Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belenggu

16 Agustus 2017   20:12 Diperbarui: 16 Agustus 2017   20:26 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja ini mari kita berbicara tentang belenggu. Kalian tau, sudah dari dulu aku ingin berbicara soal dia, tapi aku banyak ragu. Mencoba menutup mata akan kehadiranya, meski mengganggu kutahan untuk tidak merasa terganggu oleh kehadirannya. Dia seperti rantai yang memborgol jiwa. Sesak, pengap dan sebenarnya menggangu. Tak jarang membisikan larangan-larangan kepadaku. Bisikan yang berisi banyak alasan negative yang menyamarkan suara nurani. Jiwa lemah tak berdaya, membuat dia semakin merajalela menggerayangi jiwa. Dia belenggu....

Saat akan melakukan sesuatu, seringkali ada banyak pertimbangan yang biasanya merunyamkan penemuan solusi dan menghalangi kita untuk melakukannya. Semacam suplemen keraguan. Belenggu.... Kini aku menemukanmu satu-satu.

Belenggu itu adalah diri sendiri, dia buka orang lain dan bukan berasal dari orang lain. Dia murni ada dalam diri kita sendiri.

Belenggu adalah pisau bermata dua,

Salah satu belenggu yang  banyak ada dalam diri adalah masa lalu. Masa lalu menjadikan kita orang yang takut menatap masa depan. Masa lalu menjadikan kita kapok untuk mencoba lagi. Masa lalu membuat kita trauma. Masa lalu membuat kita jadi pengecut. Masa lalu membuat kita terlalu takut. Masa lalu menjadikan kita malu. Masa lalu...masa lalu... menjadi belenggu.

Pengalaman, kau juga bisa menjadi belenggu. Prestasi, kau juga sering menggangu. Kepintaran, kekayaan, kecantikan, lingkungan, presepsi orang lain, penilaian orang lain, kedudukan, rasa cemas, keadaan fisik, sombong, angkuh. Kalian adalah belenggu................. semua kalian belenggu!!

Belenggu yang memborgol jiwa dan melumpukan akal.

Aku ingin bebas, maka aku akan berusaha melepas kalian satu-satu dan memperlakukan kalian dengan bijak. Aku tidak akan membuang kalian. Kalian tentu juga berguna bagiku. Tapi tidak sebagai belenggu. Kalian jangan lagi memborgolku. Aku ingin bebas, biarkan nurani dan akalku membimbingku. Tanpa belenggu. Aku ingin hidup lebih damai. Tanpa belenggu. Aku ingin merasakan kebebasan menjalani hidup. Tanpa belenggu. Aku ingin berbicara dengan hati. Tanpa belenggu. Aku ingin berpikir dengan jernih. Tanpa belenggu. Yang membuatku ragu................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun