Mohon tunggu...
Ernip
Ernip Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Mudasiana] Saya dan Celana Jeans Keberuntungan

10 Maret 2017   18:08 Diperbarui: 10 Maret 2017   18:11 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal perjalanan saya mulai menyukai jeans, novel berjudul Celana (Jeans) Keberuntungan sedikit banyak mempengaruhi saya. Celana yang digandrungi semua lapisan masyarakat terutama kawula muda dan dianggap punya selera jika memiliki jeans.

Meski saya bukan pengikut mode terkini, tetap saja ada rasa bangga walau hanya punya satu jeans. Jeans pertama pemberian mamak menjadi simbol saya resmi jadi anak remaja. Supaya tidak lekas rusak, jeans itu baru keluar dari lemari di hari Minggu saja.  

Judul ini terjemahan dari The Sisterhood of Travelling Pants. Sebuah jeans bekas yang membawa keberuntungan. Bercerita tentang kisah persahabatan empat atau lima gadis remaja sebaya saya. Jeans bekas itu pun menjadi simbol sekaligus saksi dalam perjalanan kisah mereka.  

Satu kisah dari untaian cerita keberuntungan karena jeans tersebut yang paling saya ingat hingga kini. Salah satu gadis di antara mereka mengenakan jeans itu saat main bola. Berhasil memasukkan bola ke dalam gawang alhasil regu mereka mendapat kemenangan. Main bola pakai jeans? Mereka pun lama-lama mereka meyakini jeans itu memang membawa keberuntungan.

Setelah masa pinjam habis, novel karya Ann Brashares itupun kembali ke sarangnya di perpustakaan umum daerah. Lewat kisah tersebut pandangan saya tentang jeans berubah. Oleh novel ini bisa jadi juga merubah pikiran anak remaja lain tentang jeans seperti saya.

Dulunya saya mengira celana jeans itu berat saat dipakai. Urusan lain bertambah jika membayangkan saat mencuci, apalagi mencuci pakai tangan pula menyetrikanya.Ternyata saya salah paham. Dalam masa itu, suatu ketika seorang sahabat mengajak saya jalan-jalan ke pasar. Disana sebuah celana jeans bekas menarik perhatian saya.

Celana jeans selutut bersaku di kiri kanan. Saku yang agak dalam menjadi penghuni berbagai benda termasuk duit recehan. Sulaman bunga berwarna pink disengaja di sebelah kiri berpadu tampak feminim. Saya bebas bergerak ketika memakainya. Selain ringan ukurannya sangat pas di pinggang saya. Saking seringnya saya pakai bagian belakang celana itu tipis hampir robek.

Sekilas jeans tampaknya hanya bagian dari pakaian. Namun bahan denim ini selalu menjadi pusat perhatian meski modelnya itu-itu aja. Jeans celana misalnya kalau tidak panjang ya pendek beserta saku yang selalu hadir. Tapi jeans tetap eksissejak jaman baheula. Jeans juga di segala tempat dan masa: kuliah, jalan-jalan, ke pesta, kerja, ke tempat ibadah.

Sekarang saya tidak punya celana jeans pendek. Satupun. Semuanya celana jeans yang saya punya jeans panjang. Dua jeans dari jaman kuliah saya bawa ke tempat tinggal baru.

Desember tahun lalu, jeans terlama yang ada pada saya batal saya pakai. Saat mau pakai tiba-tiba terdengar suara, “krek”. Peringatan masa pakai telah habis. Owh! Ternyata jahitan atas saku belakang robek. Beugh! Resiko orang berduit lingkar pinggang bertambah—padahal duit recehan. Hehe.

Jeans cocok dengan hampir semua atasan. Apalagi untuk saya yang tidak sensitif dengan fashion. Rata-rata baju saya dilemari saya padukan dengan jeans. Dalam lima hari kerja saya lebih sering pakai jeans.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun