Venezuela yang sedang dilanda krisis ekonomi telah menjadi ajang perseteruan baru antara Rusia dan Amerika Serikat. Â Ketegangan politik di dalam negeri dimanfaatkan oleh negara adidaya untuk menguasainya.
Untuk mengatasi kondisi perekonomian negaranya, Presiden Venezuela, Maduro telah meminta bantuan dari Rusia. Bahkan Maduro menjual emas kepada Turki. Karena itu Rusia dan Turki tetap mendukung Maduro memimpin Venezuela.
Sebaliknya, Amerika Serikat mendukung oposisi yang ingin menggulingkan Maduro. Pemimpin oposisi, Juan Guaido rajin berkomunikasi dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Sebagaimana biasa, pola Amerika Serikat untuk menguasai negara lain adalah dengan memberikan bantuan kepada oposisi. Amerika Serikat dengan tegas menyatakan bahwa Venezuela membutuhkan Presiden Baru.
Trump telah mempersiapkan tentara Amerika Serikat untuk diberangkatkan ke Venezuela sewaktu waktu. Tetapi  penjagaan perbatasan sudah diperketat oleh Maduro.
Amerika Serikat tampak begitu memaksa ingin menyerang Venezuela. Padahal secara logika, seharusnya tidak ikut campur urusan negara lain. 'Pemaksaan' ini yang membuat Rusia menjadi'gemas,'
Beberapa waktu yang lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan saingannya dari AS Mike Pompeo. Lavrov melarang campur tangan Amerika, termasuk menggunakan kekuatan, di Venezuela yang menghadapi krisis kepemimpinan besar.
Lavrov justru mengajak Amerika Serikat untuk membicarakan secara baik baik. Lavrov siap untuk pembicaraan mengenai masalah Venezuela sesuai dengan prinsip-prinsip PBB.
Pernyataan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali awal bulan ini bahwa intervensi militer di Venezuela adalah sebuah pilihan. Ia memicu meningkatnya  tekanan internasional pada kepala negara  Nicolas Maduro untuk mundur.Maduro menghadapi tantangan dari pemimpin oposisi Juan Guaido yang menyatakan dirinya sebagai presiden pada Januari.Â
Guaido memandang pemilihan kembali Maduro tahun lalu, sebagai tidak sah.Dia berusaha untuk memaksa pemimpin sosialis yang berkuasa sehingga dia dapat membentuk pemerintahan transisi dan mengadakan pemilihan presiden baru.
Uni Eropa dan sekelompok menteri Eropa dan Amerika Latin telah menyerukan pemilihan presiden baru, tetapi Maduro menolak saran itu. Rusia tetap menyatakan Maduro adalah presiden yang sah.