Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bakal Istiqomahkah PKS Jadi Oposisi?

14 Oktober 2019   13:17 Diperbarui: 14 Oktober 2019   13:31 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Duta.co

GENCARNYA isu bakal merapatnya Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) semakin mendekati kenyaataan. Setidaknya, hal ini dibuktikan dengan ada beberapa kali pertemuan antara Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, digadang-gadang, partai yang sejak semula menjadi rival utama pada kontestasi Pilpres 2019 lalu itu, sudah menawarkan beberapa calon menteri untuk membantu Jokowi, melancarkan tugas kepemerintahan dan program-programnya.

Tak hanya Gerindra, Partai Demokrat pun sepertinya punya niat yang sama ingin merapat ke pemerintahan Jokowi. Cuma, niat ini kemungkinan besar sulit terwujud, mengingat kurang harmonisnya hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Koq bisa, bukankan urusan pemerintahan termasuk pembentukan dan pemilihan menterinya sepenuhnya adalah urusan dan hak prerogatif Presiden Jokowi sendiri?...Memang benar, namun tetap saja tidak bisa dinafikan peranan Megawati dengan PDI Perjuangan sangat signifikan terhadap duduknya Jokowi di kursi Presiden untuk yang kedua kalinya. Dalam hal ini, tentunya Jokowi tidak bisa begitu saja menyepelekan pengaruh Megawati.
Untuk itu, beberapa pengamat politik pun menyangsikan masuknya Demokrat pada lingkaran pemerintahan Jokowi dengan alasan tadi. Tidak harmonisnya Mega dengan SBY.

Jika Gerindra dan Demokrat begitu antusias ingin bergabung dengan pemerintahan Jokowi, tidak halnya dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai berlambang dua bulan sabit dan padi ini sudah memantapkan diri akan duduk di luar pemerintahan dan bertindak sebagai oposisi. Mereka tidak silau dengan jabatan menteri yang sedang dibagi-bagi Presiden Jokowi.

Meski begitu, PKS yang pernah berkoalisi dengan Gerindra untuk sama-sama mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, tidak mempermasalahkan jika mantan koleganya tersebut berbeda haluan dan menyebrang guna bergabung dengan partai pengusung untuk sama-sama merapat pada pemerintahan Jokowi.

Seperti diakui Ketua Fraksi PKS, Jajuli Juwaini pada Detiksnews.com, sikap partainya sudah bulat dan memantapkan diri menjadi oposisi. Menurutnya, sikap tersebut akan lebih leluasa dan terhormat jika berada di luar pemerintahan.

Jazuli juga menjelaskan, sikap tersebut diambil untuk menghormati parpol-parpol koalisi Jokowi. Sebab, pada Pilpres 2019, mereka telah berkeringat untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin.

"PKS tidak ingin masuk kabinet karena ingin menghormati partai-partai yang berkeringat memenangkan Jokowi-Maruf Amin. PKS ingin memaksimalkan peran parlemen dalam hal check and balances sesuai konstitusi. Lagipula, kami merasa tetap di Pemerintahan Republik Indonesia karena PKS punya kader-kader terbaik yang menjadi gubernur dan bupati/wali kota. Di situ PKS hadir dan meberikan cinta dan pengabdian untuk Indonesia," tuturnya.

Pertanyaannya sekarang, akan permanen atau istiqomah kah PKS menjadi oposisi?....Jika melihat pengalaman periode 2014-2019, sudah kita saksikan bersama. Mereka mampu bertahan. 

Namun, jangan salah bertahannya mereka jadi oposisi karena leader partai oposisi waktu itu, yakni Gerindra masih sejalan dengan mereka. Makanya, mereka seolah punya kekuatan ganda untuk menyuarakan kritikan-kritikannya pada pemerintah. Karena apa yang mereka suarakan hampir bisa dipastikan mendapat suntikan moral dari Gerindra.

Bagaimana dengan kondisi sekarang, dimana leader oposisi mereka berubah haluan?...Rasanya cukup sulit memprediksi seberapa kuat PKS bertahan jadi oposisi. Bagaimanapun, partai ini belum begitu terbiasa berada di luar pemerintahan sendirian. Menurut penulis, pada awal-awal mereka akan sekuat tenaga untuk memposisikan diri sebagai oposisi, untuk selanjutnya mencari celah guna memperkuat posisi tawarnya. Hal ini tentunya bisa dengan tetap bertahan sebagai oposisi sambil merayu partai yang ada dalam pemerintahan ikut bergabung dengan gerbongnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun