Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebaran, Ingatlah Perjuangan Orang Tuamu!

18 Juni 2017   12:48 Diperbarui: 18 Juni 2017   13:16 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjuangan si mbah, cari rumput untuk anak-anak. Pejuang tangguh untuk anak mereka (Dokpri)

Lebaran, Ingatlah Perjuangan Orang Tuamu!

Menyaksikan orang mudik setiap menjelang Lebaran atau Idul Fitri, sejatinya merupakan perwujudan orang-orang yang rindu akan sanak keluarga di kampung halaman. Ibarat pepatah, hindari kacang lupa kulitnya. Hindari penilaian dahulunya miskin setelah menjadi kaya lupa akan asal usulnya. Atau kini menjadi sombong, nggak tahu diri dari mana berasalnya.

Gelombang lautan manusia berupa: angkutan massal berupa kereta api penuh sesak, di ruas jalan tol penuh dengan kendaraan pribadi dan beberapa ruas jalan non tol demikian juga disesaki kendaraan para pemudik. Angkutan laut dan udara tidak kalah ramainya mengangkut para pemudik. Pemudik "kebelet" memadati pelabuhan dan bandara karena ingin berjumpa dengan orang tua dan sanak keluarganya.

Ritual mudik adalah manifestasi manusia rindu akan orang tua. Bagaimana rasanya tatkala pada Idul Fitri tidak ditemani anak-anaknya. Di penghujung hari ke-10 Ramadan ini, sebagian warga Indonesia secara tak sadar terbawa ke alam masa lalu. Di sinilah kebesaran Ramadan, penghulu bulan di antara bulan-bulan lainnya. Pada bulan itu pulalah umat Muslim disadarkan darimana mereka bersal dan hendak kemana pula akhir perjalanan di muka bumi ini.

Ingat wajah orang tua dalam perjalanan mudik sangatlah wajar. Apa yang telah didapat - yang dalam skala materi dapat diukur - tidak akan berarti jika tidak mendahului permintaan maaf kepada orang tua. Karena itu, spirit mudik tidak lagi dapat diukur seberapa besar seseorang meraih sukses tetapi lebih menekankan bagaimana mengungkapkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Tentunya, diwujudkan rasa gembira bersama orang tua terkasih.

Si mbah, jalan kaki turun naik bukit berbatu (Dokpri)
Si mbah, jalan kaki turun naik bukit berbatu (Dokpri)
Banyak anak usia belasan gembira menyambut Lebaran. Di beberapa kota dan desa sering terdengar mereka bernyanyi dengan sair yang nadanya begini; lebaran sebentar lagi. Baju baru sudah dibeli. Uang lembaran baru kini dinanti. Dan, jika itu yang menyanikan anak gadis, orang tua sering melanjutkan lagu itu dengan kata-kata; pacar baru sudah mendekat. Habis lebaran pacar mengikat. Bulan syawal dikawinin.

Lalu, apakah para pemudik juga memikirkan perjuangan orang tua yang telah membesarkannya?

Tentu, meski tinggi rendahnya tentang ingat orang tua itu tergantung kepada kepribadian masing-masing. Tergantung pada pemahaman ilmu yang diamalkan dalam perjalanan hidup seseorang. Makin ingat perjuangan orang tua dan makin mencintainya akan mendorong seseorang meraih sukses dan berkah.

Lebaran ini jadikan momentum untuk beri perhatian kepada orang tua (Dokpri)
Lebaran ini jadikan momentum untuk beri perhatian kepada orang tua (Dokpri)
Kasih ibu,

kepada beta

tak terhingga sepanjang masa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun