“Kita memang saling mencintai. Tapi kenyataannya, bermodalkan cinta saja tak cukup kuat untuk membuat kita selalu bersama”
Dari awal, sebenarnya aku sudah sadar jika cinta kita memanglah terlarang. Aku juga tak menutup mata dan telinga jika di belakang kita banyak yang berbisik serta mencibir tak suka. Bisa jadi di rumah sana, orangtua kita pun mengutuk tak rela hubungan ini. Namun, aku bisa apa kalau sudah terlanjur tergila-gila seperti ini?
*****
Sore itu, aku mendapatkan undangan untuk mengunjungi salah satu galeri tua terkenal di Kota Yogyakarta. Awalnya aku sedikit enggan, sebab aku bukanlah tipe pria pecinta dan penikmat sentuhan seni. Namun setelah kupertimbangkan, tak ada salahnya juga untukku singgah sebentar, mungkin sekadar untuk membeli lukisan agar bisa kupajang di salah satu sudut dinding di rumahku.
Ketika mataku mulai lelah menelusuri sudut-sudut galeri yang penuh dengan lukisan-lukisan yang sebenarnya tak kumengerti maknanya. Tiba-tiba mataku seolah dituntun untuk memandang sebuah objek yang merupakan wujud nyata dari keindahan dan seni. Tak sengaja mataku menemukanmu sedang berdiri dengan anggun di depan sebuah lukisan.
Itulah awal kita berjumpa. Di sebuah galeri tua. Di penghujung tahun 2012. Bulan Desember yang tak akan pernah akan pernah bisa kulupakan.
*****
Singkat cerita, dari perjumpaan itu, kita mulai berkenalan. Bahkan kita tak pernah absen bertukar kabar setiap hari. Hubungan yang awalnya hanya sebatas pertemanan akhirnya berubah juga menjadi untaian-untaian cinta seperti harapan awalku. Meskipun kau mulanya sempat meragu namun dengan kepandaianku dalam merayu akhirnya kau jatuh juga kepelukkanku.
*****
Satu tahun pertama hubungan kita, semuanya masih terasa begitu memukau. Bunga-bunga cinta masih bermekaran menghiasi taman kasih kita. Begitu indah, begitu wangi semerbak.
Semua yang kulihat padamu tampak begitu mempesona di mataku. Mungkin benar kata orang, jatuh cinta bisa membuat gila. Ya, aku begitu tergila-gila karena terlalu memujamu.