Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ingin Mendalami Teknologi Pikiran? Wajib Tonton Split!

17 Februari 2017   00:21 Diperbarui: 17 Februari 2017   16:39 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu karakter dalam film Split. DirtyHorror.com

Anda tertarik dengan masalah kejiwaan atau tentang pikiran bawah sadar? Film Split yang saat ini tayang di bioskop, bisa menjadi tambahan pengetahuan dan referensi bagi Anda untuk mendalaminya. Psikolog, psikiater, termasuk hipnoterapis seperti saya, tentu tidak lagi heran jika menjumpai seseorang yang memiliki banyak kepribadian, seperti diperankan James McAvoy dalam film besutan sutradara Sutradara M. Night Shyamalan ini.

Dalam film ini, James McAvoy memerankan seseorang yang memiliki 23 kepribadian. Bahkan 23 kepribadian ini kemudian bersekongkol dan sepakat membentuk kepribadian baru berupa monster The Beast yang memiliki kekuatan sangat luar biasa.

Film Split yang langsung menyuguhkan ketegangan sejak menit-menit awal itu, menggambarkan kondisi Dennis (James McAvoy) yang juga dengan mudah mengakses data kepribadiannya yang lain. Selain Dennis yang obsesif dengan kebersihan dan keteraturan, di antaranya juga ditampilkan kepribadian Patricia yang feminin, Hedwig yang kekanakan, dan Barry yang memiliki jiwa artistik dan flamboyan.

Sebagai terapis berbasis teknologi pikiran, banyak temuan menarik saat proses terapi seperti halnya dalam film Split ini. Saya pun harus jeli dalam menggali pikiran bawah sadar klien. Saya harus berbicara dengan bagian diri klien yang tepat, sesuai dengan masalah yang ingin diatasi. Di kelas 100 jam Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH) di Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, tempat saya belajar, ‘bagian diri’ ini disebut dengan ego personality (EP).

Ibarat jaringan komputer, 23 EP itu layaknya 23 komputer yang saling terhubung dengan local area network (LAN). Masing-masing bisa aktif sendiri, namun bisa saling bertukar data dengan komputer lain yang ada di jaringan tersebut.

Rekan saya, Elvia Esta asal Jogjakarta, sesama hipnoterapis dari Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, pernah melakukan terapi pada klien yang kepribadiannya “pecah” hingga menjadi 21 bagian. Proses terapi yang melelahkan itu akhirnya bisa dituntaskan menggunakan metode hipnoterapi.

Saya juga teringat dengan salah satu klien saya, seorang wanita muallaf yang kini sedang menekuni bisnis. Wanita ini beberapa kali mengalami kegagalan dalam bisnis yang ia jalani. Saat proses terapi, saya mencoba berkomunikasi dengan EP yang menghambat bisnis wanita ini. Ternyata secara mengejutkan, muncul EP yang masih berusia 16 tahun, padahal klien sudah berusia 35 tahun. EP yang berusia 16 tahun itu bertugas melakukan sabotase atas usaha yang dilakukan klien. Tujuannya, supaya klien frustasi dan kembali ke agamanya yang lama. Ya, ternyata EP ini tidak rela kliennya menjadi muallaf.

Sangat sulit melakukan negosiasi dan membujuk EP yang masih 16 tahun ini agar menyetujui klien pindah keyakinan. Apalagi EP ini muncul akibat trauma, yakni klien sempat dikurung selama berhari-hari oleh orang tuanya, ketika dia ketahuan menjadi muallaf. Bahkan, kitab suci dan mukena yang selama ini ia gunakan, sempat dimusnahkan orang tuanya. Beruntung akhirnya EP ini melunak dan akhirnya bersedia mendukung keputusan klien.  

Bisa dibayangkan, bagaimana jika EP usia 16 tahun itu dibiarkan tetap hidup dan terus melakukan sabotase dalam diri klien. Apalagi sampai berhasil mempengaruhi EP lainnya untuk menjalankan hal yang sama. Itulah yang menyebabkan seseorang stress bahkan bisa berubah menjadi ‘monster’ seperti yang digambarkan dalam film Split.

Lantas, kenapa seseorang bisa memiliki banyak kepribadian seperti diperankan James McAvoy? Di film itu digambarkan, penyebab awalnya adalah ketika pria ini masih berusia anak-anak, bernama Kevin Crumb, selalu mendapat perlakuan kasar dari ibundanya. Hal ini yang kemudian memicu timbulnya EP dalam diri Kevin yang sebenarnya bertujuan baik, yakni untuk memberikan perlindungan. Sehingga membentuk EP baru, yakni monster yang sulit dikalahkan.

Sementara itu, di ruang terapi, saat saya berurusan dengan EP-EP klien yang memunculkan masalah, sebenarnya tujuannya sangat baik. Namun tujuannya hanya baik saat pertama kali muncul. Di kemudian hari EP inilah yang memunculkan masalah dan harus diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun