Lelah merebah pada mata-mata yang kuyu oleh perasaan terasingkan. Sedang peristirahatan menuang cairan beraroma kenangan. Jika kuibaratkan dirimu sekarang, tidak lain seperti sisa debu yang seharusnya hilang terbawa angin. Namun sayangnya kau menelusup pada inderaku hingga membuat menangis retinaku. Sampai kapan sisa-sisamu, menyiksaku yang bahkan tidak pernah meminta dipertemukan denganmu. Sampai kapan jari-jariku menyaksikan air mataku yang jatuh sia-sia. Sebab pada sisa-sisamu yang tersisapun masih membuat lembab pipi-pipiku. Sebab pada sisa-sisamu yang sudah basi, masih saja menyakitiku.
Bawah sadarku masih terjaga ketika lelap menggenap pada ujung malam yang paling ujung. Ketidak berdayaanku menyadarkan bahwa belum tentu yang tergenggam tak akan  membuat lebam.
Maka, sebenarnya dalam hidup tidak ada yang pasti kecuali mati.