Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rhin, Jangan Bunuh Diri

21 Maret 2017   11:23 Diperbarui: 21 Maret 2017   20:00 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rhin, ia sudah menghabiskan berlembar-lembar tisu. Tapi air matanya tetap tak kunjung reda. Aku kehabisan cara untuk menghiburnya.

"Jangan bilang aku harus sabar ya, Mbak..." ia menatapku sembari terisak. "Stok sabarku sudah habis."

Aku mengangguk. Iba hatiku melihat keadaannya. Ia tampak begitu menderita. 

"Kita jalan-jalan, yuk! Ada satu tempat bagus yang bisa kita kunjungi. Siapa tahu kau bisa membuang masalahmu di sana," usulku seraya menggamit lengannya. Rhin terdiam.

Ayolah, Rhin! kita bersenang-senang sejenak. melupakan segala keruwetan hidup yang menyandera," lanjutku. Rhin akhirnya mngangguk.

Kami pergi menggunakan motor. Menuju arah timur. Rhin tak banyak tanya. Ia hanya membisu meski aku menceritakan hal-hal menyenangkan untuk menghiburnya. Kukira hati sahabatku itu sudah membeku. Akibat terlalu lama dibohongi dan dikhianati suaminya.

Ya, Rhin sering mencurahkan perasaannya padaku. Betapa sang suami, tak henti menyiksa batinnya dengan perselingkuhan.

Awalnya aku menganggapi keluh kesahnya dengan santai. "Biarkan saja, Rhin. Toh lama-lama suamimu akan bosan bermain-main terus di luar rumah. Pasti ia akan kembali ke dalam pelukanmu lagi. Kamu itu perempuan cantik dan baik, Rhin. Kalau Pram, suamimu itu sampai meninggalkanmu, berarti ia laki-laki yang bodoh!" 

Rhin menuruti saranku. Untuk sementara ia tidak ambil peduli dengan tingkah polah Pram. I bahkan pura-pura tidak tahu apa yang dilakukan Pram dengan perempuan-perempuan lain di luar sana. Meski Rhin banyak mendapat laporan miring dari teman-teman Pram mengenai kenakalan suaminya itu. 

Dasar Pram. Ia sungguh laki-laki yang tak tahu diri. Diberi hati malah ngrogoh rempelo. Istilah Jawanya begitu. Diberi keleluasaan malah merajalela.

Akhirnya Rhin tidak tahan lagi. Ia mencoba mengingatkan Pram baik-baik. Agar suaminya itu mengakhiri petualangan cintanya bersama perempuan-perempuan yang nota bene bukanlah perempuan baik-baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun