Mohon tunggu...
taufiqelhida
taufiqelhida Mohon Tunggu... Penulis - orang gila

Penulis Penggambar Pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cerpen) Aku Mencintai Engkau Dia Miliki [Air Mata Cinta Santri]

10 Juli 2012   01:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07 10818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13418820891567704959

“Tuhan memberikanku kekurangan fisik adalah untuk menguji aku dan engkau. Sejauh mana aku bersyukur, dan sedalam apa kesetiaanmu, menerima kekuranganku. Aku memang tak sempurna, dan inilah yang membuatku takut. Akankah engkau rela menerimaku atau malah akan membuangku setelah mengetahui keadaanku sesungguhnya. Maka jangan takut, kekasih, engkau tak akan kehilanganku. Karena justeru, aku yakin, saat oranglain membuangku karena kekuranganku yang begitu banyak, engkau tetap berada di sini, di sampingku. Karena aku yakin, engkau mencintaiku dengan Lillaahi Ta’aala.” Inbok Raka kepada Laila.

Raka adalah seseorang yang mempunyai wajahnya yang pas-pasan. Pas dilihat orang lain, pas orangitu pasti menghina. Kakinya yang ketika berjalan seperti panjang sebelah, membuatnya minder dan tak mau jatuh cinta. Dia fikir, jatuh cinta hanya akan membuat hatinya sakit jika nantinya orang yang yang dicintainya menghina keadaan fisiknya. Namun Alloh Mahaadil. Raka yakin itu, ketika dia mencoba mengungkapkan perasaannya kepada seorang permpuan yang dicintainya. Laila. Seorang perempuan yang mempunyai wajah cantik, berjilbab dan pandai agama. itu adalah penilaian Raka ketika pertama kali melihatnya di Pesbuk.

Laila, seorang santriah di sebuah Pondok Pesantren terkenal di Tasikmalaya. Wajahnya cantik, indah menawan, sehingga akan membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan menyukainya. Suaranya merdu, apalagi saat ia membacakan Alqur’an dengan diqiro’atkan. Sungguh akan membuat orang yang mendengarkan lantunannya jatuh cinta. Namun Laila bukanlah orang yang mudah jatuh cinta. Dia sangat selektif menerima cinta dari lelaki yang pernah mengungkapkan cintanya. Di Pesantren tempat ia mengaji, menimba ilmu. Hampir semua lelaki yang mengungkapkan cinta kepadanya, mendapat kekecewaan setelah mendengarkan jawaban darinya.

Namun Raka tak mengetahui bahwa sebenarnya Laila adalah seseorang yang tak mudah jatuh cinta. Banyak lelaki pandai, ganteng dan dewasa mendekatinya. Namun ia tak pernah menerima satupun dari mereka yang mengungkapkan cintanya. Alasannya hanya satu. Belum ada yang sesuai dengan hatinya. Belum ada yang cocok dengan keinginan hatinya. Raka hanya mengenal Laila dari status-status yang dibuatnya di pesbuk. Raka jatuh cinta pada kata-kata religi dan islami yang dibuat Laila di pesbuknya.

“Aku mengharapkan cinta yang tulus datang kepadaku. Cinta yang hanya untuk mengharap ridhoNya saja. Tidak karena kecantikan wajahku, tidak juga karena kepandaian ilmuku. Maka aku akan menerimanya walau apapun dan bagaimanapun keadaannya.” Tulis Laila di statusnya.

Terang saja, siapa yang tak suka dengan kalimat indah seperti itu. Apalagi Raka. Raka juga sering menulis status dengan kata-kata yang religi dan islami seperti Laila. Banyak juga yang menyukai Raka. Namun setelah mengetahui keadaan Raka yang sesungguhnya, karena Raka selalu jujur kepada siapapun tentang keadaannya, mereka semua meninggalkan Raka. Mereka hanya mencintai kalimat-kalimat Raka, bukan kepada diri Raka.

Laila benar-benar telah berhasil memikat hati Raka. Seperti ia berhasil juga membuat banyak lelaki tergila-gila kepadanya. Raka jatuh cinta, dan selalu merindukan Laila setiap saat.

Ukhti Laila, maukah engkau mendampingi hidupku dalam jalan menuju cintaNya yang abadi? Sungguh keshalihahanmu telah memikat jiwaku, sehingga aku begitu yakin untu memilihmu menjadi pendamping hidup dan matiku, dunia dan akhiratkau”. Kalimat itulah yang telah membuat Laila klepek-klepek, lalu menerima cinta Raka tanpa melihat bagaimana keadaan Raka.

Raka juga sebenarnya adalah anak pesantrenan. Sudah hampir sepuluh tahun Raka nyantren di Blitar. Ilmunya tidak jauh dibanding dengan Laila yang juga mesantren sekitar delapan tahunan di Tasikmalaya.

“Sekarang, engkau telah mengetahui betapa aku adalah orang tak punya, bahkan aku pun tak mampu bejalan dengan baik seperti laiknya orang lain. Apakah engkau masih akan menerimaku? Aku telah jujurkan kepadamu segala tentang keadaanku. Tentang keluargaku, kehidupan masalaluku dan segala tentang masalah yang sedang aku hadapi sekarang. Apakah engkau masih akan menerima segala keadaanku.” Inbok yang sebelumnya belum dibalas oleh Laila, Raka berbaik sangka. Mungkin Laila tengah sibuk mengajar ngaji di pesantrennya. Karena inbok ini dikirim pada jam sembilan pagi, saat di mana Laila mengajar ngaji kitab kepada santri juniornya.

Raka begitu yakin bahwa jawaban dari Laila mungkin akan seperti ini,

“Sayang, aku mencintaimu karena Alloh. Apapun keadaanmu aku akan terima sebagaimana aku menerima cintamu sebulan yang lalu.”

Atau mungkin seperti ini,

“Sayang, jangan kau takutkan aku meninggalkanmu setelah aku tahu segala tentang keadaanmu. Aku meencintaimu apa adanya. Aku mencintaimu karena aku cinta. Ketulusan kalbu dan keikhlasan jiwa ini tak akan tergantikan kepadamu. Karena aku tahu, segala rasa yang dialirkan tanpa rasa tulus dan ikhlas maka akan rusak. Termasuk rasa cintaku padamu.” “Ah, aku koq jadi kayak orang gila begini ya...” Gerutu Raka. Laila memang telah membuat Raka tergila-gila.

Sampai jam dua belas siang, saat adzan Dzuhur berkumandang, inbok dari Raka belum juga dijawab oleh Laila. Raka sudah mulai merasakan gelisah dan galau tingkat kabupaten. Raka tidak berani untuk mengirimkan pesan singkat apalagi menelepon. Karena Raka sangat tahu Laila tidak akan suka.

Raka menunggu. Ashar, Maghrib, Isya, Inbok belum juga dijawab. Jam delapan lima belas menit, malam jum’at, telepon genggam Raka berbunyi. Dilihatnya di layarnya tertulis nama Lailatie, nama kesanyangan Raka untuk Laila.

“Assalaamu’alaikum...” Raka kaget. Ini bukan suara Laila. Raka kenal betul suara Laila. Ini bukan seuaranya.

“Wa’alaikumsalaam... “  Jawab Raka dengan nada heran.

“Ma’af kalau saya ganggu. Ini Raka kan?”

“Iya, Saya Raka. Ini siapa...”

“Saya Khumaira, sahabtnya Laila.”

“Oh iya, Laila pernah membicarakan antum. Ada apa ya...”

“Saya mau berbicara serius denganmu, Raka, tentang Laila. Ma’af katanya tidak bisa menjawab inbokmu di pesbuk. Saya hanya ingin menyampaikan amanah dari Laila untuk mengatakan kepadamu bahwa...” Khumaira terdengar menarik nafas. Ini membuat Raka semakin deg-degan, dan mulai curiga bahwa yang akan disampaikan ini adalah sesuatu yang sangat berat.

“Bahwa...“ Khumaira meneruskan perkataannya. “Bahwa malam ini, Laila akan menikah dengan seorang lelaki anaknya pimpinan Pesantren tempatnya mengaji. Sekarang akadnya sedang berlangsung.  Laila meminta ma’af karena tak berbicara langsung. Ini semata karena Laila tak kuat untuk mengatakannya kepadamu. Laila bilang, terimakasih untuk segala kenangan selama sebulan ini. Laila yakin, kamu akan mendapatkan jodoh yang tepat untukmu dari Alloh, insyaalloh.” Raka tersentak. Jantungnya bedetak kencang, tubuhnya bergetar, lidahnya kelu, bibirnya beku. Speechless. Seakan sebuah gunung hendak meletus di hati Raka. Segala rasa yang banyak macamnya bercampur jadi kesedihan dan kepedihan yang mendalam. Perlahan airmatanya mengalir membasahi pipinya, membasahi jiwanya.

“Raka...” Khumaira memanggil-manggil. Raka tak mampu menjawab. Khumaira mengerti. Lalu ditutupnya telepon untuk mengakhiri, bahkan sampai lupa berkata salam.

Elhida

100712

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun