Mohon tunggu...
elisa susiswo
elisa susiswo Mohon Tunggu... -

Sekedar seorang perempuan di ujung perjalanan. Maka menulis bagiku ialah sebuah kebutuhan, setidaknya agar saya ingat bahwa pernah berjalan pada arah yang mana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Kita yang Kembali Asing; Mari Kita Bertemu di Pemakamanmu Saja!

8 Juni 2016   16:32 Diperbarui: 8 Juni 2016   16:52 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

   Betapapun kita tau sampai sejauh mana kita berjalan,meski tidak pernah sampai. Meskipun sudah berusaha untuk saling menggenapi, tetap saja ganjil. Maka, memang seharusnya kita sadar bahwa bukan tempat kita disini. Atau belum. 

  Siapa yang terluka jika tak kehilangan. Siapa yang tak kosong jika sebelumnya terisi. Namun, tak ada yang perlu kusesali jika itu perihal kau.

  Kau akan tetap menjadi kenangan manis yang menutupi pori per pori kerinduan akan masalalu. Bahkan menjadi hal yang masih kusesalkan jika sekarangku sedang tak bisa diindahkan. 

   Untungnya, Kita berpisah pada kebesaran ego masing-masing. Spasi-spasi yang terus beranak pinak membuat kita sedikit panik. Sedang kita sibuk dengan diri masing-masing. Meskipun kau bilang kita berpisah dengan baik - baik. Hatiku masih saja tercabik. 

   Namun belakangan kutemui sapu tangan merah muda saat ku berkemas dalam ruangmu. Ingatanku memang agak tumpul, namun aku tak pernah bisa mengakui kalau bukan punyaku. 

Lalu siapa yang pengecut? Yang bersembunyi dalam egomu yang kau besarkan. 

   Dulu, kau bilang keadaan yang tidak bisa dipaksakan. Maka kau ajak aku bertemu setelah keadaan sudah membaik. Maka sekarang, kubilang kau bohong. Kau yang menolakku. Kau lempar aku dari rumahmu. Kau bilang itu takdir, padahal kaulah biang keladinya. 

Tetaplah dalam persembunyianmu. Hingga kau mati dimakan waktu.

   Sekarang kau hanya si penakut bermulut besar yang terbuang. Karna tak ada yang pantas kukenang, bualanmu menjadi sekedar omong kosong. Dan satu-satunya pelajaran kudapat adalah untuk tidak berselera rendahan.

Pergi sajalah, sana ! Tak usah ketuk-ketuk pintuku lagi. Maaf, sudah tak pantas. 

   Ketika kau ajakku lagi berkumpul selepas jengahmu yg kekanakan hilang. Maka kubilang,  mari kita bertemu di pemakamanmu saja !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun