Menyimak taktik Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap Iran di awal tahun, maka akan terlihat seperti 'hit and run'. Tapi sebenarnya tidak lebih dari gertak sambal belaka. Itulah mengapa saya tidak tergesa-gesa menulis tentang hal ini.
Meski begitu, taktik itu bisa dikatakan cukup berhasil memancing kekeruhan di wilayah Timur Tengah. Dan Donald Trump asyik menonton sinetron yang disutradarainya sendiri. Masih ada kelanjutan kelak dengan perhitungan yang matang.
Donald Trump dengan sekutu terdekatnya, Benjamin Netanyahu, telah merencanakannya pembunuhan Jenderal Qassem jauh-jauh hari. Mereka telah mengintai sejak lama dan tahu kapan waktu yang tepat. CIA dan Mossad patut diacungi jempol untuk kepiawaian mereka.
Pembangunan terhadap Jenderal Qassem bukan keputusan resmi Amerika Serikat. Donald Trump tidak meminta persetujuan dari Senat atau Kongres Amerika serikat. Ia membuat keputusan sendiri, sebab memang belum direncanakan sebagai perang jangka panjang, hanya sebagai gertak sambal.
Apa yang ingin dilihat oleh Donald Trump dengan pembunuhan Jenderal Qassem?
1. Reaksi pemerintah Iran. Apakah Iran akan.menjadi marah besar dan panik dengan serangan tersebut. Jika iya, tentu Iran akan membabi buta menyerang Amerika Serikat.
Kita lihat, reaksi Iran memang marah tapi tetap terkendali. Iran tidak menyerang langsung Amerika Serikat, hanya pangkalan militer yang ada di Irak. Serangan ini ditutupi oleh media Amerika Serikat, terutama soal jumlah korban.
Kalau Iran menyerang langsung Amerika Serikat atau sekutunya seperti Israel, Arab Saudi dan UEA, maka negara ini bisa balik dituduh sebagai penyebab perang dunia ke tiga. Sayangnya, kesalahan  Iran adalah menembak pesawat sipil Ukraina yang justru mengundang reaksi dari rakyat Iran. Dan ini dimanfaatkan dengan baik oleh agen-agen Amerika Serikat.
2. Reaksi dunia. Jika masyarakat internasional tidak peduli dengan pembunuhan Jenderal Qassem, maka Donald Trump bisa melanjutkan rencana berikut untuk menyerang Iran. Di sisi lain, media massa pro Barat digerakkan, gencar mendukung tindakan Donald Trump.Â
Kelihatan bahwa reaksi dunia terbagi dua. Negara-negara muslim, kecuali yang pro Barat, mengecam tindakan pembunuhan tersebut. Sedangkan negara-negara Barat bertepuk gembira karena menganggap Iran sangat berbahaya.
3. Gertak sambal itu juga dimaksudkan agar Iran menampakkan kekuatan militer yang dimilikinya. Sejauh ini, American Serikat tidak tahu pasti seberapa besar kekuatan Iran, terutama dalam hal persenjataan.