Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Turki Membasmi ISIS, Mengapa Indonesia Mau Menerima?

5 Februari 2020   17:18 Diperbarui: 5 Februari 2020   17:19 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Turki, Erdogan (dok.dailysabah.com)

Wacana menerima kembali orang Indonesia yang bergabung ke ISIS sungguh salah kaprah. Itu artinya kita menyediakan diri untuk dihancurkan dari dalam. Apakah kita mau bangsa dan negara Indonesia lenyap dari peta dunia?

Padahal Turki saja begitu sengit dalam memberantas terorisme. Bersama NATO, Turki memberangus markas ISIS. Karena itulah, orang Indonesia yang ditemukan bergabung dengan ISIS juga ditangkap. Beberapa tahun yang lalu Turki berhasil mendeteksi orang-orang yang ingin menjadi anggota ISIS melalui perbatasan Turki.

Mengapa saya membandingkan dengan Turki? Karena di negeri kita ini banyak yang menjadi penggemar Erdogan. Mereka sering berkhayal memiliki pemimpin seperti dia. Bahkan jika dianggap bisa mendirikan khilafah, orang seperti Erdogan yang akan menjadi pemimpinnya.

Padahal Erdogan tidak mentolerir segala bentuk terorisme. Dia juga tidak pernah menyatakan akan mendirikan khilafah. Karena itu, orang-orang yang mendukung khilafah di Indonesia, sejatinya bukan pengikut Erdogan. Mereka hanya mendompleng nama Erdogan untuk mendapatkan banyak pengikut.

ISIS telah membuat simpul-simpul di Indonesia. Mereka tengah menyemai bibit radikal untuk suatu saat digerakkan secara besar-besaran. Intoleransi semakin tinggi, semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dikaitkan dengan agama.

Indoktrinasi berjalan terus melalui kelompok-kelompok eksklusif yang bergerak secara simultan. Perlahan tapi pasti, mereka tengah membangun markas ISIS di wilayah Nusantara. ISIS boleh saja hancur di Timur Tengah, tetapi mereka meregenerasi di Indonesia.

Maka yang harus kita waspadai adalah pusat ISIS tidak lagi ada di Timur Tengah. Apa yang tertinggal di sana hanya kepingan-kepingan yang tidak berharga. Siapa yang bisa menjamin bahwa anggota ISIS dari Indonesia tidak diangkat sebagai komandan atau jenderal mereka?

Indonesia sangat potensial sebagai pusat dan markas ISIS. Jumlah penduduk muslim Indonesia terbesar di seluruh dunia. Ditambah lagi, sebagian besar umat Islam tersebut, tidak memahami agama dengan baik. Kasarnya, mereka hanya 'Islam KTP", tidak memiliki ilmu agama yang benar karena malas membaca dan belajar.

Simpul-simpul ISIS ada di daerah-daerah yang fanatik, sedangkan yang netral, sulit untuk tumbuh. Mereka juga mampu melakukan provokasi terhadap orang-orang yang kecewa pada pemerintahan pimpinan Jokowi.

Jika 600 orang Indonesia yang sudah menjadi anggota ISIS dibiarkan kembali ke tanah air, bahaya besar mengancam. Mereka ibarat bom waktu yang bisa diledakkan kapan saja. Mereka tidak mencintai Indonesia, tetapi mencintai ISIS.

 Mereka tidak akan peduli pada kerusakan yang ditimbulkan, juga pada korban yang jatuh. Mereka hanya tahu ingin mendirikan negara khilafah yang diatur mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun