Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Sudut Kamar yang Sunyi

18 Mei 2017   19:29 Diperbarui: 18 Mei 2017   20:01 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Rintik hujan seolah bermelodi
Perlahan menjarum dan akhirnya menderu
Mengetuk-ngetuk daun jendela
Bak membisikkan suatu perasaan

Hujan ini adalah penemannya
Seolah menderu dan menusuk relung jiwa
Ada segumpal sesak yang ingin ditumpahkan
Ada luapan rasa yang ingin diungkapkan

Sesosok tubuh bersandar menyepi
Seakan tiada bergeming dalam derunya hujan
Wajah tertunduk lemah gelisah
Air muka yang tak tampak dalam pandangan

Ada butiran bening mulai menjalar
Dari sudut kedua matanya
Menyusuri kedua pipi hingga ke dagu
Gemuruh isak yang coba ditahan

ALLAH ...
Kedua bibirnya mulai berbisik lirih
Sebuah nama yang selama ini asing
Tiada pernah terlantun dan tiada dihiraukan
Gelombang sesal yang kian melanda

Ingin menoleh ke atal langit pekat
Namun tak berani menatapnya
Tiada bergeming di sudut kamar yang sunyi

Gumpalan isak kini mulai pecah
Awan sesal bergelayut dipelupuk matanya
Segala dosa silam tak mau ibadah
Apalagi kenal dengan nama ALLAH

Hanya bisa bersimpuh di atas sajadah
Menangis, meratap akan segala khilaf
Yang selama ini leka dengan dunia
Tersungkur layu di sudut kamar yang sunyi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun