Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Anita

26 Februari 2020   15:20 Diperbarui: 26 Februari 2020   15:20 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anita menepikan troli belanjanya lalu asik memilih buah-buahan impor yang diincarnya, yang jarang dibelinya karena harganya. Dia sedang merobek  kantong plastik untuk tempat buah, ketika pasangan di sebelahnya bercakap-cakap dan memenuhi gendang telinganya karena terlalu dekat dan lumayan keras.

Supermarket itu tidak begitu ramai , tempat rak buah ada di pojokan , suara itu bergema di keheningan dan menyesakkan  nafasnya serta menimbulkan titik didih kemarahan yang terpicu begitu saja, padahal bukan dirinya yang sedang diajak bicara oleh pria itu, tetapi fatamorgana seolah-olah dirinya yang diajak bicara dan dirinya mencapai suhu ledak, murka.

Suara keji pria itu pada wanita di sebelahnya terdengar jelas dan lugas serta begitu dingin, sementara si wanita menjawab terbata-bata, tiba-tiba saja Anita merasa jatuh kasihan pada wanita itu, spontan begitu saja.

Kata-kata pria itu berhamburan dalam nada yang begitu dingin dan penuh tikaman. Bahwa pria itu lebih suka melajang di usia 40 daripada terpaksa menikahi wanita itu, bahwa dia menikah dengan wanita udik yang memalukan dan sama sekali tidak membanggakan, bahwa seharusnya dia mendapatkan wanita yang lebih muda dan lebih modern dan lebih mandiri.

Duar !

Ingatan lama dan panjang tentang pernikahannya, serasa merasakan hal yang sama, namun yang mengatakan bukan suaminya tetapi mertuanya, ingatan panjang menyakitkan bahwa ia mencintai suaminya dan suaminya mencintainya, tetapi level bertrap-trap adalah kerikil dan duri dalam daging untuk pernikahan mereka, hingga Anita ditinggalkan selamanya.

Troli itu dia dorong dan lepaskan hingga suara benturan menjatuhkan beberapa butir apel dan menggelinding. Percakapan satu arah terhenti dan  dia berhadapan dengan pasangan itu dengan sikap menantang.

"Apa anda tidak tahu ini supermarket umum?"

Sang pria terperangah, sang wanita sedang mengusap airmata di wajahnya yang pucat dan kurus serta penuh ketakutan.

"Apa harus begitu?" Suara pria itu menggelegar dan menyambar trolinya sendiri dan membenturkan pada troli belanjaan Anita dengan suara benturan yang membuat seorang petugas supermarket tergopoh-gopoh datang dengan wajah bertanya-tanya, memunguti buah yang jatuh dan menyendirikannya 

"Ada yang bisa kami bantu? Ada masalah apa?"Tanya petugas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun