SEPERTINYA jika ada lembaga survey yang mempertanyakan, siapa pimpinan daerah yang paling populer saat ini, rasa-rasanya nama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan patut di kedepankan.
Wajar, bagaimanapun Anies adalah seorang kepala pemerintahan ibu kota negara yang segala kebijakan atau gerak geriknya hampir selalu menjadi sorotan media dan publik.
Terlebih, jadinya Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI saat Pilgub 2017 lalu melawan petahana yang popularitas dan elektabilitasnya begitu diunggulkan, yakni Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Tapi, bahasa-bahasa retoris yang diimbangi intelektualitasnya saat kampanye, menjadi salah satu faktor penentu kemenangan Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Uno dan mampu membalikan segala prediksi publik.
Tidak banyak menjagokan pasangan yang diusung Gerindra dan PKS ini. Kecenderungan publik, yang bakal memenangkan pertarungan Pilgub DKI 2017 masih Ahok yang berpasangan dengan Djarot.
Sejak kemenangan itu, popularitas Anies terdongkrak tajam. Tapi, tentu saja dibarengi dengan pro kontra yang muncul di kalangan akar rumput (grassroot) ataupun para politisi.
Masalah ikut dongkrak popularitas Anies
Sejak menduduki jabatan Gubernur DKI Jakarta, segala hujatan kebencian dan pujian seolah menjadi sarapan sehari-hari bagi Anies dalam menjalankan roda pemerintahannya.
Namun semua itu masih bisa dia kendalikan dengan kepiawaiannya bertutur kata, bermain retorika dan kecerdasannya dalam menghadapi setiap masalah.
Tengok saja, dalam beberapa waktu terakhir pemerintahannya, khususnya sejak viral kisruh pengadaan lem aibon dalam RAPBD DKI Jakarta 2020, yang "dibongkar" salah seorang anggota dewan dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Adi Sarana.
Anies Baswedan langsung mendapat hujatan dari mana-mana termasuk dari warganet. Tapi, tidak sedikit pula yang membela dan memujinya.