Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sehari di Berlin Bisa Ngunjungin Apa?

18 Februari 2016   21:01 Diperbarui: 27 Maret 2016   06:05 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kereta dari Dusseldorf yang mereka tumpangi tiba di stasiun utama (hbf) Berlin pukul 06:53. Masih cukup subuh hitungannya disisa-sisa musim dingin ini. Di luar masih gelap dan juga dingin. Seperti dikabarkan oleh perkiraaan cuaca, kalau Berlin akan turun salju lagi, artinya, udara dingin itu akan terasa lebih lagi. “Semoga cuaca cerah!” itu saja harapan yang saya sisipkan.
 
Setelah janjian lewat facebook, saya bersiap menuju hbf Berlin. Dipastikan kesibukan kota Berlin sudah mulai terlihat sepagi itu. Kereta yang saya jadwalkan kelewat karena harus beli tiket dulu di mesin, otomatis membuat saya terlewat beberapa menit dari waktu janjian. “Selamat datang di Berlin Ninin dan Santy! Maaf sudah menunggu, ya!”
 
Perjalanan kereta malam pasti akan melelahkan walau fasilitasnya juga bagus. Kereta tercepat Jerman itu tidak akan salah memberi pelayanan, harus lah, bayarnya juga nggak bisa tawar sedikit pun, kan yah?
 
[caption caption="(Boleh nodong dari fb Ninin, ini kereta ICE yang mereka tumpangi. Jadi pengen nyoba…)"][/caption]
 
Kita memutuskan untuk mampir di rumah. Seperti pesan si abang di skype di malam sebelumnya, “kalau mereka ada waktu, lebih baik untuk mampir sebentar untuk sekedar mandi dan sarapan biar segar jalan seharian di Berlin.”
 
Ninin memang bilang kalau mereka ada janjian dengan sepupu sekitar pukul 10:30 an pagi. Rasanya memang bakal sedikit ngebut ngejalanin rencana tersebut.
 
***
 
Setelah memutuskan untuk tidak nitip koper di locker, kita jalan ke rumah. Di saaat yang sama, perjuangan nge geret koper buat mereka pun mulai. Di stasiun kecil di Berlin, tidak semua pakai lift atau elevator, jadi lah seharian kemarin aktivitas paling tidak diduga-duga bagi mereka berdua adalah urusan menggeret koper (sayangnya, lupa ambil fotonya). Kudu bilangin sama pemerintah kota Berlin itu, jangan nyusahin turis. Oh iya, sama wifi juga ya? Iya, oke… oke.
 
Sementara kita mampir bentar di Kaisers (supermarket) buat beli makanan, Ninin parkir di luar dengan berdingin-dingin jagain koper dan barang-barang. Untung Santy ikutan masuk, karena, rencana saya pengen ngenalin kuliner Jerman kudu di reject saat itu juga karena dia nggak makan yang haram-haram, katanya, karena nggak terbiasa dari kecil. Eh, gimana Nin? Kudu diapain yang berkaki empat itu dulu baru Santy mau makan, ya? Oh!

Sudah hampir tengah hari juga ketika kita bersiap menjelajah Berlin. Mereka perlu mempersiapkan tiket ke Prague malam nya, juga mempersiapkan hotel di sana. Setelah lihat-lihat tempat berangkatnya Berlin ZOB, dimana itu? Saya juga bingung itu dimana, maka tiket ke Dresden malam itu juga saya ambil dari stasiun yang sama, biar sekalian sama-sama.
 
***
Dua stop saja sudah sampai Alexanderplatz, dan mulailah kita menjelajah Berlin dengan tiket harian Berlin AB di tangan masing-masing. Tiket ini sangat efisien buat mereka yang jalan-jalan di Berlin, dengan harga yang cukup murah, 7 Euro sudah bisa dipakai sampai pukul 03:00 pagi di hari selanjutnya. Dan karena kita kesiangan, saya minta Ninin untuk kontak Riako, sepupunya, untuk mengundur waktu ketemuan, sepakatlah pukul 15:30 di Ostbahnhof (biar dekat tembok Berlin).
 
[caption caption="(duo bornap dengan background Weltuhr dan tv tower Berlin di Alexanderplatz. Weltuhr nya menunjukkan pukul 18:00 di Jakarta)"]

[/caption]
Dari square nya Alexanderplatz, skip (mall) Alexa nya karena memang nggak niat belanja, kita melanjutkan ke area tv tower Berlin dimana gedung balai kota Berlin, gereja Marienkirche dan patung Neptun bisa dilihat. Kalau punya waktu, dan, dengan pasangan masing-masing, boleh di coba restoran di atas tv tower. Seru lihat view Berlin nya!
 
Di dekat tv tower, dan sepanjang jalan menuju Berliner Dom adalah gudangnya tempat jualan souvenir dengan harga yang cukup oke. Setelah nganterin mereka ke beberapa tempat, saya juga kecantol pengen ikutan belanja. Duh, perempuan nggak bisa lihat harga miring, yak… yak…
 
Selanjutnya kita mengarah ke Berliner Dom, gereja protestan terbesar di Jerman, setelah mereka berdua juga foto-foto mengabadikan sungai Spree yang membelah kota Berlin itu, kali ini, sudah dengan belanjaan masing-masing.

 [caption caption="(Saat asik-asiknya fotoan, eh, malah ada yang nyelip di antara wajah kita mengimbangin senyum kita bertiga – Berliner Dom)"]

[/caption]
Dari dekat Berliner Dom, kita tingal mengambil bus nomor 100, bus ini adalah bus wisata kota Berlin dimana akan berhenti di tempat-tempat wisata. Jadi, kalau tau informasi, sebenarnya nggak perlu bayar tiket bus wisata yang jauh lebih mahal itu karena Tiket harian sudah termasuk buat naik bus ini.
 
[caption caption="(Brandenburger Tor – pintu utama masuk kota Berlin saat terjadi perang dingin dulu)"]
[/caption]
[caption caption="(di sekitar Holocaust – memorial pembantaian orang Yahudi di Eropa)"]
[/caption]
 [caption caption="(ini adalah bekas tembok Berlin yang sudah diruntuhkan, ini persis di tengah jalan, harus hati-hati. kita cepat-cepat nangkringin kaki karna di depan kita persis ada bus berhenti)"]
[/caption]
 
 [caption caption="(bertigaan di depan Reichstag – gedung parlemen Jerman)"]
[/caption]
 
Mengingat pukul 15:30 ada janjian dengan Riako, sepupu Ninin, kita segera mencari halte bus nomor 100. Dan ternyata, bersisian saja dengan gedung parlemen, jadi nggak perlu jalan jauh lagi. Kita juga sempat mampir ke toilet di seberang gedung parlemen, sebelum kemudian menuju Ostbahnhof, tempat sisa tembok Berlin terpanjang dan jadi tempat wisata.
 
[caption caption="(nge timer – kita bertiga dengan sisa tembok Berlin)"]
[/caption]

[caption caption="(Dan akhirnya kita pun ketemuan di Ostbahnhof, si ganteng, 3 bornap dan borman ada dalam satu frame foto…)"]

[/caption]

[caption caption="(our postcard)"]

[/caption]

Perjalanan jemput barang kemudian mencari Berlin ZOB adalah babak selanjutnya. Saya benar-benar tidak tau bagaimana ke sana. Sementara saat menungg kereta s5, beberapa menit sempat tertahan di 3 menit, kemudian 4 menit, 3 menit begitu beberapa kali. Penumpang sudah bertumpuk sementara perjalanan kita juga cukup jauh (artinya, harus cepat-cepat cari tempat duduk.

Akhirnya s5 datang juga. Ternyata setelah turun di Westkreuz lalu dilanjutkan dengan naik s41 di arah sebaliknya turun dari s5. Satu halte saja. Nanti di dalam kereta, akan dikasi tau juga tentang informasi bahwa itu adalah Berlin ZOB, jadi nggak usah kuatir. Yang sempat jadi masalah adalah, setelah turun di Berlin ZOB, koq nggak kelihatan itu stasiun bus di sebelah mana. Ternyata kudu naik lagi, untung ada lift, terus jalan ke arah kanan terus sampai perempatan. Di perempatan, belok ke kanan saja, di sebelah hotel itu lah Berlin ZOB. Minta ampun, kita udah deg-deg an tiketnya bakal hangus.

Ternyata, ya, ternyata bus ke Prague, lewat Dresden, jadi kita sama-sama lagi. Ya, begitulah cerita perjalanan kita kemarin! Semoga kunjungan ke Berlin nya menyenangkan ya! Kan, beneran itu let it snow…. let is snow nya… sampe Riako nyelamatin Santy “Merry Christmas!” lagi.

***

Lalu, siapa bilang pertemanan di dumay itu nggak ada gunanya dan belum tentu orangnya apa adanya? Perjalanan singkat kami hari ini adalah bukti dari “connecting” versi dumay, yang sebenarnya kalau dipikir-pikir adalah refleksi diri dari dunia nyata. Rugi kan kalau kita nggak apa adanya saat di dumay, karena, kita nggak tau kita akan melangkah dan dengan siapa kita akan dipertemukan?

Akhirnya, selamat melanjutkan menjelajah Eropa buat kalian berdua, ya!

ooOoo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun