Di binar matamu yang masih menyisakan setitik cahaya. Aku ingin mendirikan tenda-tenda. Di mana aku bisa duduk berleha-leha di dalamnya. Sembari mendengarkan gemericik air telaga  yang mengalun merdu. Atau sekadar menyalakan api unggun dari setumpukan kering bunga-bunga perdu.
Di binar matamu yang pernah disinggahi benih-benih cinta. Aku ingin segera mendirikan tenda-tenda. Untuk anak-anak rindu yang baru pulang dari mengembara. Agar mereka bisa leluasa tidur pulas dan merebah. Saling berbagi rasa, mencurahkan segala kesah setelah beberapa lama diterlantarkan oleh tetuannya.
Di binar matamu yang sedikit dibiasi rona senja. Aku ingin sekali mendirikan tenda-tenda. Yang di sepanjang tepiannya tersulam indah cerita lama. Tentang Rahwana yang berhasil mencuri hati Dewi Shinta. Tentang Arjuna yang memandikan Banowati di kala purnama tengah di puncak berahi. Juga---tentang kita yang pernah diam-diam saling jatuh hati.
Di binar matamu yang semakin meredup cahayanya. Izinkan aku mendirikan tenda-tenda. Untuk kita berdua berteduh di bawahnya. Membebaskan jiwa-jiwa yang lungkrah terhimpit luka. Melepaskan segenap gundah dan kegelisahan yang memenjara. Mempertemukan kembali cinta dan rindu yang sempat terzolimi oleh waktu.
***
Malang, 29 Juni 2019
Lilik Fatimah Azzahra