Mohon tunggu...
Ellyta Lufihasna Wakhanda
Ellyta Lufihasna Wakhanda Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger | Full time mom | Magister Pendidikan

Sedang belajar menulis secara konsisten :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tentang Memasak dan Pendidikan untuk Anak: Sepenggal Kisah Bersama Mereka

23 Juni 2017   12:28 Diperbarui: 9 Agustus 2017   03:48 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada kewajiban bagi seorang wanita untuk bisa memasak, tetapi jika bisa memasak maka ini lebih baik. Setiap gerak tangannya akan bernilai sebagai pahala, InsyaAllah. Sebab di sini, memasak bukan hanya sekedar mengolah dan menghidangkan makanan saja. Ada keterlibatan hati dan perasaan di dalamnya. Lalu ketika telah berumahtangga, memasak bisa menjadi bagian dari proses pendidikan dari seorang ibu kepada anak-anaknya. Sebab banyak sekali nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak-anak melalui aktivitas memasak ini. Maka, cobalah untuk sesekali melibatkan anak-anak dalam aktivitas ini, apalagi dengan anak perempuan. 

Melibatkan anak-anak dalam aktivitas memasak memang cenderung memakan waktu yang lebih lama. Dari yang biasanya memasak menu lengkap bisa selesai dalam waktu 30-45 menit, ketika melibatkan anak-anak mungkin akan menjadi 2 sampai 3 kali lipatnya. Tapi ya rasakan saja bagaimana nikmat dan bahagianya. Waktu yang lama karena ada proses pendidikan di dalamnya. Bagaimana cara mengolah makanan yang sehat? kenapa mendahulukan melakukan ini sebelum itu? dan waktu-waktu yang harus diluangkan untuk menjawab penasaran-penasaran mereka akan suatu hal. Nah, justru dari aktivitas inilah akan semakin menumbuhkan kedekatan, keterbukaan, dan melatih komunikasi yang efektif antara seorang ibu dengan anak-anaknya.

Berikut akan saya ceritakan pengalaman saya memasak dengan anak-anak kemarin. Bermula dari keinginan membangun komunikasi dan kedekatan terhadap anak-anak didik saya di sekolah, akhirnya tercetuslah ide untuk melakukan aktivitas memasak bersama beberapa anak. Hal ini pun juga tak lepas dari keinginan mereka yang menyatakan diri mau membantu memasak untuk suatu kegiatan yang akan kami lakukan bersama.

***

Tahap pertama adalah berbelanja. Dalam hal ini saya hanya bisa mengajak satu orang anak setelah sebelumnya berunding untuk menyepakati siapa yang akan menemani saya berbelanja. Ketika berunding itu saya juga mengatakan bahwa berbelanja pada pagi hari di pasar itu lebih murah daripada siang hari. Alhasil, anak tersebut pun menghampiri saya ke rumah ba’da subuh untuk berbelanja di pasar. 

Selama di pasar anak itu terlihat heran dengan harga-harga bahan makanan dan keluarlah komentar kalau itu ternyata mahal, ini murah, bahkan mengomentari sikap-sikap para pedagang di pasar. Wkwk.. dan akhirnya munculah karakter emak-emak dari si anak tersebut. 

Ketika di pasar tersebut, muncul pula sikap empati yang ditunjukkannya. Ketika melihat simbah-simbah yang berjualan tapi sepi pembeli dia berkomentar "kasian ya, Bu.. belum ada yang beli", bahkan ketika saya dikatain sama seorang pedagang ketika menawar dagangan (padahal saya nawarnya cuma tanya “mboten kirang niki, Bu? Mbok dikirangi regine”, eh tapi malah dikatain lalalala sama pedagang itu :-D). Istighfar ja deh ya dan saya ya memaklumi saja, sebab sudah biasa hal seperti itu di pasar mah. Tapi, kemudian saya menjelaskan dengan bahasa curhat kepada anak murid yang saya ajak belanja itu, tentang perbedaan pasar tradisional dan modern, kelebihan dan kekurangannya, akad dalam jual beli, sikap yang sebaiknya dimiliki oleh pedagang dan pembeli, yang akhirnya memancing sifat yang saya harapkan tumbuh darinya. Alhamdulillah.

***

Setiba di rumah ternyata saya telah ditunggu oleh beberapa anak. Alhasil begitu dari pasar, bukannya duduk istirahat dulu yang dilakukan tapi langsung bongkar-bongkar barang belanjaan sama mereka saking semangatnya. Nah, saat membongkar bahan belanjaan, biasanya anak akan bertanya ini nanti ngapain dulu? Yap, dan disinilah kata kunci pendidikan dalam aktivitas memasak dimulai. Maka, akan lebih baik jika dari awal kita harus menyebutkan dulu apa yang mesti dilakukan, ya meskipun nanti kita juga bakalan untuk menyebutnya lagi bahkan berulang kali pas di tengah-tengah aktivitas memasak. Hehe, tapi tetep semangat dan sabar ya, Bu.. :-D

“Ini nanti sayurnya dicuci dulu sebelum dipotong. Dagingnya juga di cuci, habis itu nanti juga ngupas bawang, nguleg bumbu, dan de el el.” terang saya kepada mereka. Dan jangan kaget dengan respon anak-anak yang begitu cepat tanggap seperti anak-anak murid saya berjumlah 4 ini ketika saya menyebutkan semua hal yang akan dikerjakan nanti. ‘aku nanti nglakuin ini, kamu itu aja. // Enggak, aku mau ini, mau itu.” Intinya itu mereka saling berebutan pekerjaan dan ternyata anak-anak ingin melakukan itu semua dengan mencobanya satu-satu. Tapi, untuk hal ini saya tidak mengijinkannya. Tentunya dengan memberi penjelasan terlebih dahulu jika pekerjaan kita akan cepat selesai apabila kita saling bekerja sama bukan melakukan pekerjaan yang sama sekaligus. Akhirnya saya membagi kelompok untuk melakukan pekerjaan yang berbeda-beda. Maka, disinilah kita juga belajar tentang efisiensi waktu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun