Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Relevansi Serangan Rudal ke Suriah dan Bom Gereja di Mesir

11 April 2017   15:47 Diperbarui: 12 April 2017   02:00 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
-Lokasi peluncuran rudal dan pangkalan udara militer Suriah-

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 06 April 2017, Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap pangkalan udara militer Suriah, Shayrat. Sebanyak 59 rudal jelajah Tomahawk  diluncurkan oleh kapal perang USS Porter dan USS Ross dan menghantam pangkalan udara tersebut.

-Rudal jelajah Tomahawk-
-Rudal jelajah Tomahawk-
Selang beberapa hari setelahnya, tepatnya tanggal 09 April 2017, Mesir diguncang oleh teror bom bunuh diri yang menimpa umat Kristen koptik yang sedang beribadah di gereja yang berlokasi di Tanta dan Alexandria. ISIS menyatakan berada di balik teror bom tersebut.

-Teror bom di Mesir-
-Teror bom di Mesir-
-Teror bom di Mesir-

Serangan rudal yang dilancarkan Amerika Serikat ke Suriah dilakukan dengan alasan Presiden Assad telah membantai warganya sendiri dengan menggunakan senjata kimia. Terlepas dari benar tidaknya klaim tersebut, serangan Amerika Serikat adalah suatu bentuk pelanggaran terhadap kedaulatan negara yang sah, dimana hal itu tidak dibenarkan dengan alasan apapun. Penghormatan terhadap kedaulatan negara juga tertulis dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Hukum Internasional.

Meskipun jelas-jelas serangan tersebut tidak dibenarkan, namun tetap saja ada negara yang mendukung serangan Amerika Serikat tersebut. Inggris, Perancis, Jerman, Turki, Israel, Arab Saudi, Australia, Polandia, Uni Emirat Arab, Jepang, dan Kanada adalah negara-negara yang mendukung serangan rudal terhadap Suriah. Sedangkan negara-negara yang menolak adalah Suriah, Rusia, Iran, Bolivia, dan Mesir. Pemerintah Indonesia pun menyatakan prihatin terhadap serangan tersebut dan menyatakan bahwa serangan unilateral bagaimanapun juga tidak dapat dibenarkan.

Mesir melalui anggota parlemennya mengutuk keras serangan Amerika Serikat terhadap Suriah. Mesir juga menyayangkan sikap pasif negara-negara anggota yang tergabung di Liga Arab terhadap situasi yang terjadi di Suriah tersebut. Dahlia Youssef, anggota parlemen yang mewakili Kristen Koptik dan yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Kerjasama Parlemen Mesir-Inggris menyatakan bahwa tindakan tersebut menggambarkan kecerobohan dan sikap tidak bertanggung jawab Pemerintahan Donald Trump. Donald Trump seharusnya mengadakan investigasi untuk membuktikan apakah Pemerintahan Assad telah menggunakan senjata kimia atau tidak, bukannya malah memberikan respon dengan melakukan serangan langsung secara sepihak. Youseff setuju bahwa penggunaan senjata kimia dalam perang tidak diperbolehkan, namun sebelum melaksanakan hukuman terlebih dahulu harus dicari siapa pihak yang menggunakan senjata kimia tersebut.

Anggota parlemen lainnya, Mostafa Bakri, juga menyatakan hal yang senada. Ia berkata bahwa serangan Amerika Serikat ke Suriah hanya untuk menunjukkan bahwa Donald Trump tidak bekerjasama dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dan mempertahankan popularitasnya di Amerika Serikat. Delegasi Mesir pun menyatakan di hadapan perserikatan bangsa-bangsa bahwa setiap pihak yang bertikai harus dipanggil guna menghentikan perang di Suriah. Perserikatan Bangsa-bangsa diharapkan dapat menginisiasi terjadinya gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai supaya tidak timbul korban yang lebih banyak lagi. Mesir juga menyerukan agar Amerika Serikat dan Rusia bisa bertindak bijak dan mencari solusi yang tepat dalam krisis Suriah.

Ketika suasana penentangan Mesir tersebut masih hangat-hangatnya, mendadak Mesir diguncang oleh teror bom bunuh diri yang menimpa Gereja Koptik di Tanta dan Alexandria. Jemaat kedua gereja tersebut sedang beribadah merayakan hari raya Minggu Palma ketika bom tersebut meledak. Sebanyak lebih dari 45 orang terbunuh dan sekitar 100 orang lainnya luka-luka. Setelah ledakan itu terjadi, muncul statement dari pihak ISIS bahwa ISIS lah yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.

Lalu, apa hubungannya serangan Amerika Serikat ke Suriah dengan teror bom gereja di Mesir?

Dalam kasus ini, ada dua pihak yang jadi pelaku dari peristiwa tersebut, yang pertama adalah Amerika Serikat, yang kedua adalah ISIS. Mungkin beberapa dari kita sudah mengetahui, bahwa pendirian organisasi ISIS adalah sepenuhnya didukung oleh Amerika Serikat. Seperti Al Qaeda, ISIS didesain menjadi kelompok teroris yang bertujuan untuk memecah belah negara-negera kaya minyak di Timur Tengah dan untuk menghambat pengaruh Iran di kawasan tersebut. Karena dibentuk dan didanai oleh Amerika Serikat, maka tentu saja ISIS akan mengikuti kehendak “penciptanya”. Mengapa ISIS tidak pernah menyerang Israel dan Arab Saudi? Karena 2 negara tersebut adalah teman sejoli Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Hal ini pula, yang menurut analisa saya, yang menjadi pemicu peledakan Gereja di Mesir.

Mesir adalah salah satu negara yang lantang mengecam serangan rudal ke Suriah. Anggota Parlemen dan delegasi mereka di PBB bahkan menyatakan serangan tersebut adalah suatu bentuk pelanggaran kedaulatan dan PBB harus membawa negara-negara yang bertikai untuk melakukan gencatan senjata dan melakukan perundingan untuk menemukan solusi yang adil bagi situasi di Suriah. Menariknya lagi, salah satu anggota parlemen yang menentang adalah seorang yang berlatarbelakang Kristen Koptik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun