Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Termehek-mehek Menjadi Ibu Rumah Tangga

24 September 2012   13:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:48 3312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13485677831913989026

[caption id="attachment_200967" align="aligncenter" width="392" caption="Ilustrasi: http://ngerumpi.com/blog/category/xy/50.html"][/caption]

Pasca Lebaran, hingga saat ini saya belum jua mendapatkan Pekerja Rumah Tangga (PRT) menggantikan si mbak yang sudah hampir 3 tahun bekerja pada kami. Otomatis saya harus merangkap 2 peran sekaligus, sebagai ibu rumah tangga dan tetap aktif bekerja 3 hari dalam seminggu.

Menjadi ibu rumah tangga full yang harus mengurus keluarga bukanlah perkara mudah. Mungkin karena saya belum terbiasa menangani semua pekerjaan rumah tangga seorang diri tanpa bantuan PRT. Apalagi si kecil Darielle sudah aktif sekolah di TAAM (Taman Asuh Anak Muslim). Meskipun hari sekolahnya hanya 3 hari saja (Senin, Rabu dan Jumat) saya pun harus mengantarnya ke sekolah.

Bersyukur si boss tak mempermasalahkan waktu kerja saya. Saat saya meminta kebijakan padanya agar bisa ngantor di hari Selasa, Kamis dan Jumat, ia tak keberatan. Selama saya bekerja, dengan sangat terpaksa anak-anak harus saya titipkan pada ibu saya.

Awalnya saya keberatan saat ibu menawarkan diri untuk menjaga anak-anak selama saya bekerja, mengingat usia ibu yang tak lagi muda. Belum lagi kondisi ibu yang pernah terkena stroke. Namun ibu tetap bersikukuh untuk tinggal bersama kami sampai saya mendapatkan PRT yang bisa dipercaya.

Sungguh suatu pekerjaan yang tak mudah menjalani profesi sebagai ibu rumah tangga yang merangkap sebagai ibu bekerja. Mulai dari bangun tidur pekerjaan rumah sudah menanti, menyiapkan sarapan untuk Danish yang akan berangkat sekolah juga suami yang hendak ke kantor.

Setelah suami dan si kakak berangkat, pekerjaan lainnya menunggu antrian untuk disentuh. Cucian dua ember, cucian piring bekas memasak dan sarapan. Belum lagi mempersiapkan kebutuhan Darielle dan harus mengantarnya sekolah. Pulang dari sekolah Darielle, saya kembali dipusingkan dengan pilihan 'harus memasak apa hari ini?'

Mulailah saya sibuk mencari tukang sayur dan memasak menu tanpa direncanakan. Apapun yang saya dapatkan dari tukang sayur, itulah yang akan saya masak. Meski tak lihai memasak, setidaknya anak-anak masih doyan dengan masakan mamanya. Beruntungnya suami saya bukan tipe suami yang rewel, yang selalu minta dimasaki masakan yang nikmat. Ia sangat memaklumi keterbatasan waktu saya.

Selesai memasak, jangan harap saya bisa tidur nyenyak. Cucian baju yang kering harus saya setrika. Bila saya tunda, alhasil baju-baju itu akan menggunung di keranjang. Semakin mumet lah saya bila melihat tumpukan itu.

Itu adalah sederet pekerjaan yang terdaftar dalam benak saya. Pekerjaan lain yang belum tersentuh adalah menyapu dan mengepel lantai. Meski pekerjaan mudah, setidaknya saya harus meluangkan waktu untuk mengerjakannya. Saat si kecil Darielle terlelap bobo siang, kesempatan itu saya manfaatkan untuk menyapu dan mengepel lantai. Setelah itu menyetrika pakaian.

Hufftt...benar-benar melelahkan. Awalnya saya termehek-mehek mengerjakan semua pekerjaan ini. Ingin menangis rasanya. Belum lagi pekerjaan di kantor yang bertumpuk. Sekalipun berada di rumah, telpon dari kantor maupun dari klien tak pernah reda. Tubuh berada di rumah, namun pikiran saya terus bekerja untuk urusan kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun