Mohon tunggu...
Eko Triyanto
Eko Triyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sejarah

Penjaga akun twitter @ekosangpencerah, bercita-cita punya perpustakaan buku-buku lawas.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saat Sarjana Psikologi Terjun Jadi Petani!

23 Januari 2020   05:06 Diperbarui: 23 Januari 2020   05:02 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Ada apa dengan negeri ini? Ketika di Sekolah Dasar, Guru saya sering bilang, Negara kita negara agraris artinya sebagian besar penduduknya adalah petani. 

Waktu itu saya percaya saja karena tidak berani dan tidak punya dalih untuk bertanya. Ketika besar baru mengerti, sebagian besar penduduk negeri ini bukan bermata pencaharian petani tetapi menjadi buruh tani atau bertani karena tidak ada pilihan lain. Toh, menjadi petani terbukti tidak mudah untuk menopang kebutuhan hidup.

Maka Bapak saya pernah berujar, "Jangan menjadi petani kalau tidak mau rekasa (susah)." 

Padahal dalam nash-nash agama banyak disebutkan keutamaan profesi sebagai petani, bahkan dalam Islam zakat pertanian adalah 10% untuk yang menggunakan air hujan atau tidak perlu mengusahakan airnya, dan 5% jika pengairan membutuhkan biaya, dengan pompa misalnya. Bayangkan dengan zakat untuk pegawai atau perdagangan yang hanya 2,5%. Padahal jika dipikir, kondisi saat ini menjadi petani lebih berat ketimbang profesi lain semacam pegawai.

Namanya Fariz Fajrin, pemuda lulusan Psikologi. Saya mengenalnya melalui kanal Youtube. Ia menunjukkan hasil hidroponiknya yang hanya menggunakan lahan sempit. 

Saking sempitnya, ia memanfaatkan lantai di bagian atas sebuah masjid di kampungnya. Sarjana Psikologi ini memilih jalan berbeda, meski sempat diragukan oleh orang tuanya. 

Dengan ketekunan akhirnya ia menemukan jalan. Merintis usaha menjadi petani dan mendirikan perusahaan CV. Berkah Mandiri Grup yang mengelola berbagai kegiatan Teras Ponik.

Bermula dari atap masjid, kini Teras Ponik telah memiliki lahan cukup memadai di Tempel Sleman Yogyakarta, tidak terlalu jauh dari Jalan Magelang - Yogyakarta. 

Mas Fariz berusaha mengenalkan pola pertanian yang efisien, sehat dan bersih. Bertani tidak identik lagi berbalut lumpur. Fariz ingin mengubah mindset tersebut.

Uniknya, hasil sayuran hidropik tidak dijualnya dengan mahal. Ia memiliki prinsip masyarakat awam berhak menikmati sayuran sehat. Maka ia pun menjual sebagian hasil panen kepada para tukang sayur dengan harga terjangkau. Baginya menanam sama dengan bersedekah, berbagi.

Kini, Teras Ponik terus berkembang, Fariz kerap tampil sebagai narasumber. Pun lahannya juga sering mendapatkan kunjungan. Semoga langkah Fariz bersama Teras Ponik akan memberi kontribusi nyata untuk bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun