Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Berada di Luar Negeri, Darah Indonesia Mengalir Kencang

30 November 2019   14:25 Diperbarui: 30 November 2019   14:29 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat saya di Turki (dok.pri)

Saat kita berada di tanah air, bersama handai taulan, kita akan merasa biasa-biasa saja. Tidak ada sesuatu yang mengusik rasa nasionalisme kecuali jika dihadapkan pada peristiwa yang menjurus instabilitas negara.

Berbeda halnya dengan ketika berada di luar negeri, dimana kita tidak hanya membawa diri sendiri. Suka atau tidak suka, kita menyandang nama bangsa dan negara.

Sebab berada di negeri orang, pasti kita akan mendapatkan pertanyaan, anda darimana? Apalagi jika berkunjung ke negara yang tidak serumpun, secara fisik sangat berbeda. Kulit kita sawo matang, mereka bule, tinggi badan pas-pasan dan mereka tinggi besar.

Jelas, perbedaan fisik yang menyolok akan mengundang pertanyaan dari penduduk setempat. Meski status kita adalah turis atau wisatawan di sana. Ada saja yang penasaran dan ingin tahu asal-usul kita.

Begitulah yang saya alami ketika bertandang ke negara lain. Terutama saat saya di Turki untuk beberapa lama, warga Turki antusias untuk mengetahui tentang saya, baik secara pribadi maupun sebagai bangsa Indonesia.

Maka saya juga menjaga sikap dan tingkah laku saya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Karena secara tidak langsung saya menjadi cermin, bagaimana sebetulnya orang Indonesia.

Satu hal yang menarik, banyak yang menilai bahwa orang Indonesia adalah orang yang religius. Jika ia muslim, maka orang Indonesia adalah muslim yang taat menjalankan ibadah.

Karena itu mereka gembira sekali menerima saya. Terlebih mereka mendapati saya ternyata seperti apa yang mereka bayangkan, seorang muslimah yang taat. Mereka menyambut dengan ramah, murah hati dan mudah mengulurkan tangan.

Hal ini tidak terlepas dari image yang terbentuk oleh para.mahasiswa Indonesia yang belajar ke sana. Mereka dikenal sebagai orang Indonesia yang taat belajar dan beribadah. Mereka yang membawa nama baik Indonesia di Turki.

Pengalaman menarik adalah ketika saya hendak berbuka puasa Sunnah di sebuah kedai. Si ibu pemilik kedai saya senang mengetahui bahwa saya orang Indonesia. Apalagi saya hendak berbuka puasa di sana, beliau menggratiskan makanan dan minuman yang saya makan. Bahkan si ibu minta saya mendoakan beliau dan keluarganya.

Saya senang dan bangga memperkenalkan jati diri saya sebagai bangsa Indonesia. Dan saya tunjukkan melalui sikap dan tingkah laku bahwa bangsa Indonesia religius, cerdas,  ramah, mudah menolong siapa saja tanpa kecuali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun