Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Ujung Pertemuan

26 Februari 2017   17:04 Diperbarui: 26 Februari 2017   17:18 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber senyum di kantor 😍 - DokPriKita sepakat bahwa di ujung setiap pertemuan ada perpisahan. Tidak ada yang salah dengan perpisahan, hanya saja kenangan memaksa untuk mengundang air mata. Bukan air mata yang hadir tanpa sebuah alasan, tapi karena sadar bahwa memori yang pernah terjadi kini tak lagi kembali, pun ketika kelak kita akan bersua lagi. Termasuk denganmu, orang yang sama.

Untuk seorang yang melankolis sepertiku, aku tak bisa menahan air mataku untuk tidak menetes. Beberapa ingatan itu masih ingin kulakukan – lagi. Kamu tahu, selayaknya rutinitasku. Memandangi mereka yang telah kuanggap lebih dari saudara. Bersenda gurau bersama mereka yang mampu ciptakan tawa ketika aku telah tersudut, terpojokkan oleh lelah yang menarik paksa leherku. Menegang hingga mengundang amarah. Dan kamu, alasan di balik tawaku – yang telah lenyapkan dan hapuskan bulir air mata yang siap untuk menetes.

Sesederhana caramu membuatku tertawa, sesederhana caramu membuatku tersenyum di pagi yang terasa sumpek, sesederhana sajian yang tergeletak di meja kayu berselimutkan debu, dengungan lalat di sana sini, bahkan terkadang cipratan rinai hujan. Aku kalah! Tak peduli sekuat apa aku berusaha untuk diam, bertahan, air mata itu tetap hadir, jatuh. Karena di balik kesemuanya itu, terselip keikhlasan untuk berbagi, yang bagiku berarti bahwa hidup bukan tentang diri sendiri.

Lupakan saja mengenai kesederhanaan yang terkesan seperti miris itu, aku tidak perduli dengannya. Gubuk kecil yang mereka sebut bau dan mengundang kerutan dahi setiap orang yang memasukinya menjadi alasan dibalik semangat tugasku. Letak sumber bahagia yang tak dapat dilihat orang lain. Yang hanya bisa kurasakan.

Atau konyolnya mungkin, air mata ini jatuh dengan sendirinya karena terbawa perasaanku saja? Apa kamu merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan? Atau bahkan kepergianku merupakan bagian dari yang kau inginkan?

Sungguh, kamu membuatku ingin bertahan di sini. Atau membawamu ke tempat kemana aku akan beranjak menjauh – hal yang sangat mustahil untuk kulakukan mengingat untuk saat ini, aku bukanlah siapa-siapa. Lagipula siapa diriku untuk melakukan itu ketika peluh tumpahmu di sini pun kau persembahkan pada anak istrimu?

Untukmu yang tengah berjuang, serangkaian bapak-bapak yang kupanggil anak, ijinkan aku berpamit mesra melalui tulisanku ini. Semangat selalu untuk anak istrimu, semangat untuk setiap harapan dan impianmu, semangat untuk bayang indahmu tentang masa depan. Dan anyway, terimakasih telah mengijinkanku seolah memiliki saudara lelaki yang telah lama kurindukan keberadaannya.

Jikapun kelak periode kehidupan ini begitu menyakitimu, jangan ijinkan roda berputar ini memberikan tanggung jawab yang sama di pundak anakmu. Cukupi! Sudahi! Buat mereka mengenal hidup jauh lebih berarti.

Segunung apapun diamku merenung, tak mungkin aku sampai pada pemahaman mengapa aku mencintaimu, mencintaimu layaknya saudaraku. Selamat berjuang, sampai jumpa di waktu mendatang yang semoga adalah yang lebih baik dari sekarang.

Tulisan ini kupersembahkan kepada: Amang, Nce, Sule dan Rendy dan Panji

With love: Efa

Bekasi, 26 Feb 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun