Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pao, Penderita Down Syndrome yang Menjadi Penyair

16 September 2018   13:44 Diperbarui: 17 September 2018   05:11 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aoh, beraksi di Kemah Seni (dok.pri)

Selama ini saya belum pernah mengetahui dan mengenal penyair yang juga penderita down syndrome. Sampai beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan Pao, dan menyaksikan dia beraksi di Kemah Seni Huma land dalam acara Silaturahmi Budaya yang dibuka oleh Direktur Galeri Nasional.

Biasanya penderita down syndrome berada dalam pengawasan keluarga dan menjalani perawatan terapi kesehatan oleh para ahli. Sedangkan yang berasal dari keluarga tak mampu, dikucilkan, dipasung atau dibuang dari kehidupan keluarganya.

Banyak pula penderita down syndrome yang terpaksa berkeliaran di jalanan karena keluarga enggan mengurusnya. Ada yang menjadi pengemis, dan ada yang mengamen. Nasib mereka rata-rata mengenaskan, sebagai orang buangan.

Berbeda dengan Pao, seorang penderita down syndrome yang bernasib baik. Ia nyaris menjadi penghuni jalanan kalau saja tidak ditemukan oleh teman teman dari Komunitas Sastra Kalimalang.  Komunitas ini didirikan oleh Ane Matahari yang telah meninggal dua tahun yang lalu.

Pao, sebenarnya adalah yatim piatu. Kedua orangtuanya telah lama meninggal dunia. Ia diamanatkan kepada keluarga ayahnya untuk diurus dan dipelihara. Ada rumah dan peninggalan orang tua yang juga dititipkan  kepada wali tersebut.

Malang tak dapat ditolak, sang wali menguasai peninggalan orangtuanya. Sementara Pao terlempar ke jalanan tanpa makanan, tanpa tempat bernaung. Kalau ia berusaha pulang, ia diusir oleh keluarga walinya.

Komunitas Sastra Kalimalang yang dimotori oleh Penyair Irmansyah, menyelamatkan Pao, mengajak dan mendidiknya untuk menyukai sastra. Ia ternyata sangat menyukai puisi dan senang membacanya dengan penuh penghayatan.

Bahasa Pao, bahasa Tuhan

Satu hal yang menarik, tidak seorang pun yang mengerti bahasa apa yang digunakan Pao. Sebagaimana namanya, pemberian teman temannya karena dia hanya bisa bersuara aoh, berbicara lancar dengan kata kata aneh.

"Apa yang dia katakan, hanya dia dan Tuhan yang tahu," kata penyair Irmansyah yang memiliki ciri khas dengan membawa seruling.

Namun sejatinya, Pao sangat mengerti apa yang dikatakan orang lain. Ia menerima instruksi dan pengarahan Irmansyah dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun