Mohon tunggu...
Melihatketimur
Melihatketimur Mohon Tunggu... Human Resources - Adalah pergerakan mencerdakan kehidupan bangsa

Sebagian Hidup Adalah pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Algojo, Para Penghibur dan Tradisi Tolak Motor di Maluku

25 April 2017   09:10 Diperbarui: 25 April 2017   20:00 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penemuan artefak di banyak wilayah serta catatan para historian dan antropolog menguatkan bahwa kebudayaan dan peradapan Maluku telah terbangun bahkan terintergrasi ke dalam satu system global sejak ribuan tahun yang lalu, hingga membekas sampai saat ini. Beberapa tulisan yang lalu hanya memberi gambaran tentang kemunduran dari budaya lama, serta hilangnya kearifan lokal terdahulu. Namun pada tulisan ini menegaskan suatu kebudayaan yang masih dipertahankan hingga saat ini, khususnya masyarakat lokal di sekitar lautan Aru. Tradisi yang mengukir kebiasaan yang masih dipertahankan, kebiasaan yang tak lekang oleh ruang dan waktu.

Berawal dari Kebutuhan kapal motor di sekitar lautan Aru yang sangatlah penting, sebagai sarana tranportasi antar pulau sekitar. Motor laut juga sebagai sarana tranportasi untuk mencari ikan nelayan, yang merupakan mata pencarian utama masyarakat. Perahu atau kapal motor menjadi sarana penting dan paling utama untuk mendukung kegiatan, baik berjenis Boat dengan bahan viber ataupun Katingting yang terbuat dari kayu. Untuk kapal motor kayu mereka biasanya memproduksi sendiri, pembuatan dan penyusunan motor langsung dilakukan di sana. Banyak kapal motor yang lahir dari tangan tangan kreatif masyarakat Aru, terutama kapal yang terbuat dari jenis kayu seperti, besi, basung dan kapas. Banyaknya jumlah kayu di sana, mendukung produksi penghasil kapal motor tersebut. Untuk di Pulau Panambulai sendiri, masih banyak masyarakat yang mahir dalam pembuatan motor laut. Selain membuat motor laut untuk kebutuhan sendiri, mereka juga membuat untuk pesanan.

Hal indah pertama yang digambarkan yaitu, tentang kepongahan masyarakat yang tinggal di sekitar lautan Aru, teruntuk dalam hal pembuatan kapal motor laut. Sedari dulu mereka meyakini, kapal motor buatan tangan mereka tidak akan rusak di tengah lautan. Kapal akan bertahan dari segala kerusakan, sehingga kapal tersebut tetap bertahan. Bahkan kapal motor diyakini tidak akan tenggelam ataupun hancur, walaupun dalam kondisi rusak. Dalam kata lain, Kapal yang mengalami kerusakan saat berlayar tetap akan bertahan hingga mencapai daratan. Setelah itu barulah kapal tersebut rusak dan tidak berfungsi lagi. Mitos kekuatan tersebut berasal dari sebuah proses unik, Tradisi itu adalah tolak motor, sebuah kebiasaan yang dilakukan masyarakat setiap kali selesai dalam pembuatan motor laut.

Kapal motor yang selesai dibuat akan menjalani sebuah proses tradisi, tradisi yang unik dan menarik. Tradisi tersebut sudah mereka lakukan sejak dahulu, kebiasan sejak nenek moyang mereka. Tradisi sederhana tersebut dikenal dengan nama “tolak motor”, atau mendorong motor pertama kali masuk ke laut setelah selesai diproduksi. Kegiatan tolak motor tidak menggunakan mesin pendorong ataupun mesin penarik, melainkan menggunakan tenaga manusia. Biasanya dilakukan oleh masyarakat laki laki yang ada di kampung, sedangkan para perempuan biasanya menyoraki para laki laki agar kuat menolak motor tersebut.

Kegiatan ini bukan hanya dihadiri oleh masyarakat setempat, melainkan berasal dari beberapa kampung yang ada di pulau pulau sekitar. Mereka datang bersama untuk menghadiri undangan dari kampung yang akan melakukan proses tolak motor. Satu hari sebelum proses tersebut dilakukan, tamu undangan sudah berdatangan. Mereka berbaur bersama dengan masyarakat desa, tidak ada kecanggungan, tidak ada perbedaan, yang terlihat hanya kebersamaan yang terpancar dari mereka.     

Ini hal yang sangat menarik, selain etikat kebersamaan dan gotong. Kegiatan ini juga menjadi ajang berkumpulnya seluruh masyarakat, Sebelum kegiatan tolak motor dimulai masyarakat mengadakan suatu acara doa atau dikenal dengan nama “baca baca”. Sehabis acara baca baca, masyarakat melakukan acara jogget bersama. Saat acara jogged masyarakat akan berbondong bondong untuk berpartisipasi, diikuti dengan dentuman musik. Mereka berjoget dan berdendang bersama sama, seperti pesta yang biasa mereka lakukan. Kegiatan jogget ini dilakukan menjelang pagi hari, sebelum dilaksanakannya kegiatan tolak motor.

Menjelang menu utama, kegiatan yang ditunggu oleh ribuan mata. Dimana disaat itu kaum laki laki siap untuk menunjukan kekuatan mereka, sedangkan kaum perempuan bersiap berteriak dengan lantang mengikuti nada yang dikenal dengan agujir.Suasana riah gembira sebelum resepsi tolak motor dilakukan. Sebelumnya, para perempuan memberikan kue dan kopi hitam kepada para algojo laki laki.  Sambil menyantap hidangan mereka asik dengan tembakau di tangan. Terlihat bukan hanya satu atau dua kelompok, tetapi juga ada banyak kelompok laki laki bersiap menolak motor ke laut. Beberapa dari mereka memasang kayu di bawah motor, dan sebagian lagi mengikat tali untuk mempermudah jalannya motor ke dalam air.

Waktu yang ditunggu tunggu tiba, bersiap untuk menolak motor. Satu atau dua komando, para algojo memasang kuda kuda kuat. Terlihat beberapa dari mereka memegang pinggiran motor, sedangkan sebagian lagi memegang pantat motor. Komando berasal dari ketua team yang berada di atas, posisi ini lebih diutamakan orang yang memiliki suara besar. Selain melakukan teriakan bernada komando, orang yang menjadi ketua pemegang sebuah kayu. Kayu ini berfungsi untuk memukul bagian motor, pukulan bukanlah sembarang pukulan. Nada yang berasal dari pukulan ini lah sebagai patokan para algojo untuk mendorong motor, jika pukulan semakin cepat para algojo dengan sigap mendorong dengan kuat.

untuk para perempuan dengan pesonanya, berteriak memberi semangat kepada para laki laki.  Sebagian dari mereka teriak dan tertawa, sedangkan sebagian lagi mendengungkan agujir. tampak kegembiraan yang terpancar dari wajah hitam mereka, hal ini yang membuat momen ini menjadi beda. Detik demi detik membuat motor besar kayu mulai bergeser, berpindah dari tempat pembuatan menuju ke laut. butuh beberapa jam untuk mengakhiri proses tersebut, hingga akhirnya motor berlabuh di pantai.

Setelah motor berlabuh, momen indah lainnya yang sulit untuk dilupakan. Mereka bersama sama saling siram menyiram air masin satu sama lain, peperangan air yang diikuti dengan kegembiraan tiada tara. Disini para perempuan saling siram, di sisi lain para laki laki mengejar untuk ikut menyerang. Menumpahkan air dan rasa bahagia mereka, setelah kerja keras yang mereka lalui. Menandakan proses kegiatan tolak motor sudah berakhir, untuk sementara waktu sebelum motor motor kayu perkasa lainnya siap untuk di tolak.

Ini momen budaya yang luar biasa terjadi, bukan hanya bagi mereka tetapi juga bagiku. Bisa berada di sini, dapat hadir ditengah kebahagiaan mereka. ada nilai nilai yang terkandung di dalamnya, nilai culture budaya yang membentuk kebersamaan, kerja sama saling tolong menolong, kebahagiaan, respek dan kemuliaan budaya. Dari sudut lain, kita hanya dapat melihat dan mendokumentasikan. Dalam hati berkata, semoga ini menjadi bukti nyata sebuah kebesaran budaya di salah satu daerah indonesai. Budaya tentu akan tua, manusiapun akan mati. Namun kebesaran dan akulturasinya akan tetap dikenang hingga anak cucu, tetaplah seperti ini. Tolak motor para orang beranda terdepan yang ikut menandai kebesaran negara.     

   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun