Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laci-laci Tembus Pandang

14 Juli 2019   04:03 Diperbarui: 14 Juli 2019   04:13 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Laci-laci itu berjajar di depannya,punya jatah untuk diperiksanya,lalu tertegun melihatnya,melihat semua isi di dalamnya,semua tentang kekelaman

Ia mencoba untuk tidak menyentuh,karena tak menyukai apa yang dilihatnya,karena mengasihani apa yang dilihatnya,karena ingin menolong pada apa yang dilihatnya

Sesuatu menyentuh sanubarinya yang bicara,pantas saja,laci-laci ini membuatnya tersengat ketika membuka kuncinya,aneka warna ada disana dan semuanya tentang kerasnya kehidupan

Laci pertama,seorang wanita yang harus bekerja sementara suaminya hanya di rumah dan kerjanya marah-marah,apa-apa harus tersedia,tak ada keinginan bahkan membantu pasangannya 

Laci kedua,seorang pria yang bekerja keras demi gengsinya,menabrak segala aturan yang ada,semua ambisi demi yang ia ingin gapai adanya 

Laci ketiga,seorang pria sakit yang ditelantarkan anak istrinya,yang dulu dia beri nafkah semuanya,terbaring sakit dan tanpa daya,bahkan diacuhkan saja oleh keluarganya

Laci keempat,seorang istri yang mencari suami yang meninggalkannya keluar kota tanpa kembali padanya,dirinya mencari kejelasan hidupnya

Laci kelima,seorang pria tak pernah menghargai dan mencintai istri yang dijodohkan dengannya karena dia masih tergila-gila dengan mantan pacarnya

Laci keenam,seorang pria yang merasa kegelapan adalah hidupnya,merenung tanpa jelas apa maunya

Masih banyak lagi laci-laci yang menyesakkan perasaannya,membuat airmatanya mengalir,menghembuskan rasa kesal kenapa mereka harus melaluinya,tetapi apa daya dirinya terlalu lemah menambahkan lilin dan sinar untuk mereka

Ia terhuyung nyaris ambruk melihat laci-laci tembus pandang itu dan tiada sanggup lagi melihat laci berikutnya ,atau menyentuh kunci yang tiap kali  membuat tangannya tersengat mirip sengatan listrik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun